Empat.

57 35 234
                                    

"Sabar, lima huruf yang diucap elit, diamalkan sulit."

||Ketemu dia?||

Happy reading!!








"Sebenernya,,,ibu...

..Ikut ayah keluar kota,,jadi,,ya gitu."

Arshila menjatuhkan rahangnya tak percaya, bagaimana bisa ibunya tidak memberi tahu dirinya bahwa akan ikut ayahnya keluar kota?

"Berapa lama kak?"

Bima menggeleng pelan, "gak tau, katanya cuma seminggu."

"Dih, kok lama? Abang kapan balik?"

Yang diberi pertanyaan menyeritkan dahi, "kamu gak suka Abang dirumah?"

Arshila melotot kaget dengan jawaban Abang tercintanya, "IHH! ABANG! GAADA YA AKU BILANG GITU!" dasarnya Arshila itu tipe perempuan yang tidak ada lembut-lembutnya.

Hobbi teriak-teriak, tidak bisa santai, suka ngegas, kalo ketawa suka mukul.

Definisi perempuan rasa preman.

"Shil, jujur aja nih, kuping Abang sakit dengernya,"

"Yaudah si, gausah didengerin."

Kenapa adiknya ini sensi sekali?, pikir Bima heran.

"Kenapa nyariin ibu?"

Bukannya menjawab, Arshila justru asik memainkan ponsel pintarnya sembari tersenyum-senyum.

Plak!

Bima mendaratkan tepukan mengejutkan pada bahu Arshila.
Santai, Bima mukulnya pelan kok.

"Monyet!"

"Mana ada monyet ganteng!"

"Pede kali kau ni eh!"

Teman-teman Arshila yang melihatnya ikut tertawa. Mereka menikmati perdebatan Abang dan adiknya itu.

Persaudaraan tanpa canda tawa terasa sangat hampa. Canda tawa itu sendiri tercipta karena rasa kasih sayang yang sudah melekat dihati satu sama lain sebagai keluarga.

°°°

Sebagai anak berusia pelajar tentu saja tugasnya belajar menuntut ilmu untuk bekal masa depan. Arshila pun begitu.

Arshila tengah bersiap ke sekolahpagi ini, bersama dengan teman-temannya.

Pagi ini memang terasa berbeda. Selain keberadaan teman dan abangnya, tidak ada ibunya yang menyiapkan sarapan. Alhasil menyantap masakan sang Abang yang rasanya...tidak terlalu enak. Biasa saja.

Mereka menyantap makanannya dengan hikmat, tak ada satupun yang berbicara.

Saking menghormati memang sangat dianjurkan.

Mungkin jika tidak ada Bima mereka akan sibuk bercanda.

"Bang, aku udah siap nih." ucap Shila kemudian menatap teman-temannya yang juga tengah menatapnya. Rupanya mereka sudah selesai sejak tadi.

"Ayo anak-anakku, marilah kita berangkat!" serunya penuh semangat.

Arshila, Afrita, Dita, dan zahila. Keempatnya berangkat setelah mendapat ijin dari Bima.

(Fyi : untuk masalah seragam, mereka memang sudah membawa. Tadi malam ingin pulang hanya basa-basi.)


°°°

Suasana sekolah setiap harinya sama, jika tidak ada hal-hal yang mempengaruhi. Adanya kejadian menarik yang menjadi buah bibir menjadikan sekolah--ah tidak hanya disekolah sebenarnya, dimanapun juga seperti itu.

Pagi ini, sekolahnya sedang seru-serunya perbincangan tentang kasus terbaru temannya.

Teman macam apa, ketika temannya terkena accident justru diperbincangkan?

Macam ni lah, batin mereka.

Hal inilah yang membuat Arshila merasa takut untuk banyak bertingkah, karena setiap langkahnya pasti ada saja kalimatnya.

Arshila memang terbilang memiliki banyak kepribadian, unik.

Jika dirumah akan banyak tingkah, lain dengan disekolah, dia akan berusaha menjaga image. Katanya sih, begitu.

Disekolah, temannya cukup blak-blakan dalam segala hal. Terlalu frontal.

Ah iya, jika kalian bertanya apasih kasusnya?

'Sesuatu' yang dimaksud kasus adalah siswa-siswi yang kepergok sedang berbuat mesum.

Sangat mengerikan memang, semakin canggih teknologi informasi yang disalah gunakan oleh remaja. Kurangnya pengawasan dari orang tua, dan tentunya iman dari anak tersebut sangat menentukan.

Bukan hanya dari video saja, buku bacaan juga.

(Hayoo🤣)

Kasus seperti ini, sudah hal biasa memalukan sekolah dengan kasus ini.

Sementara mereka disidang, teman-temannya menonton. Karena kejadiannya bukan hari ini, melainkan hari-hari lalu.

°°°

Di Kantin sekolah, Shila bersama dara. Iya, mereka hanya berdua. Sibuk mencari makanan, ah lebih tepatnya hanya Shila yang memilih roti untuk mengisi perut karetnya. Padahal tadi pagi sudah sarapan.

Bertepatan dengan Shila yang memilih roti, seorang cowok juga tengah melakukan hal yang sama, di stand yang sama.

Tanpa sengaja, dan tanpa disadari keduanya berdiri tepat bersampingan-hampir berhimpit.

Dan lagi-lagi, tanpa disengaja tangan keduanya memegang bungkus roti yang sama. Alhasil, tangan cowok itu memegang tangan Shila.

Keduanya sontak saling menatap satu sama lain, dan

Boom!

Cowok itu.

Cowok yang tempo hari bertemu dengannya ditoko buku.




°°°


Haii, aku balik lagi nih.

Aku bakal up lagi kalo vote = 10
komen = 20

Makasiii💚 btw ini masih permulaan kisah mereka yaaa🥰
Penasaran ga nih??

Next?

Story Of Our Destiny (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang