4. ARANA [DENDAM YANG TERBALASKAN]

18 7 1
                                    

Happy reading gays

Jangan lupa tandai typo

Jangan lupa juga untuk meninggalkan jejak kalian di sini

*******

Setelah Nongkrong dengan teman-temannya, Arana langsung balik ke mansionnya. Tapi Arana tidak tau apa yang akan terjadi padanya.

Sesampainya di mansoinya, Arana yang belum siap, tiba-tiba mendapat tamparan yang cukup keras dari kakanya.

Plak...

Arana refleks memalingkan wajahnya ke tempat lain karna mendapat tamparan yang cukup keras.

"Bagus yah Lo, menipu Bima dengan mengedit fotonya," ucap Inara dengan sangat marah.

"Edit? Itu asli kak, mana ada gue ngedit foto itu, kalau kakak gak percaya coba tanya teman-teman Arana," ucap Arana untuk meyakinkan Inara bahwa itu foto asli.

"Gue udah tanya sendiri ke Bima, dia gak ke cafe hari ini dia ada acara kelurganya."

"Hahaha terus kak Inara percaya begitu aja dengan ucapan Bima?"

"Iya gue lebih percaya Bima dari pada Lo."

"Kakak bulol banget sih jadi orang. Jelas-jelas Bima udah mempermaikan Kaka masih aja memperhatikan cowo brengsek kek Bima."

Tamparan untuk kedua kalinya berhasil mendarat di pipi mulus Arana.

Plak...

"Jaga omongan kamu ya!! Bima bukan orang seperti yang Lo omongin barusan."

"Terserah kak Inara mau percaya atau tidak. Suatu saat nanti gue akan membuktikan kepada kakak kalau Bima itu benar cowo brengsek."

Setelah mengatakan itu Anara langsung saja meninggalkan Inara sendirian.

"Argh gue harus percaya siapa?" Inara sampai bingung memilih antara adik atau pacarnya.

Dikamar, Arana langsung saja mandi. Setelah mandi dia mengobati pipinya yang merah karna tamparan Inara barusan.

Saat asik mengobati lukanya tiba-tiba handphonenya Arana berdering menandakan ada panggilan masuk.

Saat dia cek, ternyata Bagas mengajaknya video call.

"Ada apa?" Tanya Arana to the point.

"Gak ada, gue hanya kangen."

"Idih."

Saat asik memandangi wajah Anara, Bagas baru sadar ternyata pipi Anara seperti lebam habis di tampar.

"Pipi kamu kenapa?"

"Gak papa."

"Jangan bohong Arana."

"Bohong apa sih, memang gak papa."

"Jelas-jelas pipi kamu lebam gitu, siapa yang nampar kamu?"

"Bukan urusan kamu, kamu gak perlu ikut campur."

Setelah mengatakan itu Arana langsung saja mematikan telponnya secara sepihak. Arana yakin Bagas sekarang tengah mengomel sendiri.

"Jadi, sekarang kamu mau main rahasia-rahasiaan Arana. You're playing with the wrong K. Wait for the play date I will definitely know everything," ucap Bagas sambil tersenyum smirk memandang riwayat chat telponnya dengan Arana.

Sebenarnya Arana takut, karna dia tiba-tiba mematikan telpon Bagas secara sepihak.

"Apa Bagas marah yah nanti, karna gue mati telponnya secara sepihak?" Arana frustasi sendiri memikirkan perbuatannya tadi.

ARANA [DENDAM YANG TERBALASKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang