Lupa

501 46 5
                                    

"Kamu kemana aja?" tanya Jeongwoo lirih.

"Aku ga kemana-mana, Je," balas Haruto.

"Ga kemana-mana? Tapi kamu ngilang, Ru."

"Je.. aku nenangin diri," lirih Haruto.

"Kenapa.. kenapa saat aku udah lupain kamu, kamu hadir kembali di kehidupanku?" Jeongwoo bertanya dengan suara lirih, melupakan Haru yang sedang terkulai lemas dengan badan bergetar sebab dingin menusuk kulit.

Haruto diam seribu bahasa, ia tau Jeongwoo akan bereaksi seperti ini. Ia menunduk, lalu menghela nafas pelan.

"Maaf..," singkatnya.

"Maaf? Aku nangis tiap hari karena kamu!" teriak Jeongwoo seraya berderai air mata.

"Je.. a-aku..."

Tangan Haruto mengulur, berusaha menggapai lengan Jeongwoo. Namun Jeongwoo mundur selangkah, membuang muka dan mendongak untuk mencegah buliran bening yang menumpuk di kelopak matanya.

"Aku minta maaf, aku ngurus anak yang aku kandung..," lirih Haruto.

"Anak?" Jeongwoo cengo, ia kira itu hanya rumor semata.

"Iya.. dan ada orang jahat yang bilang kalau aku mati karena depresi, kan aku masih hidup... A-aku—" ucapannya tercekat, ia terisak dan buliran bening itu semakin tumpah saat Jeongwoo memeluknya.

"Aku kira kamu beneran mati, aku yang beneran depresi gara-gara rumor itu," bisik Jeongwoo.

Haruto terkekeh pelan, memukul pundak Jeongwoo. "Ayo anterin aku pulang, Meyra pasti sudah nyariin."

"Ayo, aku juga mau lihat anak kamu. Pasti cantik kaya ibunya," ujar Jeongwoo.

Gombal dikit ga ngaruh

"Ih, apaan sih gombal banget," balas Haruto malu-malu.

Jeongwoo tertawa, lalu mereka berjalan menuju mobil dan melaju ke rumah Haruto, meninggalkan Haru yang sudah terkulai lemas tak berdaya.

"Jo.. jo.. d-ding-in.." lirih Haru sebelum mata indahnya tertutup.

ฅ(^・ω・^ฅ)

"Ppappaa!" pekik seorang gadis kecil riang.

"Hai Mey-Chan, kangen papa ya?" Haruto jongkok di depan Meyra.

"Um! Mey angen papa," oceh bocah lucu itu.

"Lucu, kaya ibunya," celetuk Jeongwoo.

Haruto tertawa, "bisa aja."

"Oh, aku mau tanya sesuatu, tapi ini sedikit sensitif.. boleh?" tanya Jeongwoo hati-hati.

"Bapaknya Mey-chan itu kak Yoshi, Woo," jawab Haruto seakan tau apa maksud Jeongwoo.

"Kak Yoshi?!" oke maaf, Jeongwoo kaget beneran soalnya.

"Iya," jawab Haruto menganggukkan kepalanya semangat.

"Sayang, ada yang manggil aku?" Yoshi yang sedang menuruni tantang.

"Loh, woo? Lama ga liat makin ganteng aja lo," ujar Yoshi lalu terkekeh.

"Iya lah kak, tapi gimana lo bisa hamilin Haruto anjir?! Maksud gw tuh, dia dulu kan masih pacaran sama gw?"

"Soalnya gw mabuk, terus Haruto juga minum bir yang kadar alkoholnya tinggi waktu itu. Jadi walau dia minum cuman segelas ya masih mabuk," jelas Yoshi.

Jeongwoo shock. Tapi dia langsung alihin pandangannya ke Haruto, "punya kak Yoshi besar ga ru?" tanya-nya dengan tidak sopan.

Pipi Haruto seketika memerah, ia menatap Yoshi malu-malu.

"Besar lah. Ya kan Haru?" Yoshi menaikan alisnya berniat menggoda sang istri.

