Wadah Rasa

204 39 8
                                    

Bandung, 15 Maret 2023


Pagi ini, bumi Bandung menyambut mesra mentari diatas cakrawala. Sangkara mengenakan pakaian terbaiknya sebelum menjemput kekasihnya, Jefra. Ya... mereka resmi menjadi sepasang kekasih. Sangkara meminjam motor milik Labid dan bersyukurnya temannya itu mau meminjamkan motor scoopy berwarna hitam.

"Bid aku pergi dulu!" Sangkara berteriak dari halaman rumah milik Labid. Ia sudah naik ke atas motor dan siap melaju menuju jalan Braga. Pasti Jafra sudah menunggunya.

Labid keluar dari dalam rumah. Ia mengenakan baju santai dan baru saja terbangun dari tidur. "Ya. Hati-hati bawa motornya." Sahut Labid sembari menggaruk kepala.

Sangkara melajukan motor scoopy milik temannya. Jalanan Bandung tak pernah lenggang oleh lautan manusia. Setelah perjalanan jauh akhirnya motor yang dikendarai Sangkara berhenti ditepi jalan Braga. Matanya mencari sosok Jefra. Hingga mata kelam Sangkara menemukan kehadiran Jefra yang tengah melambaikan tangan sembari berlari kecil.

Pemuda Jogja sejenak terpana. Musisi pujaannya terlihat menawan hari ini. Laki-laki itu mengenakan kemeja berwarna biru muda dengan celana kain sebatas lutut. Jefra saat ini benar-benar terlihat lucu dimatanya.

"Maaf tadi saya bangun kesiangan. Kamu udah lama nunggu?" Jefra berusaha mengatur napas. Dadanya kembang kempis karena habis berlari.

"Engga kok, saya baru aja sampai." Sangkara tersenyum lembut. "Ayo naik." Sangkara menepuk jok belakang motor.

Jefra segera menaiki motor. Ia duduk dengan tenang. Sangkara melihat sang musisi menawan dari spion motor. Ia kembali tersenyum saat terpergok oleh kekasih mewannya itu.

"Kenapa?" Tanya Jefra ingin tahu.

Sangkara menggeleng kecil. "Kamu terlihat indah hari ini." Puji Sangkara sungguh-sungguh.

"Kamu suka ngegombal ya Sangkara..." Jefra terkekeh jenaka hingga deretan giginya terlihat. Ia menatap Sangkara dari pantulan kaca spion. "Kamu juga terlihat keren hari ini. Kita serasi." Sang musisi jalan Braga balik memuji.

Sangkara terkekeh kecil saat mendengarnya. Motor scoopy milik Labid mulai melaju menjauhi jalan Braga. Sangkara mulai fokus menatap jalanan di didepannya dan Jefra yang sibuk berceloteh ria tanpa henti dan celotehannya berhasil membuat seorang Sangkara tertawa.

"Kita mau kemana?" Jefra meninggikan nada suaranya agar pemuda Jogja dapat mendengarnya dengan jelas.

"Kemanapun... mengelilingi Kota Bandung." Jawab Sangkara. Ia juga meninggikan nada suara.

Secara tiba-tiba Sangkara merasakan sesuatu yang berat pada bahu lebarnya. Ia mencoba melihat melalui kaca spion motor. Senyumnya merekah sempurna saat melihat musisi menawan jalan Braga tengah meletakkan dagu dipundaknya. Kini hati pemuda Jogja merasa berbunga. Jantungnya berdetak riuh karena perlakuan tak tertuga sang anak Bandung bernama Jefra.

"Sepertinya menyenangkan." Jefra menyahut lantang. Mata seterang senja itu menatap lurus pada jalan raya.

 Mata seterang senja itu menatap lurus pada jalan raya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jalan Braga | Sing x Zayyan✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang