POV Lulu
Setelah aku melewati dan melihat didalam mobil gada orangnya, tapi pintu mobil terbuka, pikiran ku mulai kemana mana. Apa dia ada masalah?
********
Aku curiga dengan rumah kosong itu, karna hanya ada 1 rumah yang terbengkalai. Dan itu satu satunya rumah di daerah ini. Aku memarkirkan motorku dengan hati hati di depan mobil ini dan mulai berjalan ke arah rumah kosong itu, aku masuk tanpa permisi. Perasaanku mulai tidak enak.
Aku mendengar suara perempuan menangis memberontak. Aku mencari apapun yang bisa menjadi senjatanku, aku terus masuk dan melihat seorang wanita sedang digrayangi oleh dua pria. Tanpa ba-bi-bu lagi aku langsung memukul tengkuk pria itu dan pria satunya langsung melawanku, berhubung aku punya senjata, jadi lumayan aman.
Pria tersebut tersungkur dan mereka pingsan. Aku langsung membuang balok kayu itu dan langsung menghampiri wanita itu.
"Heyyy, kamu udah aman. Tenang yaa." Ucapku untuk menenangkannya, saat ku lihat wajahnya dari dekat ternyata itu Chika. Dia menangis sejadi jadinya.
Dia memelukku, aku membalas memeluknya. "Ayo keluar, disini bahaya." Ucapku, aku menuntun dia untuk keluar. Kita kembali ke mobil Chika.
"tenang yaaa, ayo aku anter kamu sampe rumah. Tapi maaf, aku ga bisa bawa mobil, dan aku bawa motor. Kamu masih bisa nyetir?" Tanyaku lembut, dia menggeleng. Aku mengangguk
"kamu telfon Gracia atau Shani gih. Sebelum preman itu bangun, suruh mereka bawa mobil kamu." Ucapku, dia mengeluarkan hp dengan gemeteran, aku mengambil alih hp nya.
"Hallo chikuyyy." Gracia
"Ini lulu, gre bisa kamu ke jalan edelweis?" Aku
"Heeee kenapa dijalan itu? Itu jalan kan sepi, banyak preman lagi. Kalian ngapain?" Gracia
"Kamu kesini aja dulu, bawa temen ya buat nyetir mobilnya Chika. Aku tunggu sekarang yaa." Aku
Aku langsung mematikan sambungan, "nih hp nya. Tenang yaa, kamu udah aman sekarang." Ucapku, dia cuman diem aja. Aku langsung menggenggam tangannya.
"Tenang yaa, kamu udah aman. Kamu ga perlu takut lagi okey." Ucapku, dia mengangguk dan langsung memelukku. Aku membalasnya, aku tak ingin membuat dia semakin takut jika aku menolak untuk dipeluknya. Udah 3 bulan aku sebangku sama dia dan baru kali ini aku berani buat megang tangan orang lain.
Gracia sama Shani pun dateng dengan panik, "ya ampun Chik, kamu kenapa?" Tanya Shani khawatir
"tanyanya nantian aja, anter Chika pulang dulu. Disini ga aman. Aku titip Chika yaa, kalian cepet pergi dari sini. Chika, aku pergi dulu ya. Temen temen kamu udah dateng." Ucapku langsung pergi ke arah motorku yang terparkir.
.
.
.
.Skip
.
.
.
.Pagi harinya Chika ga berangkat, Gracia bilang dia sakit, dan Chika belom cerita apapun ke mereka. "Kamu mau cerita kemaren ada apa engga?" Tanya Shani dengan serius.
"aku engga berhak Shan." Jawabku, karna memang bukan kapasitasku untuk menjelaskan apa yang terjadi pada Chika.
"tunggu Chika baikan, dia pasti cerita ke kalian." Saranku
"Oh iya lu, kalo kamu digangguin sama gengnya Feni langsung bilang ke kita yaaa. Biar kita hadepin bareng bareng. Jangan kaya yang udah udah, takut ada apa apa sama kamu." Ucap Gracia, aku hanya tersenyum.