Daniel baru saja selesai meeting dengan beberapa bawahannya, dan sekembalinya ke ruangan, seseorang telah duduk menunggu Daniel.
Wanita itu berdiri, dengan pakaiaan yang memperlihatkan keindahan lekuk tubuhnya.
Daniel dan Eveline berdiri berhadapan dan mereka tampak indah dan serasi.
"Aneh rasanya kita akan menikah tapi kita tidak sering bertemu." Kata Eveline.
"Hanya pernikahan di atas kertas." Balas Daniel lalu berjalan ke kursinya. Daniel membuka dokumen di atas meja, wajahnya serius seakan tidak menganggap kehadiran Eveline penting.
"Apa benar desas desus itu? Jika... Jika kejantananmu tidak bisa bangun?" Eveline memandang ke arah Daniel dengan tatapan serius.
"Untuk itu, jangan ragu jika urusan keluargamu dan Thomas selesai, uruslah perceraian kita."
Eveline memegang keningnya rumit, jelas Daniel mengiyakan desas desus itu secara tidak langsung. Dan Eveline tidak menyukai kenyataan itu.
"Meski hanya bisa membuatmu menjadi suami pajangan, aku sudah puas orang orang akan menyebut kita pasangan yang serasi. Tapi harus aku akui, pernikahan kita akan sesempurna fisik kita andai milikmu berfungsi dan kita bisa memiliki keturunan." Eveline tidak segan mengutarakan keinginannya.
Daniel memandang Eveline, wajah serius itu berangsur berubah memperlihatkan senyum kecil yang nampak keji. "Aku yang tidak sudi." Kata Daniel, membuat Eveline menyeringai.
"Apa aku perlu membuat janji dengan dokter yang bisa membantu menyembuhkanmu?" Tanya Eveline.
"Tidak perlu. Aku memang tidak berencana menikah. Aku hanya anjing yang terpaksa menuruti perkataan Thomas, dan sebentar lagi terpaksa menjadi pajanganmu,"
Eveline berjalan mendekati Daniel, wanita itu menggelayutkan tangannya ke pundak Daniel sedangkan tangan satunya tiba tiba hinggap di bagian sensitif Daniel, kemudian meremasnya kuat.
Eveline terkejut saat menyadari dalam posisi tidak tegang saja, telapak tangannya tidak muat meremas seluruhnya kejantanan Daniel.
"Mestinya kamu tinggal minta padaku untuk bisa mengeceknya sendiri." Gumam Daniel.
Eveline kembali menegakkan diri, apalagi kejantanan Daniel tidak menunjukkan tanda tanda untuk tegak. Sekilas Eveline membenarkan desas desus itu. Dengan wajah kesal dia meninggalkan ruangan dengan membanting pintunya.
Ponsel Daniel bergetar, ada pesan dari Thomas soal rencana pernikahan. Thomas meminta Daniel datang untuk makan malam bersama dua keluarga. Membaca itu Daniel menghempaskan nafas penuh beban.
Daniel memutuskan pulang untuk menenangkan pikiran.
Setibanya di rumah, Daniel melihat Sahara sedang menyirami tanaman tanamannya di teras belakang yang menyatu dengan ruang makan dan dapur.
Sahara mengenakan daster di atas lutut, dan cipratan air membasahi bagian depan tubuhnya. Melihat Sahara dari jauh saja sudah bisa membangunkan kejantanan Daniel, yang bahkan Daniel sendiri tidak menyadarinya.
Sahara yang menyadari kehadiran Daniel segera mematikan air, dan menghampiri tuannya.
"Apa tuan ingin saya siapkan makan siang?" Tanya Sahara.
Daniel menunduk untuk bisa memandangi wajah Sahara dengan lekat, tapi tersadar terlalu lama memandang ART nya itu, Daniel segera mengangkat tangan melihat jamnya. "Ini belum waktunya jam makan siang. Tapi tidak apa jika kamu memasaknya sejak sekarang, kamu akan butuh waktu memasak lebih lama dari biasanya..."
Kalimat Daniel membuat Sahara berpikir sejenak sebelum akhirnya dia ke dapur, sedang Daniel ternyata mengikuti di belakang.
"Abaikan aku dan fokuslah memasak." Pinta Daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEHAMILAN RAHASIA SAHARA
RomanceSahara gadis 16th, terpaksa bekerja menjadi ART dan dihamili tuan Daniel yang disangka impoten.