Mabuk Darat

808 60 6
                                    

Setelah Junghwan memandikan Dobby dan dirinya sendiri, Jeongwoo bergegas pergi ke kamar pengurus asrama untuk izin keluar dan menginap di rumah nenek. Tentu saja dengan membawa Aru serta Dobby ke mobil terlebih dahulu—agar para pengurus tidak curiga.

"Kak, saya izin menginap bersama Junghwan ya," ujar Jeongwoo.

"Hm, balik minggu sore." ketus Heeseung, kakak alumni Sekolah mereka yang kini sudah kuliah.

"Siap, kak."

Jeongwoo berjalan menuju mobil hitam yang terparkir apik di depan gerbang komplek asrama yang sering disebut asrama orkay. Bukan tanpa alasan mereka menyebutnya seperti itu. Tentu saja karena asrama itu harga per-bulannya mahal dan hanya anak borang kaya saja yang bisa tinggal di sana.

Ketika Jeongwoo baru saja ingin membuka pintu mobil bagian depan, ia dikejutkan dengan keberadaan kakak kelasnya—Yoon Jaehyuk. Jeongwoo sontak berdiri tegap dan berusaha menutupi jendela bagian tengah yang sengaja ia buka agar ada pasokan udara masuk untuk Aru serta Dobby bernafas. Beruntung ia memiliki pundak lebar, sehingga ia bisa menutupi sebagian, walau tak sepenuhnya tertutup.
"Eh, kak," sapa Jeongwoo kikuk.

Jaehyuk nampak curiga, ia berusaha mengintip isi mobil yang Jeongwoo tutupi. Namun dengan gesit Jeongwoo menggagalkan aksi kakak kelasnya itu.

"Apaan tuh, woo?"

"Ah, ini, mau ke rumah nenek. Itu semua barang pribadi nenek," jelas Jeongwoo bohong.

Jaehyuk ber-ohh ria, "nginep ya?" tanya Jaehyuk. Memang kebanyakan tanya nih orang satu.

"Iya, kak. Duluan ya."

"Eh, bentaran woo."

Astaga, tolong siapapun bawa Jaehyuk pergi dari sini.

ฅ(^・ω・^ฅ)

Setelah melewati rintangan—Jaehyuk yang cosplay dora the exploler, akhirnya Jeongwoo, Junghwan dan dua hybrid lucunya berangkat ke rumah nenek. Sebenarnya tak lama, hanya tiga puluh menit mereka akan sampai ke tempat tujuan mereka. Tapi Aru tiba-tiba merengek ingin turun, jadi Jeongwoo melipir ke tepi jalan lalu turun dan memapah Aru yang sedang lemas karena mabuk darat, wajar saja, ia baru pertama kali naik mobil. Apalagi Jeongwoo membawa mobil itu dengan kecepatan di atas rata-rata karena takutnya sang nenek akan pergi ke pasar.

"Udah baikan?" tanya Jeongwoo kepada Aru yang masih terkulai lemas.

"Kepala Aru kayak diputer sepuluh kali, terus perut Aru kayak di obok-obok.." ujar Aru seraya menyandarkan kepalanya di dada Jeongwoo.

"Itu namanya pusing sama mual, ru. Gapapa, muntah aja," Jeongwoo memijat tengkuk Aru.

"Hoek hoekk"

Jeongwoo terus memijat tengkuk serta pelipis Aru, ia menyuruh Junghwan mengambil minyak kayu putih yang berada di mobil untuk Aru.

"Hiks, Jojo.. sakit.." rengek Aru.

"Sstt, tenang ya.. ada Jojo. Mana yang sakit, hm?"

"Leher Aru, di dalam leher Aru.." suara Aru serak, mungkin tenggorokan Aru yang sakit.

"Tenggorokan," koreksi Jeongwoo.

Baiklah, sepertinya makhluk yang ia ketahui disebut hybrid ini sangat polos—atau lebih tepatnya bodoh. Jeongwoo tidak habis pikir, apakah mereka tidak sekolah? Tenggorokan pun ia tak tau.

A Kitten?? || JeongHaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang