1. Mr. Ahjussi

28 10 6
                                    

Krekkk

Gadis itu tersungkur ke lantai. Netranya melihat kesana kemari, ini seperti di bandara. Terlihat beberapa pesawat terbang berjejer rapi di lapangan yang sangat luas dan orang-orang menyeret koper di tangannya masing-masing.

Seseorang menepuk bahunya dari belakang. "Selamat datang di tahun 1980, kamu di tarkdirkan untuk mengubah takdir kehidupan orangtua kamu di tahun ini. Semoga berhasil. Selamat tinggal," bisik orang itu di telinga si gadis.

Gadis itu menoleh ke belakang, ia terkejut, ternyata di belakang tidak ada siapa-siapa hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang dengan menyeret koper di masing-masing tangannya.

Gadis itu mengusap tengkuknya, ia merasa merinding. "Ini dimana? gue kok gak kenal tempat ini," tanyanya ntah ke siapa.

Gadis itu menyipitkan matanya untuk melihat tulisan besar yang menempel pada dinding pintu masuk. "Oh ini bandara bandung, tapi kok beda sama yang kemarin-kemarin. Gue kan minggu kemarin ke Bali terus kesini, tapi nggak kaya gini, di renovasi kah? nggak mungkin ah, baru minggu kemarin juga gue kesini," ucapnya bingung, sewaktu ia mengikuti lomba melukis di Bali suasananya tidak seperti ini.

Netranya melihat kembali tulisan itu, ia merasa ada yang janggal. "HAH? INI TAHUN 1980?" teriaknya terkejut, membuat orang-orang yang sedang duduk di kursi menoleh kepadanya. Gadis itu tersenyum malu, ia meminta maaf kepada orang yang sedang duduk itu. Kemudian melangkahkan kakinya ntah kemana.

Gadis itu duduk di kursi panjang. "Yang benar aja pasti tuh tulisan typo masa tahun 1980, ini kan tahun 2024," ucapnya.

Gadis itu melangkahkan kakinya ke meja resepsionis. "Mba, itu tulisan yang ada di pintu masuk salah tulis kah? masa 1980 kudunya 2024," ucapnya sembari menunjukkan pintu masuk yang di sedang di jaga oleh security.

Penjaga resepsionis mengerutkan dahinya. "Maaf, emang tahun 1980 Dek," ucap Mba penjaga resepsionis itu sembari tersenyum.

"2024 Mba, saya ingatkan supaya cepat di ganti ya, biar orang lain gak bingung," ucap si Gadis sembari melangkah pergi dari meja resepsionis.

Ketika ia mau keluar dari bandara, netranya melihat orang yang ia kenali. "Itu kakek?"

Gadis itu melangkahkan kakinya keluar, mengejar Kakek yang si gadis maksud. Terlihat seseorang yang di tutupi wajahnya dengan masker berusaha mengambil tas yang sedang di pegang si Kakek. Si gadis berlari ke arah mereka, ia memukul wajah pria bermasker itu dengan tangannya. Membuat si pria itu menoleh kepadanya dengan tatapan marah.

"Kek, tunggu di sini ya, biar Ndin hajar tuh preman buncit," ucapnya pada si Kakek

Setelah mengatakan itu, terjadi adu jotos antara si gadis dengan pria bermasker, untungnya di parkiran saat ini sedang sepi, hanya ada beberapa orang. Untungnya orang itu tidak memanggil keamanan bandara ini. Mereka hanya menonton perkalihan mereka.

Setelah menghajar pria bermasker itu, si gadis melangkahkan kakinya ke pria yang di sebut Kakek oleh si gadis. Ia menepuk-nepuk tas itu, si gadis memberikan tas itu kepada pria yang ada di depannya.

"Terimakasih sudah tolongin saya, berkat kamu berkas-berkas penting saya tidak di ambil oleh pria bermasker itu,"

Tangan pria itu membuka dompet dari dalam celananya, kemudian ia memasukkan beberapa lembar uang kepada tas selempang yang si gadis kenakan.

"Sama-sama Kek. Kakek kok sekarang jarang mampir kerumah? mama selalu nungguin Kakek, katanya kangen sama Kakek," ucap si Gadis.

Pria itu tidak menjawab ucapan si gadis. Ia masuk ke dalam mobil, lalu meninggalkan si gadis yang sedang menatapnya dengan cengo.

Perjalanan NadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang