PROLOG

33 8 2
                                        

Bunyi melodi mengalun indah bergema di dalam ruangan yang mewah. Lampu-lampu berkerlip dari ujung sampai ke ujung. Sebuah panggung yang ada di depan di penuhi oleh bunga-bunga dan lampu-lampu yang menyala di sekelilingnya, menjadi gedung ini terkesan menjadi sangat mewah.

Lampu yang tadinya berkerlip tiba-tiba padam meninggalkan lampu yang besar di tengah-tengah gedung menyala menyoroti seorang pemuda yang berada di ujung panggung. Tungkai si pemuda melangkah menaiki panggung dengan tangannya memegang sebuah buket bunga. Dan juga tak lepas wajah tampannya memancarkan senyum manis miliknya.

Seorang gadis cantik tersenyum ke arah si pemuda sewaktu si pemuda sudah berada di depannya.

Tangan si pemuda menyodorkan buket bunga itu pada si gadis, dan di terima oleh gadis yang berada di depannya. Lalu si pemuda bersimpuh di depan gadis itu, di tangannya terdapat sebuah wadah yang isinya terdapat dua buah cincin cantik yang di sodorkan kepada si gadis.

Di antara bunyinya melodi yang mengalun di gedung, suara serak milik si pemuda mengudara membuat gadis yang sedang menatapnya dengan binar kagum seketika pipinya bersemu merah. "Bersedia, kah, Nona cantik untuk menjadi tunangan saya?"

Si gadis menggigit bibir dalamnya lalu menanggguk.

Manik coklat milik si pemuda berbinar memancarkan kebahagian. Ia bangkit dari bersimpuhnya dan tangannya refleks merengkuh badan kecil milik si gadis.

"Makasih, makasih," bisik si pemuda berdesir pelan di telinga si gadis.

Sialnya pipi si gadis tidak bisa di ajak kompromi, yang tadinya sudah memerah akibat ulah si pemuda sekarang kini lebih memerah dari yang sebelumnya.

"UDAH WOY! KASIHAN TUH SI NADINE PIPINYA MERAH!" Teriak heboh dari beberapa kursi penonton yang di duduki oleh dua cowok mengudara merusak moment yang sedang terjadi.

Si pemuda tersadar bahwa ia sedang di tontoni oleh banyak orang, ia menguraikan pelukannya dan tersenyum malu ke arah penonton.

Semua kejadian yang telah si pemuda lakukan mendapat sambutan ketawa oleh penonton.

Suara MC mengudara memerintahkan kedua sepasang tunangan itu untuk menyematkan cincin di jarinya masing-masing.

Tangan si pemuda terangkat, ia ambil tangan kecil punya si gadis dan menyematkan cincin itu di jarinya. Begitupun dengan si gadis melakukan kegiatan yang serupa. Selepas cincin sudah terpasang sempurna di jari kedua remaja itu, mereka di foto oleh mas-mas yang memegang sebuah alat untuk menangkap gambar mereka.

...

Kini, sekarang gadis yang sudah resmi menjadi tunangan si pemuda sedang berada di toilet, dia memandangi wajah dirinya di kaca besar yang menempel di dinding toilet. Ia sempat tidak mengenali pantulan wajah yang berada di kaca. Karna itu seperti bukan dirinya, sebab si gadis memakai riasan yang sangat cantik di wajahnya. Wajar bila ia pangling dengan dirinya sendiri. Tadi pun teman-teman dirinya dan si pemuda menanggapi dirinya bukan gadis yang bernama Nadine, tunangan Giandra.

Suara heels yang berketukan dengan lantai dan juga bisingnya suara dua perempuan yang akan memasuki toilet mengudara, menghantam dada di gadis. "Giandra kok mau-mau aja gitu ya, sama si Nadine, cantik juga kagak. Cantikan juga gue, body gue Aduhay seksinya ngalahin tuh body kerempengan punya si Nadine. Terus lo tau ga, si Nadine punya ibu yang buta, terus Bapaknya si Nadine kayak mayat anjir, semua badannya putih terus rambutnya pun putih semua. Gue pas liat Bapak si Nadine langsung auto kabur. Takutnya itu loh seperti gue sedang liat hantu." Dua cewek cabe-cabean itu cekikin seperti perkataan mereka hanyalah candaan.

Pintu terbuka menampakkan dua cewek yang memakai baju kekurangan bahan. Mereka terkejut sewaktu manik mereka melihat mata Nadine merah menahan amarah dan juga lelehan air mata yang keluar dari mata si empu mengenai pipi gembilnya.

Tungkai Nadine melangkah ke arah mereka dan ia tampar pipi kedua gadis itu secara bergantian. Maniknya menatap tajam punya kedua cewek yang tadi menghina orang tuanya. "Kalian nggak pantes ngehina orang tua gue. Kalian di kasih tau gak sama orang tua kalian tentang adab dan tatakarama? Oh, gue tau, orang tua kalian pasti ngajarin kalian tentang menghina fisik orang ya? Cara menghina fisik ciptaan yang maha kuasa dengan baik dan benar, pasti orang tua kalian ngajarin tentang itu ya? Duh, hebat sekali ya orang tua kalian sudah lolos mendidik anaknya dengan baik dan benar." Tangan Nadine ia angkat dan mendorong dahi punya kedua cewek itu dengan jari telunjuknya, membuat kedua cewek itu kejengkang akibat ulahnya.

Tangan cewek yang maniknya berwarna silver akibat soflent, terangkat untuk menampar Nadine. Tetapi sebelum kegiatannya terjadi, tangannya di tahan oleh cewek yang mungkin itu temannya. "Udah ah ayo, jangan buat keributan. Cape gue." Tangan cewek itu mencekal tangan temannya, dan menyeretnya keluar dari toilet.

Setelah kedua cewek itu keluar, lampu yang berada di dalam toilet tiba-tiba padam. Dari belakang, sebuah kayu mendarat sempurna di punggung Nadine, Membuat Nadine tumbang dan perlahan-lahan kesadarannya menghilang. Juga badan Nadine yang terlentang itu perlahan-lahan menghilang. Meninggalkan baju serta riasan lainnya yang di kenakan Nadine tergeletak di dinginnya lantai.





.
.
.

Haii
ini cerita pertamaku, so, maafin kalau kepenulisanku berantakan. dan—garing

Kalau kamu suka sama cerita ini kalian bisa komen apa yang kalian mau, silahkan. Termasuk—ngehujat. gapapa kok, silahkan heheh.

ADA YANG PENASARAN GAAA SAMA KELANJUTANNYA KAYA GIMANA?

Dasar aku yang baca juga ngga ada🤭

Emmmm, gitu aja sih semoga karyaku ada yang baca dan ada yang suka sama cerita garing ini.

Perjalanan NadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang