Bandung, 14 Maret 2023
Sangkara tak melihat kehadiran sang musisi pujaannya dijalan Braga. Helaan napas kecewa keluar begitu saja. Niat nya kembali datang ke jalan Braga karena hanya ingin melihat sang musisi menawan, akan tetapi harapan Sangkara untuk bertemu sosok itu harus pupus begitu saja. Tak ada petikan gitar tua kesukaannya, tak ada juga suara merdu yang selalu menjadi candunya.
Musisi menawan itu tak ada disana. Sangkara hanya mampu melihat deretan ruko tua tanpa adanya kehadiran musisi jalan Braga. Entah mengapa hatinya merasa nestapa. Ia rindu melihat sosok dambaan hatinya. Terdengar hiperbola tapi begitu adanya.
Karena sang musisi tak hadir sore ini, Sangkara memilih untuk mengunjungi salah satu toko tua yang menyuguhkan barang-barang antik di dalamnya. Netra Sangkara melihat satu demi satu barang antik yang sangat memanjakan mata. Hingga atensi Sangkara jatuh pada salah satu barang antik yang membuatnya terpana.
Ukulele tua merebut perhatian Sangkara. Ukulele itu begitu indah karena terbuat dari kayu dan terdapat pula tulisan kecil yang terpahat sempurna. Melihat ukulele antik ini membuat Sangkara teringat dengan gitar tua milik musisi jalan Braga. Dua alat musik yang terlihat sama akan tetapi berbeda ukuran dan juga jumlah senarnya.
Gitar memiliki ukuran yang jauh lebih besar dari ukulele. Gitar memiliki enam senar. Sedangkan ukulele memiliki ukuran yang jauh lebih kecil dari gitar. Ukulele memiliki empat senar.
"Suka dengan ukelele anak muda?" Suara pria tua mengalihkan fokus Sangkara dari ukulele tua. Kedua ujung bibirnya tertarik sempurna menciptakan lengkungan indah disana.
"Iya pak." Sangkara menjawab dengan santun pertanyaan pria tua. Sangkara taksir jika pria itu sudah berumur lebih dari kepala lima.
Pria tua menganggukkan kepala. Tangan yang memperlihatkan guratan keriput itu meraih ukulele tua. Beliau memberikan ukulele itu kepada Sangkara. "Ambil saja ukulele ini. Dia sudah lama terpajang karena pemiliknya sudah tua renta dan buta nada." Pria tua tersenyum lebar. Sangkara terpaku melihatnya.
"Apa tidak apa-apa pak? Sepertinya ukulele ini sangat berharga." Sangkara menatap lamat ukulele tua ditangannya. Ada perasaan tak enak ketika sang pemilik toko memberikan ukelele antik secara cuma-cuma.
Pria tua tersenyum khidmat saat rentetan kata itu terlontar dari bilah ranum Sangkara. "Tidak apa-apa. Saya sudah tua renta. Tangan ini tidak mampu lagi memetik senar. Saya memberikannya kepada kamu karena saya tahu kamu pasti akan menjaga ukulele tua ini dengan baik."
Sangkara merasa senang detik itu juga. Tujuannya mengunjungi jalan Braga tak berakhir sia-sia. Setidaknya jika musisi pujaannya tak hadir hari ini, toko antik milik pria tua juga mampu membuat Sangkara bahagia. Setidaknya Sangkara memiliki alasan mengapa ia harus kembali memijakkan kaki ke jalan Braga.
"Terima kasih pak. Ukulele ini akan saya jaga dengan baik." Sangkara tak mampu menyembunyikan senyuman lebarnya. Ukulele tua kini menjadi miliknya.
Siang itu Sangkara menghabiskan waktu ditoko barang antik dan berbincang santai dengan pria tua bernama Dewanta. Selama itu juga Sangkara tak melihat kehadiran musisi jalan Braga. Pemuda Jogja ingin menyerah, menunggu sang musisi menawan hadir sungguh membuatnya lelah. Akan tetapi perjuangan Sangkara menunggu musisi jalan Braga tak berakhir sia-sia.
Sosok yang sedari ia tunggu kini memberhentikan langkahnya tepat didepan toko antik milik pak Diwanta. Tapi ada yang berbeda dari sang musisi. Sangkara tak melihat gitar tua yang selalu musisi itu bawa.
Sangkara tak mengedipkan mata. Sosok musisi idamannya kini berada dihadapannya. Ia tersenyum bahagia. Sangkara menghirup rakus udara sejuk Bandung dan berusaha bersikap biasa-biasa saja agar tak terlalu kentara jika ia suka. Musisi jalan Braga begitu menawan dan mempesona. Sejenak Sangkara terpana akan apa yang ia lihat dengan kedua mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Braga | Sing x Zayyan✓
FanfictionAuthor hanya meminjam nama dan visual. Tempat, kejadian dan alur cerita hanyalah karangan semata. Harap bijak dalam membaca!! ... Hanya kisah sederhana antara Sangkara dan Jefra dengan Kota Bandung sebagai latar belakangnya dan jalan Braga sebagai t...