Jeongwoo tertegun mendengar panggilan Yoshi untuk Haruto, bukan, ia bukan teringat masa lalu. Tapi teringat akan kucing jadi-jadian yang baru saja muncul kemarin tapi sudah menjadi kesayangan Jeongwoo.

"Ru, aku harus pergi!"

"Kemana?" Haruto mengernyit, padahal ia ingin mengajak Jeongwoo makan malam bersama keluarga kecilnya.

"Haru gw tinggal anjir!"

Raut muka Jeongwoo yang panik membuat hati Haruto seakan terenyuh, selain karena teringat masa lalu, ia juga mengerti jika Haru adalah pemuda yang cocok menjadi penggantinya yang pasti akan mencintai dan dicintai Jeongwoo dengan baik.

"Ayo, susulin dia. Aku dan kak Yoshi ikut," ujarnya  kemudian.

"Mey kut?" tanya gadis mungil itu.

"Boleh dong, sayang," Haruto segera menggendong Meyra.

ฅ(^・ω・^ฅ)

"Haru!" teriak Jeongwoo menggelegar.

Jeongwoo berlari menuju tubuh yang sudah terkulai lemas dan pucat. Ia meletakkan tubuh itu di pangkuannya, dan tanpa sadar Jeongwoo meneteskan air mata ketika melihat Haru yang sudah seperti mayat hidup. Tubuh pucat nya dingin dengan tanpa baju atasan.

"Aru sayang, maaf.." Jeongwoo mendekap tubuh ringkih itu.

"Jo.. jo?" panggil Haru lirih, sangat lirih hingga Jeongwoo hampir tak mendengarnya.

"Iya sayang, ini Jojo.. ayo kita ke rumah sakit, ya?" tutur lembut Jeongwoo membuat Haru nampak tersenyum lemah, lalu ia menggeleng pelan.

"Ga mau disuntik," lirih Haru lagi.

"Woo, itu anak orang udah hampir mati anjir! Ayo ke rumah sakit sekarang!" sahut Yoshi panik.

Dan tanpa basa-basi Jeongwoo menggendong Haru ala bridal dan membawanya menuju mobil, menyuruh Yoshi untuk membuka pintu lalu menaruh tubuh Haru di kursi penumpang tengah. Lalu ia duduk di sebelah Haru, sedangkan Haruto dan Yoshi berada di depan dengan Meyra di pangkuan Haruto dan Yoshi menyetir.

"Baju kamu kemana?" Haru menoleh, lalu melengkungkan bibirnya tanda ingin menangis.

"Eh, kok nangis?" Jeongwoo jelas panik.

"Maaf ya Jojo, bajunya dibawa om-om botak," adu Haru sebelum tangisannya pecah.

"Aduh sayang, ga papa.. itu cuman baju, Jojo punya banyak di lemari. Ga usah nangis, ya?" Jeongwoo mengusap lembut mata Haru.

Yoshi yang melihat dari kaca spion depan tersenyum teduh, lalu melirik sang istri yang juga sedang mengawasi Jeongwoo serta Haru. Mereka bertukar pandangan satu sama lain, lalu tersenyum dan mengangguk seakan mengetahui pikiran satu sama lain.










TO BE CONTINUE
HALOOOOHAAAIIII TEMAANNN~ MAAF YAAA SEDIKITTTT MAAF JUGAAAA KARENA UP LAMAAAAA BANGETTT MAAF LAGIIII UNTUK CHAPTER YANG GA SESUAI SAMA APA YANG AKU SPOILER-INNNN WKWKWKWKWKK MAAAFFFFF BANGEEETTTT YAAAAAA SAYANGKUUUUUU UDAAAHH ITU AJAAAAAA BTW AKUU ADA DRAFT NIHHHHH WP JEONGWOO ISLAMI GITUUUU KALAU AKU PUN KIRA-KIRA ADA YANG MAU BACAAA GAAA YAAAA??

YAUDAH,

BUBBYEEE!!!!

A Kitten?? || JeongHaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang