Bab 8 : Maafkan Aku, Aretha

3.5K 104 13
                                    

Oke.“

“Oke maksudnya?“

Aretha butuh penjelasan lebih saat ini. Bisa-bisanya Ezran menjawab hal se enteng itu di saat ia begitu berdebar seperti ini. Biar apa sih Ezran kayak gitu?

“Oke kalo kamu suka sama aku,” sahut Ezran santai. Membuat Aretha menaikkan tatapannya tajam.

“Kakak jangan bikin bingung dong,” keluh Aretha sembari melipat tangannya. Membuat Ezran terkekeh kecil. “Sebenarnya yang bener itu apa? Jawab yang jujur.“

“Harus jawab jujur ya?“ Ezran memiringkan senyum sembari memutar bola matanya, membuat pose seolah sedang berpikir. 

Sedangkan Aretha meneguk salivanya kasar. Dadanya berdebar kencang menunggu jawaban dari Ezran.

“Yah … sebenarnya, kamu gadis yang menarik sih. Aku suka tiap kamu membutuhkan aku, rasanya aku sebagai laki-laki merasa berguna gitu. Sisi yang selalu bergantung padaku lah yang membuat kamu terlihat jauh lebih manis,” aku Ezran sembari menggaruk pipinya agak grogi. Membuat Aretha membelalakkan matanya lebar, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Saking senangnya, Aretha sampai refleks memeluk tubuh jangkung itu erat. Membuat Ezran terkejut, tetapi ia tak membalas pelukan itu. Membiarkan saja gadis itu menaruh kepalanya di dada bidangnya.

“Kalau begitu, ayo pacaran, Kak,” ucap Aretha sepelan bisikan. Namun, dapat didengar oleh Ezran. Laki-laki itu lantas menghela senyum kemudian perlahan mendekapnya. Mengangguk pelan.

“Iya.“

***

"Aretha."

"Iya, Kak?"

Aretha menoleh ke arah Ezran, saat itu ia sedang memakan eskrim cone rasa strawberry kesukaannya. Mereka masih berada di sekolah. Saat itu, Aretha sudah kelas 11 dan Ezran kelas 12. Ezran sudah mengikuti ujian dan tinggal menunggu hasil kelulusannya.

"Kalau aku udah gak sekolah disini lagi, jangan kesempatan cari cowok lain," ucap Ezran terdengar sungguh-sungguh. Namun, Aretha malah menanggapinya dengan tertawaan.

"Kok kamu ketawa?" Ezran memicingkan matanya, menatap Aretha penuh keheranan. Padahal ia sedang serius. "Emang ada yang lucu?"

"Iya. Lucu banget," tanggap Aretha setelah tawanya mereda. Menghela napas lalu mencubit pipi laki-laki itu gemas. "Aku gak akan cari yang lain, kamu udah yang terbaik buat aku."

Mendengar hal itu, Ezran menghela senyum. Entah mengapa rasanya lega mendengar apa yang Aretha katakan. Kata-kata itu bagai mantra yang mampu menghangatkan perasaannya.

"Aku senang mendengarnya, Reth. Semoga kita selalu bersama ya," ujar Ezran setelah itu. Mengelus surai halus gadis itu.

"Iya. Apapun yang terjadi pada kita, aku gak akan menyerah begitu saja. Aku akan selalu bersamamu apapun keadaannya. Kalaupun semesta berusaha memisahkan kita, aku pun tetap memilihmu."

"Sekalipun aku selingkuh?"

"Oh gitu. Jadi kamu udah berencana buat selingkuh dari aku?" Aretha menggembungkan pipinya yang malah membuatnya terlihat lebih lucu. Kenapa topiknya tiba-tiba jadi selingkuh sih? Bikin Aretha tiba-tiba badmood saja.

"Eh, gak gitu. Maksud aku kan seandainya." Ezran buru-buru mengoreksi perkataannya karena Aretha ternyata serius menanggapinya. Padahal kan, Ezran niatnya cuma mau bercanda.

"Ya aku nanya aja gitu. Kalo aku selingkuh kamu bakal tetep milih aku gak."

