006

1.2K 171 6
                                    

Senin, 12 November 2018.
Busan, Korea Selatan.

Jennie menghela nafas sedih ketika dia membaca pesan dari Lisa yang memberitahu bahwa dia akan datang terlambat karena ada penundaan keberangkatan bus.

Jennie kemudian memasukkan ponselnya ke dalam tas dan mengarahkan pandangannya pada sahabatnya yang juga sedang melihat ponselnya.

"Kamu akan pulang sekarang?" Pertanyaannya menarik perhatian Jisoo.

"Ya, memangnya kenapa?"

"Bolehkah aku menemanimu sampai halte?" Jennie bertanya sambil cemberut.

"Halte bus?" Jennie menganggukkan kepalanya.
"Tapi bukannya Lisa yang biasanya datang kesini untuk menjemputmu?"

"Ya, tapi hari ini tidak bisa karena busnya datang terlambat, jadi aku ingin menunggunya disana sampai bus itu tiba, aku akan membuat sedikit kejutan untuknya." Gadis bermata kucing tersenyum.

"Oh, kalau begitu, oke... ayo kita pergi," Jisoo juga tersenyum lalu keduanya berjalan selama sepuluh menit hingga mereka sampai di halte.

Gadis berambut coklat melihat kesekeliling, siapa tahu pacarnya sudah datang, tapi sedari tadi tidak ada tanda-tanda kehadirannya.

"Jennie, busku datang... sampai jumpa besok." Jisoo mengucapkan selamat tinggal.

"Sampai jumpa, hati-hati dijalan Jisoo," katanya sambil memperhatikan transportasi besar itu berhenti lalu sahabatnya masuk kemudian pintu ditutup.

Jennie melihat bagaimana gadis berbibir hati itu duduk di samping jendela dan ketika bus berangkat dia melambaikan tangan sambil tersenyum manis. Jennie balas tersenyum sampai akhirnya Jisoo pergi dan menghilang dari pandangannya.

Jennie kemudian berjalan ke kursi dan duduk untuk menunggu. Menurut perhitungannya, bus berikutnya adalah bus yang ditumpangi Lisa. Dia lalu melihat sekeliling dan memperhatikan bahwa halte itu relatif sepi, hanya ada dua siswa dari sekolah lain dan seorang wanita.

Jennie menghela nafas sambil melihat kakinya yang perlahan bergerak ke atas dan ke bawah sambil memikirkan keadaan Lisa sehari yang lalu.

Jennie masih merasa agak kecewa karena Lisa tidak mendengarkan perkataannya. Biasanya gadis itu selalu menurut, tetapi apa yang terakhir kali dia katakan di telepon membuat Jennie merasa tidak enak.

Efek alkohol membuat Lisa menjadi lebih jujur, gadis yang lebih tua itu melampiaskan semuanya, banyak hal yang dia katakan, ada hal yang baru Jennie ketahui dan jujur saja itu menghancurkan hatinya.

Jennie mengerti apa yang Lisa rasakan, tentu saja dia mengerti, jarak yang memisahkan mereka juga merupakan siksaan baginya, tapi sepertinya dia menanganinya lebih baik daripada Lisa.

Jennie juga berasumsi jika itu semua adalah akumulasi stres yang Lisa alami dari semua kesibukan yang dia lakukan disana. Jennie takut suatu saat Lisa akan benar-benar menyerah pada hubungan mereka.

Dia memperhatikan dengan seksama warna putih sepatunya sambil bertanya-tanya bagaimana perasaan Lisa sekarang.

Hari itu, beberapa jam setelah berbicara di telepon, Jennie menelepon Lisa lagi untuk memeriksa kesehatannya tapi yang lebih tua tidak menjawab panggilannya sampai tiga jam, ketika Lisa akhirnya menjawab, dia mengatakan kepadanya bahwa dia masih merasa sangat buruk karena pusing yang dia rasakan di kepalanya tak kunjung hilang. Lisa juga meminta maaf atas kejadian tadi malam.

Jennie memaafkannya, lalu dia memberitahu Lisa jika hari senin dia masih merasa tidak enak badan, lebih baik dia tidak pergi menemuinya karena Lisa perlu istirahat. Tetapi gadis yang lebih tua mengatakan kepadanya bahwa dalam beberapa jam, dia akan merasa lebih baik dan keesokan harinya dia akan pergi ke Busan untuk menemuinya.

