Gone

180 27 1
                                    

Kim Taehyung, bayi itu sudah tumbuh kini berusia 3 tahun. Menjadi balita yang menggemaskan. Seokjin juga sudah berusia 8 tahun. Ia selalu menyempatkan diri bermain dengan Taehyung disela belajarnya meski beberapa kali Ibunda melarang karena takut Seokjin kelelahan.

Kini Seokjin sedang menuntun Taehyung di taman istana. Adiknya sangat aktif dan seringkali berlari lebih cepat darinya.

"Dia memang aktif. Tunggu Taehyung!" Kata Seokjin sambil mengejar.

Ternyata adik kecilnya mengejar kupu-kupu yang kini mendarat di kelopak bunga matahari.

Seokjin yang kini tumbuh tinggi pun memetiknya, kupu-kupu itu bergeming.

"Kau mau?"

"Mauuu.."

"Kau tidak bisa merawat kupu-kupu dalam waktu yang lama."

Taehyung menatap bingung.

"Kupu-kupu ini hanya berumur 1 minggu. Kau akan bersedih saat dia mati nanti."

"Kupu kupuu..."

Ucap Taehyung sambil mengangkat tangan saat kupu-kupu itu terbang.

"Kau harus bisa melepaskan sesuatu yang pergi dan tidak akan kembali."

"Huhuu.."

Taehyung menangis. Seokjin langsung menggendongnya.

"Kelak kau dewasa nanti, kau akan merasakan kehilangan."

"PUTRA MAHKOTA! TUAN MUDA!!"

"Aku disini Seuli!!"

Seuli pun berlari mendekat dengan napas terengah dan wajah yang panik.

"Yang Mulia.. yang mulia telah diracun!'

"APA!!?"

Seokjin menyerahkan Taehyung pada Seuli lalu berlalu ke dalam istana. Dia panik, jantungnya berdegup kencang.

"Tidak. Tidak sekarang ayah!"

Sepanjang larinya Seokjin terus merapal. Kakinya terus melangkah lebih cepat dan panjang, namun rasanya kamar Junseok lebih jauh dari biasa. Ia jengah dengan kakinya yang pendek.

Tangan itu mengusap matanya kasar karena air mata yang terus mengalir.

Cklek

"AYAH!!"

Junghyuk dan Taeyoon menoleh. Saat itu pula tabib istana menutup seluruh tubuh Junseok dengan kain putih.

"Tidak! Ayah!!"

Seokjin mendorong tabib itu menjauh, meraih kepala Junseok yang wajahnya membiru karena racun.

"Ayah ini terlalu cepat!! Kau belum mengatakan apapun padaku! Bangun ayah!!"

Junghyuk mendekat. Menarik tubuh Seokjin yang memberontak tak terima atas kepergian sang ayah.

"Lepaskan brengsek!!"

"Seokjin bukankah kau sudah siap untuk ini?" Bisik Junghyuk pada telinga anak usia 8 tahun itu.

Seokjin yang awalnya memberontak pun diam. Menahan tangis dengan menggigit bibir bawahnya.

"Lepaskan. Aku tidak akan berontak lagi."

Junghyuk melonggarkan pelukannya.

"Kau harus menerima semuanya sebagai putra mahkota."

"Aku tau. Urus pemakaman ayah. Aku akan membunuh orang itu."

Seokjin menatap tajam kearah lain. Ia mengepal tangannya kuat.

The Sacrefice Oh The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang