POV LULU
"sampe sekarang orang tua mereka melarang aku untuk berkunjung ke makamnya." Lirihku.
**********
"Dan papah makin benci aku." Lirihku. Chika langsung memelukku,
"kenapa ga cerita dari awal?kamu ga sendirian sekarang, ada aku. Ada kita lu." Ucap shani, aku merasakan adanya ketulusan
"aku menganggap kalian seperti yang lainnya, kalian akan pergi gitu aja." Ucapku menunduk, karna dari awal semua akan sama pergi meninggalkan aku begitu saja.
"aku ga akan pergi kemana mana. Percaya sama aku." Ucap Chika, aku memandang mereka dengan tatapan sendu.
"Papah udah ga nganggap aku sebagai anak semenjak aku pindah ke sini. Dari dulu, aku hidup sendiri, aku harus kerja buat bisa sekolah, biar bisa makan." Ucapku mendadak, aku ingin mereka semua tau bagaimana kondisiku saat ini.
"mamah meninggal waktu ngelahirin aku, itu sebabnya papah benci banget sama aku. Papah juga udah punya keluarga baru dari dulu. Hehehe, konyol yaaa hidupku." Ucapku terkekeh.
"lulu.." lirih Gracia,
"aku gapapa. Makasih yaaa, kalian mau berteman sama aku. Maaf juga aku udah ngerepotin kalian." Ucapku sedikit menyesal karna sudah lepas kontrol didepan mereka.
"aku dari beberapa minggu yang lalu udah nyaman sama kalian, aku sayang kalian. Maafin aku yaaa." Ucapku, akhirnya aku bisa mengatakan yang sejujurnya. Ada kelegaan dihatiku saat ini, semoga mereka menepati janji mereka untuk ada bersamaku.
"Kita juga sayang sama kamu." Ucap Chika
"widihhh jadi sekarang kita sahabatan nihhh?" Girang Gracia, aku hanya terkekeh.
"Maaf dan makasi ya. Aku bahagia bisa ketemu kalian. Bahagia banget. Aku jadi ngerasa punya Kaka sama adek. Makasih banyak." Lirihku sambil memeluk mereka.
"Udah, kamu istirahat aja. Aku beliin kamu minum ya." Ucap Chika, aku menggeleng.
"Kamu yang lagi sakit, aku udah gapapa. Nanti kalo aku ketemu geng centil itu mau aku sentil ginjalnya." Ucapku,
"udahlah, kalian berdua disini istirahat dulu. Biar aku sama ci Shani yang beliin kalian makanan, sekalian ngurus kasus ini." Ucap Gracia, aku menggeleng.
"Ga usah diperpanjang gre. Nanti malah jadi besar." Ucapku, aku takut masalah ini semakin besar dan sampai memanggil orang tua.
"ga bisa dibiarin lulu. Mereka udah keterlaluan sama kamu." Ucap ci Shani,
"tapi mereka ga tau kalo aku takut rooftop." Belaku
"niat mereka udah jelek. Kamu tenang aja, biar kita yang urus. Kamu diem aja yaa, jaga Chika." Ucap Gracia, aku pasrah. Terserah mereka.
"Kamu istirahat Chik, muka kamu pucet banget. Tunggu mereka dateng nanti aku bangunin." Ucapku
"iya nih, pusing banget. Aku tinggal tidur gapapa?" Tanya Chika, aku hanya mengangguk.
Aku gelisah, bagaimana jika masalah ini semakin besar?dan harus memanggil orang tua? Sial.
.
.
.
.Skip
.
.
.
.Kita udah makan makanan yang dibawa Gracia sama Shani. Tapi mereka langsung pergi lagi, dan aku benar benar tidak tenang.
"Kamu kenapa?gelisah banget?" Tanya Chika, aku hanya menggeleng.
"lulu, diluar heboh heboh ada apa?" Tanya Chika,
"mana aku tau Chik, dari tadi aku disini sama kamu." Jawabku datar
"ya siapa tauuu." Kekeh Chika.
Pria paruh baya tiba tiba membuka pintu UKS, Chika hanya diam memandangnya, sedangkan aku?aku sudah keringat dingin. Walaupun aku membenci pria ini, tapi aku tidak bisa melawannya.
"Sudah saya katakan, jangan membuat masalah lulu." Bentak suruhan papah.
Benar sekali, papah suka menyuruh dia untuk datang jika pihak sekolah memaksa datang, dia juga mengaku menjadi papahku, aku hanya memejamkan mata, sedangkan Chika, dia sudah hampir jatuh dari ranjang karna terkejut.
"Ini bukan urusan anda." Ucapku dingin,
"kau tau, mereka tetap memanggil saya untuk datang." Ucap om dheo dengan mencengkram rahangku.
"om, lepasin kasian lulu." Pinta Chika sambil memegangi tangan om dhoe.
"Jangan ikut campur bocah." Sarkas om dhoe,
"kamu ikut saya." Suruhnya, aku menggeleng.
"Kurang ajar kamu, berani menolak perintah saya!!" Bentaknya,
"anda bukan siapa siapa saya, jadi untuk apa saya menuruti perintah anda." Teriakku sambil menahan tangis
"banyak bicara." Gumam om dheo, dia langsung menyeretku, aku memberontak. Tapi percuma.
"Jangan bawa lulu.." teriak Chika, aku menggeleng pertanda dia tidak perlu khawatir.
Gracia dan Shani baru dateng dan langsung cegat om dheo. "Om jangan seperti ini." Ucap Shani,
"lulu ga salah om." Ucap Gracia,
"saya tidak perduli. Minggir kalian semua." Ucap om dheo. Dan orang tua ini berhasil membawaku pergi dari sekolah.
Aku kembali dibawa kerumah, om dheo langsung menghempaskan ku dengan kasar depan di depan papah yang sedang duduk dengan angkuh.
"Saya sudah berulang kali memperingati kamu, supaya tidak membuat masalah." Ucap papah,
"lulu ga pernah buat masalah. Mereka, pah, mereka yang cari gara gara." Teriakku, papah langsung menamparku. Aku hanya bisa diam.
"anak tidak tau diuntung." Bentak papah didepan wajahku, aku hanya bisa memejamkan mata.
Papah memukuliku tanpa ampun, dia membabi buta. Aku benci papah jika sudah gelap mata.
"Bangun kamu!" Bentak papah, aku sudah tidak sanggup untuk berdiri, jangankan untuk berdiri, untuk bernafas aja susah banget.
"Jika bukan karna kamu, istri saya masih hidup. Dasar pembawa sial." Teriak papah, saat dia sedang mencengkram kerah bajuku lalu dihempaskan seperti sampah yang sangat tidak berharga.
"Saya tidak pernah minta untuk dilahirkan." Ucapku dengan penuh kekuatan, dan ini rasanya sakit sekali.
"Pilihan mamah sangat tepat untuk meninggalkan laki laki brengsek seperti anda." Teriakku, aku menangis menahan sakit, entah sakit yang mana. Tubuhku atau bahkan hatiku.
Papah tiba tiba meleparkan kertas ke arah wajahku, aku segera mengambilnya. Dan ternyata, itu adalah KK. Iya, papah membuat KK baru untukku sendiri, setidaknya dia masih berbaik hati melepaskan ku dari penjara dunia ini.
"Sekarang kita sudah bukan apa apa. Luka yang ada ditubuh kamu, sebagai ganti rugi karna sudah mempermalukan saya." Ucap papah, aku hanya tersenyum.
"Terima kasih karna sudah membebaskan saya. Saya harap keluarga anda tidak merasakan apa yang saat ini saya rasakan." Ucapku, dia pergi begitu saja.
Aku kembali menangis, kenapa semesta sangat kejam?apa aku tidak boleh merasakan kebahagian?apa benar aku pembawa sial?mamah pergi karna melahirkan aku. Dasar lulu pembawa sial.
Aku mengobati lukaku sendiri, mungkin besok aku tidak ke sekolah. Dan mungkin seharian akan bekerja saja. Rasanya semuanya sangat sakit, benar benar sakit. Tapi aku tidak bisa berdiam diri, karna itu akan membuatku memikirkan hal hal bodoh. Hp ku terus berdering, itu panggilan dari Chika, tapi aku tidak bisa mengangkatnya sekarang.
🐣