Jennie sebenarnya tidak ingin Lisa pergi dalam kondisi kesehatan yang kurang baik. Tapi Lisa mengatakan jika dia sudah sangat merindukan Jennie, dia sangat ingin bertemu dengannya sehingga pada akhirnya Jennie membiarkannya. Lagi pula, jika dia menolak, Lisa tidak akan mendengarkannya, dia akan tetap datang menemuinya.

Suara bus mendekat membuat Jennie tersadar dan ketika melihat ke atas, dia menyadari bahwa bus itu berasal dari pusat kota jadi dia yakin itu adalah bus yang ditumpangi pacarnya.

Ketika Bus berhenti di depannya,
Pintu terbuka dan orang-orang mulai turun satu per satu. Jennie mendongak untuk mencari wajah Lisa diantara penumpang yang turun.

Dia merasakan jantungnya berdetak dengan kencang. Dia merasa gugup dan cemas secara bersamaan. Hingga akhirnya dia melihat rambut hitam seorang gadis bertubuh jangkung yang sangat dia kenal sedang menuruni tangga.

Lisa mengenakan jeans hitam, dengan kemeja kuning bermotif kotak-kotak, dan sneakers putih. Di tambah kacamata bulat yang membuat hati Jennie meleleh karena betapa lucu pacarnya dengan kacamata itu.

Ada sebuket bunga yang mengintip di dalam ransel yang dibawanya dan itu membuat Jennie ingin menangis.

Dia berdiri ketika Lisa sudah turun sepenuhnya dari bus, lalu gadis berambut hitam itu melihat ke kiri dan ke kanan dan setelah beberapa detik Lisa menatapnya sementara Jennie tertawa ketika dia melihat wajah pacarnya yang bingung sekaligus terkejut.

Mereka hanya berjarak beberapa meter, kemudian Jennie berlari dan bergegas memeluk Lisa yang langsung mengangkat tubuh pacarnya sampai kaki Jennie terpisah dari lantai kemudian Lisa berputar secara perlahan.

Jennie menyembunyikan wajahnya di leher Lisa, dia memeluk gadis yang sangat dia rindukan dengan begitu erat.

Adegan yang mereka buat sempat menarik perhatian beberapa orang yang melewati mereka, namun saat itu mereka tidak terlalu peduli, tidak ada yang bisa memecahkan momen manis yang tercipta diantara mereka.

Jennie memberikan ciuman kecil di leher Lisa ketika dia sudah kembali berdiri di lantai. Kemudian dia menjauh sedikit untuk menangkup wajahnya dan akhirnya mencium bibir pacarnya.

Lisa langsung membalasnya dengan menggerakkan bibir sambil memiringkan kepalanya dengan lengan yang memeluk pinggangnya.

"Aku merindukanmu, Lili..."
Jennie berbisik setelah mengakhiri ciuman itu lalu dia kembali ke dalam pelukan Lisa.

"Aku lebih merindukanmu sayang." Jawab Lisa sambil meninggalkan ciuman suci di kepalanya.

Ketika pelukan mereka terpisah, Lisa memindahkan ranselnya ke depan lalu mengeluarkan buket bunga yang tersembunyi disana. Dia kemudian mengarahkannya ke arah gadis berambut coklat sambil berkata;

"Maukah kamu memaafkanku?" Lisa menurunkan alisnya dan tanpa sadar bibirnya membentuk cemberut sedih, mirip seperti wajah anak anjing yang baru saja dimarahi. Namun kenyataannya Lisa sangat menyesali tindakannya pada hari Sabtu.

"Oh, Lili..." mata Jennie mulai berkaca-kaca dan bibirnya terasa bergetar,
"Kenapa kamu sampai melakukan ini? Tentu saja aku memaafkanmu, bodoh," dia lantas memeluknya.

Lisa tersenyum saat dia merasakan Jennie mengusap wajahnya di pakaiannya lalu dia memberinya buket bunga. Jennie menatapnya dengan terpesona, dia kemudian membawanya dengan hati-hati.

"Apa kamu menyukainya?"

"Aku sangat menyukainya!" Jennie menjawabnya sambil tersenyum lebar.
"Bunganya cantik sekali, terima kasih Lili..."

"Sama-sama, sayang," sambil berkata, Lisa mencondongkan tubuh sedikit untuk mencium salah satu pipinya yang menggemaskan lalu dia meraih tangannya untuk menjalin jari-jari mereka.

"Kemana kita akan pergi?" Jennie bertanya dengan senyuman penasaran.

"Ke tempat favoritmu."


To be continue ~~~

A THOUSAND MILES (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang