Kami berusaha bangkit dari efek gelombang dan dengan langkah yang goyah, mencoba mengejar pria misterius itu. Suara langkah-langkah kami terdengar bergaung di koridor yang gelap. Oosir, dengan sikap tegas, menarik senjatanya sambil terus melaju dengan cepat."Pria itu tidak boleh lolos. Kita harus menghentikannya," ujar Oosir, fokus pada tujuan kami. Aromatik dari senjata yang dipegangnya menggantung di udara.
Kami mengejar pria misterius melalui lorong-lorong yang tak berujung, setiap langkah yang diambil pria itu semakin mempercepat jarak di antara kami. Tiba-tiba, dia berbelok masuk ke ruangan terbuka yang tampaknya terhubung dengan jalan keluar.
"Berhenti!" teriak Oosir, dan dengan tiba-tiba, tembakan terdengar menggema di koridor. Suara yang menusuk telinga itu memperkuat keputusan Oosir untuk menghentikan pria itu.
Namun, ketika kami tiba di ruangan terbuka, pria itu sudah lenyap. Kami berdiri di tengah ruangan yang sunyi, menatap satu sama lain dengan kebingungan. Oosir menyusuri dinding dengan pandangan tajam, mencari tahu apakah ada jalan keluar tersembunyi.
"Kita kehilangan jejaknya," ucap Oosir dengan suara yang penuh penyesalan. Meskipun tidak berhasil menangkap pria misterius itu, setidaknya kami sekarang tahu bahwa ada seseorang yang berusaha menghalangi pencarian kebenaran kami. Perjalanan kami menuju rahasia proyek dan identitas pria misterius itu menjadi semakin rumit dan penuh tantangan.
Namun, aku belum menyerah untuk mengejar pria itu, "Masih belum." Akhirnya aku menemukan pria itu dan kami saling bertatapan.
Dalam tatapan tajamku, aku menyuarakan ketegasan, "Ayahku adalah anggota proyek ini. Jika kau menentang proyek ini, itu berarti kau musuhku."
Pria misterius itu tampak terkejut dengan pengakuan ini. Namun, alih-alih menunjukkan ketakutannya, dia tersenyum dengan penuh makna, "Ternyata, kebenaran selalu tersembunyi di balik hubungan pribadi. Ayo kita temukan solusi bersama, demi kebenaran dan keadilan."
Pria itu dengan tegas berkata, "Saya tidak peduli dengan alasan apa pun! Proyek ini berbahaya dan harus dihentikan. Saya akan melaporkan ini ke pihak berwenang dan memastikan proyek ini ditutup!"
Oosir menyusul langkahku, dan dengan penuh kebijaksanaan, dia menjelaskan pada pria itu, "Ledakan populasi yang terlalu cepat dapat memiliki dampak serius. Bukan hanya pada ekosistem, tetapi juga pada kehidupan manusia. Tingkat pengangguran akan meningkat, dan itu bisa menjadi ancaman bagi stabilitas sosial. Proyek ini dirancang untuk mengatasi tantangan itu secara bijaksana."
Pria itu tetap bersikeras, menolak mendengarkan penjelasan Oosir. Dia tampak memusatkan perhatiannya pada tujuannya sendiri, tanpa membuka diri untuk memahami konteks yang lebih luas.
"Kau telat karena proyek ini sudah dihentikan oleh pemerintah. Jadi tak perlu repot-repot untuk melapor," sahutku an tanpa memberikan kesempatan untuk berbicara lebih lanjut, Oosir langsung menembak kepala pria itu.
Pria itu terjatuh dengan tubuhnya yang berat, kepalanya mengenai tanah dengan keras. Matanya memancarkan kebingungan dan ketakutan yang terakhir. Tubuhnya terbaring tak bergerak di tanah, menandakan akhir dari ancaman yang dia bawa.
Rasa lega menyelinap ke dalam hatiku saat melihat pria itu terbaring tak bergerak. Beban ancaman dan ketidakpastian menghantui perlahan-lahan menghilang. Meskipun terlihat dingin, rasa lega itu memberiku sedikit kedamaian di tengah kekacauan yang melanda.
Oosir berkata, "Mungkin keberadaan kita sedang terancam, Ume. Fakta bahwa pria aneh ini mengetahui kediamanku bisa menjadi pertanda bahaya. Kita perlu berhati-hati dan memastikan keamanan tempat ini."
Ketika Oosir mengungkapkan ketidakamanan kediamannya, perasaan waspada mulai menyelinap dalam diriku. Suasana ruangan terasa tegang, dan bayangan ancaman menghantui setiap sudut. Melihat pria yang terjatuh, meskipun membawa lega sejenak, tetapi kehadiran misteriusnya membuka mataku akan potensi bahaya yang mengintai di balik setiap peristiwa.
