10

252 23 4
                                    

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G

•••
"Jangan menyukai melebihi batas,
karena terlalu berharap itu sakit." 💥
•••

"Rakh, lu ga perlu anter gue deh. gue bisa berangkat sendiri." ujar Mala yang sedang mengoleskan selai strawberry di atas roti tawar. satu untuk dirinya dan satu lagi untuk Rakha. Hanya dua, karena orang tua Rakha sedang tidak berada di rumah.

"Apa apaan, nggakk!, nggakkk!, nggakk!, entar gue yang kena omel bunda kalo lu luka." balas Rakha dengan tatapan sengit. penolakan yang di sertai sedikit alibi. Rakha memang tidak menjawab bohong dan ya selain itu Rakha tidak mau jok belakang nya kosong lagi.

"Gue murid baru di sekolah itu Rakh. gue gak mau cari masalah." ujar Mala.

"Emang gue selama ini suka bikin lo kena masalah? terus apa hubungannya sama gue yang nganter lo ke sekolah."

"Gue tau Rakh, lo terkenal di sekolah. pasti yang nge fans sama lo ga sedikit. gue males adu bacot sama mereka."

"Tinggal cari alasan, mal."

"Lu enak ngomong begitu dodol. gue yang bingung nyari alasannya." Sewot Mala melemparkan lap kotor bekas mengelap saus cabai yang tumpah di meja makan.

"ANJIR MAL, BAU ITU OGEB MANA PEDES LAGI." Rakha melempar asal kain lap itu dan berujung mengenai Mala. Senjata makan tuan. Mala mengekori kemana langkah kaki Rakha menuju.

Mengetahui tujuan kemana Rakha hendak pergi di situlah Mala menghentikan langkahnya. Kamar Rakha. Mala berhenti tepat di depan pintu dan Rakha yang sudah di dalam.

"Gak ikut masuk?" Belum sempat Mala menjawab, Rakha sudah terlebih dahulu menarik lengannya. setelah Mala berada di dalam kamarnya dengan sempurna, Rakha segera menguncinya.

Rakha mengurung Mala di sudut pojok ruangan. Rakha mendekat membuat Mala refleks mundur hingga punggungnya benar-benar menempel pada tembok.

Rakha semakin mendekat, Mala sudah berkeringat dingin. jarak mereka sangat dekat. Rakha mendekatkan kepalanya ke telinga Mala.

Ia berbisik, "sisir lo masih nyangkut di rambut tuh."

Mala refleks menoleh ke lelaki tersebut. tanpa sengaja ia mencium pipi kiri Rakha.

Mala terdiam. ia masih kaget saat bibirnya menyentuh benda kenyal dan lembut. Hingga suara Rakha menyadarkan nya.

"ASTAGHFIRULLAH MAL, PIPI GUE BUKAN PERAWAN LAGI. TANGGUNG JAWAB!"

"Ha?" Beo Mala.

"Lu nyium gue selama tujuh belas detik, mal. Betah lu nyium gue terus?" Rakha menggoyang goyangkan pundak Mala.

"Lo gila. Tujuh belas detik di bilang lama."

Rakha berdecak, "Ssr dong."

"Apaan tuh?"

"Suka suka Rakha."

Mala berlari mencari kantong kresek. "Iuwh, jijik ihh." Ia berlagak ingin muntah.

"LO PIKIR GUE TADI GAK JIJIK PAS LU CIUM?! YA KALI, GAK LAH, GUE MALAH MAU LAGI." Mala langsung memasukkan kantong kresek tadi ke kepala Rakha lalu mengikatnya dengan kencang. yang ngomong mah nyengir aja noh di dalam kresek kayak ga punya dosa.

~~~

Setelah kejadian tadi, Mala meninggalkan Rakha sendirian di kamarnya. Melihat jam di jam tangan yang ada di pergelangannya.

Cerita Kita (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang