Pagi yang cerah, angin menerpa dingin ditambah dengan langit yang kekuningan membuat bibir seorang gadis cantik tersenyum sambil menatap dan menikmati pemandangan langit pagi di balkon rumahnya.
“Narethaa...” Panggil wanita berusia empat puluhan yang berada dalam rumah. Naretha berjalan menghampiri wanita itu.
"Iya Mah, ada apa?."
"Kamu ngapain sih di balkon kok lama banget? Sampai udah mau siang gini..emangnya Kamu ga siap siap sekolah?.. Ntar telat lhoo." celoteh ibunya, wanita berusia empat puluhan itu yang biasa di sebut Naretha dengan sebutan mama.
"Hehe iya Mah, ini juga mau siap siap, santai Maa.." ucapnya sambil cengar-cengir.
"Yaudah kalo gitu Re siap siap dulu ya Mah" pamitnya sambil berlari menuruni tangga untuk mandi dan siap siap pergi ke sekolah.
Naretha siap pergi ke sekolah. Dia keluar dari kamarnya dengan penampilan yang sangat memikat dengan kuncir kepang satu di kepala bagian belakang. Dia melangkahkan kakinya yang tertutup dengan sepatu bewarna putih menuju tempat makan sambil menggendong tas sekolahnya namun hanya satu sisi.
Sesampainya di meja makan ia mendaratkan tasnya di kursi makan untuk sarapan.
“Cantiknya putri Mama..” Puji Harina, wanita berusia empat puluhan tersebut yang biasa dipanggil Naretha dengan sebutan mama.
"Pasti dong..anak Mama kan emang cantik dari lahir" ucapnya sambil memasang sikap miliknya, Yaitu cengar-cengir. Hingga membuat matanya sipit.
"Kamu berangkat sendiri atau sama siapa Re?" tanya Harina yang kemudian di jawab sama Naretha. “Sama Deera dan Hersya Mah, ini mau dijemput." jawab Naretha.
Harina mengangguk dengan santai seraya memberi balasan terhadap Naretha anaknya.
Titt..titt..
Bunyi klakson mobil tertangkap telinga Naretha.
“Mah, Re berangkat dulu ya, udah ada Hersya dan Deera tuh di depan. Da Mahh.” Pamit Naretha sambil mencium tangan ibunya.
"Iya, hati hati sayang.." jawab Harina.
Sampai depan rumahnya, Re langsung naik ke mobil temanya untuk berangkat ke sekolah. Di tengah perjalanan Deera, salah satu temanya mengambil benda elektronik berbentuk persegi panjang tipis rata. Dia membukanya dan menyalakan akses internet di handphone miliknya sembari mengecek pesan yang masuk. Beberapa pesan saling saut menyaut dalam salah satu aplikasi yang ada dalam benda berbentuk persegi panjang itu. Yang ternyata salah satunya adalah pesan dari bu guru yang meminta bantuan kepada Deera dan Hersya. Kenapa Bu guru meminta bantuan kepada Deera dan Hersya saja? Kenapa tidak sekalian dengan Naretha? Jawabannya tidak! Karena Deera dan Hersya mendalami sebuah kegiatan yang berbeda banget dengan Naretha. Mereka berdua hobi dengan sesuatu yang menyangkut perpisauan, perpancian, perbaskoman, persendokan, pergarpuan, perpiringan dan per per lainya yang menyangkut dunia perdapuran. Berbeda dengan naretha yang suka dengan dunia perngocehan dan perpensilan serta perkertasan.
"Woii gayss, Gue dichat sama Bu Zeva. Katanya, Gue sama Hersya disuruh buat persiapan class cook khusus di round cafe.." ucap Deera sambil membaca pesan dari Bu Zeva yang diberitahukan kepada kedua temanya.
"Yahh, gimana nih, kan Kita bareng bertiga, masa iya kita telantarin si Naretha dijalankan. Mana round cafe jauh lagi." Ucap Hersya sambil memegang benda bulat yang menempel di salah satu sisi mobilnya yang sedang dikendarainya.
“Weh, weh bahasanya nggak dilantarin juga kalii, kasar amat" saut Re dengan santai.
"Hehehe, bercanda Naretha" balas Hersya kepada Re.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool and Care (TERBIT)
Teen FictionDua remaja mempunyai sikap yang sama. Namun, keduanya dapat berubah menjadi lebih baik karena yang satunya. Salah satu seorang remaja dengan semua kata rindunya kepada orang terdekatnya namun terhalang oleh kenyataan yang fakta. Tak ada kata "bertem...