Mungkin, buat mereka yang tidak pernah ketemu dengan seseorang yang berada di hatinya adalah hal yang paling menyakitkan. Dan bertemu adalah menjadi salah satu obatnya. Batin Exandra, kenapa itu buat mereka? Bukan buat Gue?. Tak heran jika Exandra mengatakan seperti itu dalam hatinya. Harapan Exandra ketika papahnya pulang adalah memiliki banyak waktu untuk berinteraksi sering kepadanya. Namun, harapan itu malah menjadi sebaliknya. Perkiraan Exandra, papahnya tidak ada waktu untuknya hanya pada saat ketika papah ya di eropa karena sibuk dengan pekerjaannya. Ternyata, di indonesia sikap papahnya sama. Jarang ada waktu buat Xa.Exandra duduk di meja makan dengan memegang dua jenis sendok di tangan kanan dan kirinya. Meggaruk nasi yang tertata di piring depannya tersebut seraya menunggu kakak, dan ayahnya untuk makan bersama. Menit sudah banyak terhitung, tak ada satupun orang yang ditunggu datang menghampirinya ke ruang makan tersebut. Bibi, seorang pembantunya yang sedang berjalan melewati ruang makan disapa oleh exandra dengan menanyakan sesuatu.
“Bi, kakak sama papah mana ya? Kok belum makan?”
“Bapak masih dikamar Den. Katanya, Aden suruh makan dulu aja. Nanti kalo nungguin Bapak, Aden terlambat ke sekolah. Bapak lagi sibuk Den gamau diganggu katanya” jawab bibi
“kalo kakak Bi?”
“Kakak udah pergi Den, tadi berangkatnya pagi banget. Kalo nggak salah mau keluar kota. Besok baru pulang. Ada kerjaan”
“Oh gitu, makasih Bi”
Exandra menaruhkan dua sendok yang tadi masih berada di kedua tangannya. Sendok tersebut tergeletak di atas piring yang masih terdapat nasi yang baru berkurang sedikit. Exandra mengangkat tubuhnya dari kursi makan tersebut, menarik tas sekolah yang berada di kursi tersebut juga yang tadi disandarinya.
“Den, makanan Den Xa baru berkurang sedikit loh, kok ga dihabisin”
“Gausah Bik, nanti itu kasih makan peliharaan di belakang aja, Xa pamit dulu ya” Exandra berpamitan dengan mencium tangan bibinya.
Xa mengambil motor trel bewarna black miliknya yang berada di garansi. Exandra menaiki motor tersebut dan mengendarainya sepanjang jalan dengan kecepatan tinggi. Hatinya yang dikerubungi kekecewaan tersebut membuat isi otaknya kembali ber negatif thinking. Motornya melaju cepat dijalankan dengan kondisi otaknya yang masih memikirkan keluarganya, pandangan indera matanya mengarah ke depan. Namun itu hanyalah pandangan kosong. Indera penglihatan Xa di setel oleh otaknya sehingga matanya terbayang abyang akan papah dan kakaknya. Fikirnya, derajat Exandra sama pekerjaan mereka kastanya masih tinggi pekerjaan. Limited edition. Biasanya, orang insecure dengan seseorang. Tapi Exandra tidak. Exandra lebih insecure dengan pekerjaan ayah dan kakaknya yang sampai melupakan dirinya. Rasa kecewa tersebut semakin meninggi di jiwa Xa sehingga otaknya tidak fokus bahwa dirinya sedang mengendarai motor. Xa mulai fokus dalam berkendaranya ketika ia melewati sebuah perempatan yang terdapat mobil lewat. Xa berusaha mengerem motor bewarna black itu dengan jarak yang relatif dekat. Namun, usahanya sia sia. Exandra menabrak mobil yang lewat tersebut hingga dirinya jatuh dari motor dan pingsan. Warga penduduk setempat yang menyaksikan fenomena itu langsung menghampiri. Pemilik mobil yang ditabrak exandra memiliki kemurahan hati mau mengantarkan Exandra ke rumah sakit. Exandra dilarikan dirumah sakit terdekat.
Di halaman rumah sakit, pemilik mobil yang ditabrak Exandra tadi memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit. Pemilik mobil itu memanggil suster untuk menangani Exandra. Suster tersebut segera menangani Exandra yang tengah pingsan. Exandra masuk di ruangan pasien. Seorang dokter sedang menangani Exandra dengan caranya.
Setelah selesai mengecek kondisi Exandra, dokter tersebut keluar dari ruangan dan memberitahukan kepada seseorang yang mengantar Exandra tersebut bahwa kondisi Exandra baik baik saja. Namun, harus dirawat untuk sementara waktu agar mendapat perawatan yang perfectif. Dokter tersebut kembali memasuki ruangan Exandra. Memandangi dengan makna pada wajah Exandra.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cool and Care (TERBIT)
Teen FictionDua remaja mempunyai sikap yang sama. Namun, keduanya dapat berubah menjadi lebih baik karena yang satunya. Salah satu seorang remaja dengan semua kata rindunya kepada orang terdekatnya namun terhalang oleh kenyataan yang fakta. Tak ada kata "bertem...