"Kalau kamu selingkuh...," Aretha memutar bola matanya keatas, berpikir. Kata-katanya menggantung di udara. "Mungkin aku bakal ninggalin kamu?"

"Alasannya?"

"Karena aku berpikirnya, jika kamu selingkuh dari aku itu artinya bukan aku yang kamu mau. Logikanya, kalau aku yang kamu mau buat apa cari yang lain? Makanya, kalau kamu selingkuh aku bakal lepasin kamu."

"Ah udahlah, jangan bahas itu lagi. Nanti kamu sedih." Ezran yang panik segera membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Memeluk Aretha erat, Ezran membisikkan sesuatu tepat di telinga Aretha.

"Aku janji gak akan selingkuh dari kamu. Aku pastikan gak akan ada wanita lain diantara kita. Ini janjiku seumur hidup."

Flashback End.

"Aretha?"

Ezran membelalakkan matanya lebar mendapati istrinya sendiri tepat di hadapannya. Ini seperti mimpi buruk untuk Ezran, karena ia sudah melukai hati wanita yang paling dicintainya. Ezran terpaku di tempat, menatap Aretha yang tersenyum. Meskipun ia tahu, wanita itu sedang menyembunyikan mati-matian rasa kecewanya.

"Jadi dia, alasan kamu jarang pulang ke rumah?" tanya Aretha sarkas. Menggelengkan kepala seolah tidak menyangka, Aretha menatap tajam suaminya.

"Pantes kamu sering berbohong padaku demi wanita itu. Wanita itu ternyata cantik sekali yah. Gak salah kalau kamu mau sama dia."

Aretha menghela napasnya yang berat, melewati tubuh suaminya begitu saja lalu menghampiri Karin yang menatap bingung dirinya. Dua wanita itu kini saling berhadapan, menatap satu sama lain.

"Nama kamu siapa? Aku Aretha," ucap Aretha sembari mengulurkan tangannya. Membuat Karin semakin bingung.

"Karin." balas Karin singkat tanpa menyambut jabatan tangan itu, membuat Aretha menarik tangannya. Masih menyunggingkan senyumnya.

"Wah, nama yang cantik. Secantik wajahnya," respons Aretha terdengar tulus. Karin malah semakin tidak nyaman, ia merasa kalau Aretha malah ingin mempermainkan dirinya. Membuat suasana semakin awkward.

Setelah mengatakan hal itu, Aretha menoleh ke belakang untuk menatap Ezran. Memberikan kata-kata yang semakin membuat Ezran semakin merasa bersalah.

"Mas pinter banget cari perempuan. Kenapa gak dikenalin sama aku dari awal? Kalau aku tahu lebih cepat kan, enak. Aku bisa tahu apa yang gak aku punya dalam diriku sehingga kamu menemukan dia."

"Aretha, maaf." Ezran berlari untuk memeluk istrinya dari belakang. Sedangkan Aretha tak bereaksi, tubuhnya kaku. Matanya sudah merah menahan tangis. Aretha tak ingin memperlihatkan rasa sedihnya pada hal ini, makanya daritadi ia berusaha tegar. Namun, nyatanya ia salah. Dipeluk erat oleh suaminya justru membuat pertahanan Aretha semakin melemah.

Airmatanya jatuh tepat di depan wanita itu, Karin. Wanita yang baru saja membuat persepsinya pada Ezran selama ini berubah 180 derajat. Laki-laki yang sudah berjanji akan selalu membahagiakannya ini malah menaruh duri dalam hatinya.

"Maafkan aku, Aretha. Maafkan aku." berulangkali Ezran mengucapkan hal itu, hatinya benar-benar hancur. Airmatanya meleleh begitu saja, membasahi pakaian yang dikenakan istrinya hari ini. Ezran benar-benar tidak mau melepaskan istrinya sampai ia bisa mengklarifikasi apa yang sebenarnya terjadi. Namun yang ia katakan hanyalah :

"Maaf aku telah menghancurkan segalanya. Ini semua memang salahku."

Antara Aku, Kau, dan Perempuan Itu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang