Nenek

715 53 8
                                    

Setelah perjalanan yang memakan waktu hampir satu jam, mereka pun sampai di rumah nenek. Jeongwoo berjalan diikuti tiga orang di belakangnya, ia mengetuk pintu beberapa kali.

"Astaga, Jeo.. loh? Kok bawa hybrid kalian?" bingung sang nenek.

"Iya, nek. Si kelinci nemu di jalan, terus nih kucing ga tau dari mana tiba-tiba ada di sebelah Jeo waktu Jeo tidur. Kaget Jeo tuh, untung gemes," adu Jeongwoo.

"Aduh, aduh! Gemesnya!" si nenek bergerak menuju kelinci dan kucing jadi-jadian itu dengan tergopoh-gopoh.

"Eh, eh, nek. Hati-hati," ujar Jeongwoo khawatir.

"Nama-nya siapa?" tanya Nenek lembut.

Ketika Dobby ingin membuka bibirnya untuk menjawab pertanyaan Nenek, Nenek malah menyuruh mereka masuk ke dalam rumah. Jadi mereka masuk dan duduk di sofa cantik berwarna peach.

"Namanya Doyoung, kim Doyoung. Tapi Uwan kasih nama Dobby," jawab Doyoung.

"Lah, emang iya? Kok kamu ga pernah kasih tau aku, sih?" protes Junghwan.

"Ya kan kamu ga nanya," jawab Doyoung polos.

"Ya, iya sih..."

Nenek hanya tersenyum, "terus, yang satunya?"

"Haru, grand—eh, ne..nek? Tapi sering dipanggil Aru," balas Aru.

Jeongwoo tak protes, karena ia sudah tau siapa nama asli kucing manis satu ini.

"Oh, kalian dari mana?" tanya nenek lagi.

"Aduh nek, jangan jadi wartawan dadakan gini dong. Aru baru aja muntah tadi, takutnya masih capek."

"Eh, gapapa Jo, aku baik. Lagian kalau capek tinggal pulang, kan?" Haru bertanya dengan raut polos.

"Kita nginep, ru," jawab Jeongwoo.

"Loh, ng~" rengek Haru.

"Kenapa, kamu maunya apa?" tanya Jeongwoo lembut.

"Pulang," cicit Haru.

Jeongwoo menghela nafas lelah, tolong ya Haru, Jeongwoo ini sudah capek menyetir dan kamu mau pulang padahal baru dua puluh menit sampai? Astaga, rasanya Jeongwoo ingin berteriak marah, namun ia mengurungkan niat ketika melihat Haru yang sedang menunduk sedih.

"Aru.. dengerin Jojo, ya,"  tutur nenek lembut.

"Tidak, Aru mau pulang!" si kucing merengek dengan telinganya yang menekuk dan mata berkaca-kaca serta ekor putih dengan bulu lebat yang terlihat bergerak gelisah.

"Haru, jangan bandel."

Haru terkesiap, ia semakin menunduk ketika mendengar Jeongwoo memanggilnya dengan nama asli, di mana itu menandakan akan ada kemarahan besar yang terjadi. Hal itu sudah biasa dilakukan Asahi—pengasuhnya sewaktu di pet shop—ketika ia melakukan kesalahan besar.

"Hiks.. huweee Jojoo maafin Aruu!" tangis Haru.

Mendengar tangisan Haru, Jeongwoo tidak luluh, ia semakin menajamkan tatapannya dengan raut datar dan tangan terlipat di dada.

"M-maaf.. A-ru mm.. minta ma-af.. huweee!"

Jeongwoo berdecak keras, "bisa diem ga?!" bentuknya tanpa sadar.

Mendengar bentakan itu, Haru sontak terdiam dengan air mata yang masih mengalir. Haru menunduk sedih, lalu kepulan asap muncul bak di negri dongeng, dan ketika asap itu perlahan menghilang, secara mengejutkan Haru juga menghilang seakan ditelan asap. Jeongwoo yang awalnya masih kesal membolakan matanya panik, ia beranjak dari duduk, disusul teriakan histeris Doyoung.

A Kitten?? || JeongHaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang