Anak Kucing

857 76 6
                                    


Sinar mentari membuat pemuda berkulit kecokelatan yang sedang berbaring nyaman di atas tempat tidur itu terusik, ia meraba-raba kasurnya, mencari benda pipih kesayangan. Namun, disela kegiatan meraba-nya, si pemuda sontak membuka mata saat ia merasakan tangan besarnya menyentuh sesuatu yang berbulu.

Njir, apaan nih?

Jeongwoo, pemuda itu menoleh dengan perlahan, lalu ia meloncat hingga terjatuh dan menimbulkan suara benda jatuh yang nyaring. Bagaimana tidak? Ia menemukan seonggok gumpalan bulu putih si sampingnya. Dengan nafas menderu dan wajah penuh peluh, Jeongwoo mendekatkan tangannya untuk menyentuh gumpalan itu. Baiklah, aku tak menyangkal bahwa Jeongwoo terlalu lebay sampai ia berkeringat begitu.

"Anjing!" teriaknya menggelegar, membuat tiga pemuda yang sedang tertidur terduduk kaget dengan serempak.

"Apa, kenapa?!" balas Junghwan.

"Kucing, anak kucing!"

"ANAK KUCING SAPE NIH?!"

Jihoon berdecak sebal, tolong lah ya, ini dia masih ngantuk pake banget. Tapi adek kelasnya ini seolah jadi alarm buat bangunin dia tidur.

"PERATURAN ASRAMA NOMOR DUA, GA BOLEH TERIAK!"

Junghwan serta Junkyu hanya berdecak maklum seraya menggeleng pelan, tak heran, Jihoon dan Jeongwoo memang pada dasarnya sama. Sama-sama keras kepala dan ga ada yang mau ngalah, kalau teriak ya terus, sampe mereka kena denda karena melanggar peraturan yang mereka buat sendiri.

"LO JUGA TERIAK YA, JINGAN!"

"YA LO-NYA BIKIN GW KESEL?!"

"Maw, ggrrrhh maw, maw!" si kucing mengeong hingga membuat Jihoon dan Jeongwoo berhenti berteriak dan malah diam plonga-plongo

Bumm!

"Aru!" seru Dobby yang entah kenapa tiba-tiba berubah.

"Aru? Siapa?" heran Junghwan, lalu ia turun untuk mengambil baju dan melemparkannya agar Dobby bisa memakai baju itu.

Tapi, alih-alih memakai, Dobby justru mengangkat baju itu seraya ia tengok dengan detail. Mata yang memicing dan hidung yang kembang kempis karena ia mengendus-endus kain hijau yang baru saja tuannya lempar membuat Junghwan terkekeh gemas. Entah sejak kapan, namun hatinya menghangat ketika ia melihat Dobby, padahal ia baru saja berubah kemarin sore.

"Dipakai, sayang," astaga. Dobby dibuat semakin bingung, ia memiringkan kepalanya.

"Sayang? Apa itu?"

"Maw, maw.." kucing berbulu putih itu merangkak, ingin turun dari kasur Jeongwoo. Sang empunya kasur sontak menangkap si kucing saat ia hampir saja jatuh, dan itu membuat Aru-nama si kucing- menggeram nyaman dan mengeong seolah berterimakasih.

Jeongwoo tersenyum tanpa sadar, "Sama-sama." lalu, atensinya beralih kepada Dobby, si manusia yang memiliki telinga kelinci. "Dobby, Aru siapa?"

"Aru, teman Dobby waktu di pet shop. Waktu itu Dobby kabur duluan karena hampir ditusuk sama Dannie! Huh, landak nakal!" gerutu Dobby di akhir kalimat.

"Terus, kok Aru bisa ke sini?" tanya Jeongwoo lagi.

"Mungkin Aru pakai transaksi, kita para hybrid punya kekuatan masing-masing, dan Aru itu transaksi!"

Jeongwoo dan lainnya mengernyit, tak mengerti maksud hybrid kelinci di atas kasur itu. "Transaksi? Emang Aru punya bank?"

"Ih, transaksi loh, yang bisa pindah tempat tanpa berjalan! Uwan, bantu Dobby jelasin ke kakak jelek!" ujar Dobby dengan menggebu-gebu, jujur saja, kakak jelek itu membuat Dobby marah!

A Kitten?? || JeongHaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang