Bandung, 13 Maret 2023
Sangkara jatuh cinta. Ada debar tak biasa saat ia bertatap mata dengan sang pemilik manik mata seterang senja. Sosok menawan yang ia temui saat sedang menikmati indahnya jalan Braga dengan latar belakang langit jingga. Sosok itu identik sekali dengan gitar tua dan suara menenangkan dada. Pertemuan tak sengaja yang membuat Sangkara jatuh cinta dengan musisi menawan jalan Braga. Bagaimana sosok musisi itu memetik gitar tua dengan jari-jari lentiknya mampu mengusik relung paling dalam milik Sangkara.
Sosok indah itu masuk begitu saja tanpa diminta dan Sangkara menerimanya dengan lapang dada. Senyuman lugu itu mampu membuat Sangkara jatuh sedalam-dalamnya. Tatapan penuh binar yang membuat Sangkara ingin tahu lebih jauh sosoknya. Sangkara rela menghabiskan lembaran uang yang ia miliki karena hanya ingin terus menerus mendengarkan nada yang melantun indah dari ranum tipis musisi menawan jalan Braga.
Bandung menjadi saksi nyata bagaimana Sangkara mencintai sosok menawan yang menjadi pelengkap jalan Braga disaat Sangkara tak tahu siapa nama orang yang ia cinta. Kata Labid, Sangkara sedang dimabuk cinta. Pemuda Jogja itu berkali-kali membuat Labid tertawa geli dengan tingkahnya.
Bagaimana Sangkara hanya memperhatikan sang musisi dari kejauhan dan bersembunyi diantara banyaknya lautan manusia yang juga mendengarkan dengan penuh suka pada suara menawan musisi jalan Braga. Sangkara selalu berdiri dibarisan terakhir dan tak pernah ingin berada dibarisan pertama.
Sudah satu bulan Sangkara mencintai musisi menawan jalan Braga. Sudah satu bulan juga Sangkara belum mengetahui siapa nama musisi menawan yang membuatnya bertingkah seperti pemuda dimabuk cinta. Sangkara tak pernah jenuh berjalan kaki dari tempat ia tinggal menuju jalan Braga. Semua itu Sangkara lakukan hanya demi melihat sosok musisi yang ia suka. Sosok musisi jalan Braga kini menjadi candu baru yang membuat pemuda Jogja berkali-kali lipat merasa bahagia.
Lagi, Sangkara memperhatikan musisi yang ia senangi dari kejauhan. Tak berniat melihat dari jarak dekat. Alasannya hanya satu, Sangkara belum siap jika harus bertatap mata dengan sang pemilik netra seterang senja. Sangkara takut jika debaran jantungnya terdengar oleh dia sang musisi jalan Braga.
Hingga bumi Bandung menyambut senja, Sangkara tak kunjung pergi dari jalan Braga. Ia masih sibuk memandang dari kejauhan dengan segelas kopi hangat sebagai teman. Sangkara terlanjur hapal, kapan saja waktu sang musisi jalan Braga mulai menyenandungkan bait tiap bait lagu yang selalu saja menjadi candu.
Sekali lagi Sangkara tegaskan. Ia tak akan pernah bosan menatap sang musisi dari kejauhan. Mungkin nanti Sangkara akan bertanya siapa nama sang pencuri hatinya. Mungkin nanti Sangkara juga akan mengaku jika ia adalah pengagum berat sang musisi menawan jalan Braga.
Tak terasa sang musisi mengakhiri lantunan nada dari ranumnya. Gitar tua tak lagi dipetik mesra. Kerumunan penikmat suara sang musisi jalan Braga mulai menyurut satu demi satu dan hanya meninggalkan sang musisi seorang diri. Sangkara masih memperhatikan dari kejauhan. Namun kemudian Sangkara membuang pandang ketika netranya tak sengaja beradu dengan netra seterang senja milik musisi menawan.
Sangkara tertangkap basah sekarang. Seharusnya tadi ia tak membuang pandang. Karena sebelum Sangkara membuang pandang, sang musisi jalan Braga terlebih dahulu melayangkan senyuman menawan. Sangkara mencoba kembali memberi pandang dan berharap sang musisi masih berada disana. Namun Sangkara harus menelan rasa kecewa. Musisi yang telah memporak porandakan perasaannya tak lagi ada sosoknya dan entah kemana perginya.
Kini bumi Bandung telah diselimuti oleh gelapnya malam. Bulan dan bintang bertabur diatas tingginya cakrawala. Sangkara menarik kedua kurva menawan pada wajah rupawannya. Terkadang Sangkara berangan jika suatu saat nanti ia dan sang musisi jalan Braga dapat menikmati indahnya bumi Bandung saat malam menjelang. Mengelilingi kota dengan julukan Paris Van Java hingga lupa waktu. Berbicara tentang banyak hal hingga mulut ini terasa kelu.
Setelah sadar dengan apa yang ia pikirkan barusan, Sangkara melepasakan tawa jenaka karena tersadar dirinya telalu banyak mengkhayal. Sangkara tak ingin berharap lebih. Cukup baginya hanya melihat sang musisi jalan Braga dari kejauhan. Sanubari nya akan merasa tenang saat sang musisi tersenyum senang.
Rasa bahagia seorang pemuda Jogja bernama Sangkara sangat sederhana. Hanya dengan melihat senyuman manis sang musisi menawan ia akan merasa senang bukan kepalang. Rasa lelah yang pada mulanya bersemayam akan sirna begitu saja saat melihat senyuman itu.
Wahai bumi Bandung...
Sangkara bahagia, tentang bagaimana takdir dan waktu mempertemukannya dengan musisi menawan jalan Braga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Braga | Sing x Zayyan✓
FanfictionAuthor hanya meminjam nama dan visual. Tempat, kejadian dan alur cerita hanyalah karangan semata. Harap bijak dalam membaca!! ... Hanya kisah sederhana antara Sangkara dan Jefra dengan Kota Bandung sebagai latar belakangnya dan jalan Braga sebagai t...