Hari ini, Alin sudah diperbolehkan untuk pulang setelah dirawat satu minggu di rumah sakit, yah walaupun atas paksaan ayah mereka yang tidak ingin dibantah siapapun. Alin sedang membereskan barang bawaannya dibantu oleh Kinan ketika sudut matanya menangkap seseorang berjubah hitam melewati pintu ruang inapnya. Ia memandang curiga ke arah pintu yang sontak membuat Kinan penasaran.
"Kenapa bang? " Tanya Kinan yang melihat mata abangnya itu memicing sinis kearah pintu.
Alin yang tersadar dari lamunannya memalingkan pandangan dari pintu ke Kinan yang ada di sofa. Ia tersenyum jahil untuk menutupi kejadian yang dilihatnya tadi.
"Gak ada, bukan hal yang penting. Cepetaann... Aku mau cepat sampai rumah untuk main PS ku" Kata Alin mengalihkan topik yang dibalas wajah yang merenggut sebal oleh Kinan.
Alin terkekeh melihat wajah tertekuk Kinan dan menatap kembali kepada pintu ruang inapnya.
'Ada yang gak beres disini'
***
Suasana di rumah elemental bersaudara ini sungguh berbeda dari hari sebelumnya. Solar yang baru saja datang dari tempat lesnya berlari dengan tergesa ke ruang keluarga dimana para elemental lain sedang berkumpul, ia melempar sebuah kertas yang dibalas wajah keterkejutan di wajah para elemental.
"Apa yang kamu lempar ini sol?" Tanya Gempa yang meraih tumpukan kertas yang dilempar Solar.
Solar dengan bertumpu pada lutut dan ngos-ngosan sehabis berlari itu menjawab dengan terbata-bata.
"Bukti... Keberadaan bang Hali" Jawab Solar yang diberi segelas air oleh Thorn untuk menetralkan nafasnya yang memburu.
Terlihat wajah para elemental terkejut, mereka mencari kakak sulung mereka sejak kejadian itu. Mendengar bahwa keberadaan kakaknya ditemukan, mereka langsung bergerombol ke Gempa untuk melihat kertas tersebut.
"Terakhir dilihat sama Yaya waktu dia lagi berbelanja. Katanya, bang Hali waktu itu lagi berbelanja juga sama pria ini.. " Kata Solar sambil menunjuk seorang pria yang terlihat sebaya sembari bercanda gurau dengan Halilintar.
"Katanya, Yaya sempat dengar kalau mereka akan pulang ke rumah ayahnya di tengah kota. Katanya, mereka mau pulang ke rumah utama setelah liburan di kampung ini selama 2 hari" Lanjut Solar mengutarakan informasi yang didapatkannya.
"Apakah mereka ada ngomong soal keberangkatan mereka? " Tanya Taufan dengan alis yang berkerut, ia penasaran dengan pria sebaya yang disamping Halilintar.
"Kata Yaya, mereka akan berangkat jam 5 sore di stasiun kereta kampung" Jawab Solar sambil memperbaiki kacamata visor yang bertengger di barang hidungnya.
"Baiklah, jam 4 sore kita akan berangkat ke stasiun kereta" Kata Gempa yang diangguki oleh saudara elemental yang lainnya.
"Pulanglah bang Hali"
***
"Woi lin, sinting ya lu. Baru sembuh dari rumah sakit 3 hari yang lalu udah ajak gue main ke kampung lama lo! " Sentak Alan dengan kesal.
Saat Alin diperbolehkan untuk pulang, ia langsung menarik Alan untuk pergi ke kampung halamannya yang lama sebelum dia di adopsi. Katanya, lagi kangen. Alan yang dipaksa oleh Alin diberikan amanat oleh ayah mereka untuk menjaga keselamatan Alin.
"Buat apa aku jagain Alin yah? Dari segi fisik, aku sama Alin sama-sama bisa jaga diri sendiri" Kata Alan saat diamanati untuk menemani Alin mengunjungi kampung halamannya.
"Alin gak perlu dijaga oleh segi fisik. Tapi, dari segi mental. Kita tidak tahu bahwa ada kenangan pahit di kampung halamannya yang dapat memicu traumanya" Kata-kata ayah membuat Alan sadar betapa rapuhnya Alin dari segi mental.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perihal Merelakan
Acakpernah mendengar tentang merelakan orang yang pergi dan kembali dengan melupakan semua yang sudah kita lewati? biar kuberi tahu. itu adalah hal yang lebih menyakitkan ketimbang harus kehilangan diri sendiri. Halilintar Aksara Airlangga, apa yang a...