Safaa sudah berada di Masjid 17 Ramadhan, dimana menjadi tempat yang sangat jarang dirinya kunjungi. Dia sempat terpana dengan suasana tenang masjid tersebut. Selain itu, desain interior tempat tersebut pun mampu membuat mata Safaa betah untuk mengitari sekelilingnya.
Namun, dia tertegun ketika mengingat tujuannya ke sana untuk apa.
"Kemana gadis yang bernama Sinaa itu. Bukankah dia bilang kita akan berkumpul di sini pukul 2 siang. Padahal aku sudah absen untuk membaca buku favoritku di perpustakaan!" gerutu Safaa ketika tidak menemukan Sina atau pun anggota kelompok lainnya di sana.
Namun, tiba-tiba mata Safaa tertuju kepada beberapa orang yang sedang berkumpul di ujung kiri masjid tersebut.
"Apa itu kumpulannya, ya? Apa kemarin aku tidak salah liat ya bahwa waktunya jam 2 siang?" tanya Safaa kepada dirinya sendiri yang mulai melangkahkan kakinya menuju ke kumpulan orang tersebut.
"Halo, apakah ini kelompok dari kelas Sistem Islam? Topik kita untuk riset Harun Ar-Rasyid, kan?" sapa Safaa. Dia mencoba memberanikan diri untuk menyapa guna mengetahui apakah kumpulan tersebut adalah anggota kelompoknya juga.
Seseorang menyambut Safaa dengan ramah. "Ya, benar. Tapi, sepertinya kita salah waktu. Katanya ada ralat waktu dari tim akademisi," ujar gadis itu dengan nada sedikit kecewa di akhir.
"Siapa namamu? Kenapa kami tidak melihatmu kemarin ketika koordinasi dari tim jurusan," tanya salah satu gadis lain di sana.
Safaa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal bingung beralasan apa. Dia memang benar-benar sengaja tidak ikut kegiatan tersebut kemarin. Tahu informasi jika hari ini sudah mulai riset bersama saja, Safaa diberitahu oleh gadis bernama Sina yang ternyata belum hadir di sana.
"Namaku Safaa Zainab Salbi. Panggil saja aku Safaa. Maaf, kemarin aku ada urusan sehingga tidak bisa kumpul untuk koordinasi," ujar Safaa merasa malu juga.
"Baiklah, kita tunggu saja di sini untuk dosen dan teman yang lainnya. Sepertinya, satu jam menunggu tidak masalah, bukan? Kita tidak akan mati kelaparan," kekeh satu pria di sana.
Semua orang mengangguk. Jika mereka harus ke asrama atau ke tempat lain dahulu, akan memakan waktu dan tenaga tentunya.
"Kau sengaja tidak ikut koordinasi, kan?" tanya seseorang di samping Safaa yang sedang menunggu tanpa tahu harus melakukan apa.
Safaa melirik ke arah gadis itu dengan dahi mengerut. Kenal aja tidak, sudah bisa menembak secara benar.
"Siapa namamu? Kenapa asal menuduh?" tanya Safaa. Walaupun benar, tapi bisa merusak citranya.
"Salam kenal, aku Anzilla. Karena bukan hanya kamu yang tidak ikut ke kegiatan koordinasi. Aku malas dengan kelas Sistem Islam kali ini!" ujar Anzilla yang ternyata memiliki suasana hati yang sama dengan Safaa.
Safaa semakin mengerutkan keningnya bingung. "Memangnya kenapa kamu malas? Kata orang riset kali ini menyenangkan karena bisa langsung terjun mendalami para tokoh yang berjasa pada islam," jelas Safaa sedikit bingung.
"Aku tidak suka dengan Khalifah Harun Ar-Rasyid. Oleh karena itu, aku tidak suka dengan topik ini dan malas sekali risetnya!" jelas Anzilla.
Safaa seperti menemukan teman yang sepemikiran merasa senang. Setidaknya, dia tidak akan sendirian merasa malas dengan riset tokoh kali ini.
"Aku tidak suka khalifah yang gila kekuasaan dan gila wanita! Apa yang perlu dibanggakan oleh kita. Ada-ada saja, bukan!" ujar Anzilla selanjutnya.
"Aku pun memiliki pemikiran yang sama dengan kamu. Aku sejak kecil diberitahu oleh keluargaku bahwa Khalifah Harun Ar-Rasyid bukanlah seperti yang diangungkan oleh semua orang. Malah itu sebaliknya!" ujar Safaa mengutarakan alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syair Safaa Untuk Sang Khalifah
Ficção HistóricaSafaa Zainal Salbi merupakan mahasiswa di Universitas Baghdad jurusan Akidah dan Pemikiran Islam. Dia memiliki sifat yang sangat rasional dan mengutamakan kebenaran melalui fakta nyata, tapi memiliki sifat lembut jika berkaitan dengan hobinya yaitu...