"Kita harus menghapus jejak pembunuhan ini dan kita perlu memikirkan cara untuk menghilangkan jejak darahnya, karena itu agak sulit dihilangkan," ujar Oosir dengan serius, menyampaikan urgensi untuk bertindak cepat sebelum situasi semakin rumit.
Dengan perasaan hati-hati, Oosir berusaha mengangkat kaki pria itu. "Bantu aku, dia sangat berat," pintanya sambil mencoba menarik pria tersebut. Aku segera memberikan bantuan, merasa tanggung jawab untuk menyelesaikan situasi yang kami hadapi bersama.
Dengan usaha bersama, kami berhasil mengangkat dan menarik pria itu menuju tempat yang lebih terpencil. Oosir terus memandu langkah-langkah kami, berhati-hati agar tidak meninggalkan jejak yang dapat membahayakan kediamannya. Suasana tegang menyelimuti kami, menyadarkan bahwa keberadaan kami mungkin telah terancam oleh kehadiran pria misterius ini.
Sementara pria itu telah kehilangan kesadaran, pertanyaan tentang kenapa dia mengenal Oosir masih menghantui. Kami berdua memutuskan untuk menunggu hingga dia pulih dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menggelayuti pikiran kami.
Setelah aku mengungkapkan keherananku, Oosir akhirnya menjelaskan bahwa pria tersebut adalah mantan orang terasing yang pernah dipenjara bersamanya. Mereka berdua memiliki sejarah yang kelam di masa lalu. Pria itu ternyata dulunya adalah bagian dari mereka yang mencoba melawan sistem ketidakadilan, tetapi kini menjadi ancaman bagi mereka sendiri. Kejadian ini semakin membuatku bertanya-tanya tentang kompleksitas hubungan di antara para orang terasing dan bagaimana masa lalu dapat terus membayangi masa kini.
Dengan susah payah, aku menarik kaki pria itu, membantunya agar tubuhnya bisa tersembunyi lebih baik di balik pepohonan yang lebat. Oosir membantu dengan ekspresi wajah serius. Sementara itu, keheningan hutan menjadi saksi dari upaya kami untuk menyembunyikan jejak dari peristiwa tak terduga ini. Pria itu, meski telah menjadi ancaman, kini hanya tersisa sebagai kenangan yang akan kita kubur bersama di dalam rahasia hutan ini.
Darah pria itu merembes dari luka-lukanya, mengecat tanah dengan warna merah pekat. Setiap tetes darah adalah cat yang membentuk gambar tragis di bumi hutan. Pemandangan yang seolah-olah tanah ini menciptakan lukisan alamiah dari pertarungan yang baru saja terjadi, membiarkan jejak kematian menyatu dengan kealamian di sekelilingnya.
Oosir menatapku dengan serius, "Ume, kita butuh bensin, cangkul, dan peralatan lainnya. Jenazahnya perlu kita bakar, dan sisa-sisa tulangnya akan kita kuburkan. Aku tahu tempat yang cocok."
Aku mengangguk, meresapi urgensi situasi ini. "Baiklah, kita segera pergi ke rumahmu."
Berlari dengan langkah cepat, kami mendekati rumah Oosir. Udara malam yang dingin membeku, dan kegelisahan menyelimuti setiap langkah kami. Sesampainya di depan pintu rumah, kami menyusup masuk, memasuki ruang gelap yang dipenuhi perasaan gelisah.
Ketika kami memasuki ruang tamu Oosir, aku merasa keheranan di udara. Kulihat Oosir mengerutkan kening, sepertinya dia juga menyadari ketidakhadiran Tuberosum dan yang lainnya. Ruangan yang seharusnya penuh dengan orang, sekarang terasa hampa dan sepi. Aku pun bertanya, "Oosir, di mana Tuberosum dan yang lainnya?"
Oosir memandang sekeliling dengan tatapan penuh pertanyaan, "Aneh, seharusnya mereka ada di sini. Mungkin mereka ke tempat penyimpanan peralatan. Ayo kita cek." Kami lalu bergegas keluar menuju tempat tersebut. Namun, hanya kekosongan yang ada.
______________________________________
© Derbi Okta, 20 Desember 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Labil Bermain
AcakMuren. Kota tanpa hukum, yang berhasil melahirkan Umella. Itu adalah, aku. Seorang remaja yang menghidupi mimpi dari keringat sendiri. Karena kedua orang tua sudah tidak ada. Ibu sudah meninggal karena ditembak oleh pasukan militer. Dia ditembak kar...