Bagian 19: Fakta yang Disembunyikan

60 4 0
                                    


Setelah selesai ujian, aku langsung pergi ke kediaman Oosir untuk menceritakan seluruh keluh kesah. Aku langsung disambut olehnya dan 4 orang terasing yang lusa kami selamatkan.

Anehnya aku tidak melihat Oosir. Di sini hanya ada mereka berempat. Aku bertanya, "Di mana Oosir?" Salah satu dari mereka mengantarku menuju Oosir, "Aku hanya bisa mengantarmu sampai di sini," ucap perempuan itu, "Dia melarangku masuk." Kata-katanya membuatku berpikir jika dia tidak diperbolehkan masuk, lantas bagaimana dengan aku?

Dengan kebingungan dan rasa penasaran, aku akhirnya melangkah sendiri menuju tempat Oosir. Ketika aku tiba di depan pintu, langkahku terhenti sejenak sebelum akhirnya mengetuk pintu dengan hati-hati.

"Pergilah! Aku tidak ingin kau melihat sesuatu yang sebaiknya kau tidak lihat." Terdengar suara Oosir dari balik pintu. Rasa penasaran dan kekhawatiran semakin memenuhi pikiranku. Apakah Oosir sedang berbicara padaku?

Aku memasuki ruangan, dan Oosir terdiam sambil memandang beberapa foto yang tersebar di atas meja. Saat aku bertanya mengenai foto-foto itu, Oosir mengangkat satu foto yang ternyata adalah gambarnya sendiri. Wajahnya mencerminkan perasaan nostalgia dan kesedihan.

"Kenapa kau menyimpan foto-foto ini?" tanyaku, mencoba memahami ekspresi di wajah Oosir.

Oosir menatapku dengan tatapan penuh makna. "Inilah masa laluku yang ingin aku simpan. Aku bukan hanya pemimpin terasing, tapi juga pernah menjadi bagian dari kehidupan normal seorang manusia."

Aku duduk di dekatnya, dan Oosir mulai menceritakan kisahnya yang tersembunyi di balik foto-foto tersebut. Cerita ini membuka mataku terhadap sisi Oosir yang selama ini tak pernah terungkap.

"Aku merasakan kesepian akut sejak melarikan diri dari tempat pengasingan. Sejak hari itu, aku ingin selalu memiliki teman karena itulah aku selalu ingin membantu orang terasing, termasuk dirimu. Berharap, kalian bisa menemaniku di tempat ini." Oosir menjelaskan semuanya.
.Cerita Oosir membuka mataku terhadap beban emosional yang dia pikul. Kesepian dan kerinduannya terhadap hubungan manusiawi membuatku lebih memahami perjalanan hidupnya. Rasa terima kasih dan keterkejutan campur aduk dalam diriku, menyadari bahwa di balik kepemimpinannya, Oosir adalah manusia dengan luka dan keinginan sederhana untuk memiliki teman.

"Oosir, aku tak tahu apa yang harus kukatakan. Terima kasih telah membantu kami, dan maaf jika aku tidak menyadari beban yang kau pikul," ucapku dengan tulus.

Oosir tersenyum lembut, "Kalian adalah teman berharga bagiku. Sama-sama kita melalui masa sulit ini, dan aku berharap kita dapat terus bersama."

Seiring waktu, hubungan kami semakin erat, dan Oosir tidak lagi hanya menjadi pemimpin terasing. Dia menjadi sahabat sejati yang selalu ada di saat kami membutuhkan dukungan. Hidup di tempat ini mungkin tidak sempurna, tapi setidaknya, kami memiliki satu sama lain.

Cerita Oosir membuka mataku terhadap beban emosional yang dia pikul. Kesepian dan kerinduannya terhadap hubungan manusiawi membuatku lebih memahami perjalanan hidupnya. Rasa terima kasih dan keterkejutan campur aduk dalam diriku, menyadari bahwa di balik kepemimpinannya, Oosir adalah manusia dengan luka dan keinginan sederhana untuk memiliki teman.

"Oosir, aku tak tahu apa yang harus kukatakan. Terima kasih telah membantu kami, dan maaf jika aku tidak menyadari beban yang kau pikul," ucapku dengan tulus.

Oosir tersenyum lembut, "Kalian adalah teman berharga bagiku. Sama-sama kita melalui masa sulit ini, dan aku berharap kita dapat terus bersama."

Seiring waktu, hubungan kami semakin erat, dan Oosir tidak lagi hanya menjadi pemimpin orang-orang terasing. Dia menjadi sahabat sejati yang selalu ada di saat kami membutuhkan dukungan. Hidup di tempat ini mungkin tidak sempurna, tapi setidaknya, kami memiliki satu sama lain sekarang.

Labil BermainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang