Desisan tipis telah lolos dari bibir kesal Uchiha Sasuke setelah lemparan andalannya tidak membuahkan hasil. Pin-pin yang berdiri tegak di sana, hanya bisa dijatuhkan kurang dari setengah deretan.
Sial, poinnya akan semakin jauh dari Naruto.
"Kau sedang menjadi badut atau apa? Kenapa dari tadi terus melawak?" Namikaze Naruto bangkit berdiri. Sekarang adalah gilirannya yang kesekian kali, dan akan kesekian kali pula membuat Sasuke tampak konyol karena telah memilih mengadu keterampilan dalam bermain melawannya.
Naruto meraih satu bola yang tersedia. Ia melirik terlebih dahulu orang-orang yang sedang duduk dan memperhatikan dirinya di belakang sana, lalu memberikan seringai meremehkan kepada pria pendiam yang memasang tampang menekuk sebab usahanya tidak berhasil mengejar angka.
"Perhatikan ini." Naruto mengambil ancang-ancang. Dengan gestur tubuh selayaknya seolah ahli, semua batangan putih yang berjejer rapi di ujung pengelihatan, langsung berhamburan tanpa tersisa.
"Strike!" pria tersebut berseru senang.
Sasuke mendengus. Ia melirik ke arah monitor yang memperlihatkan perbedaan poin.
"Begitu caranya bermain, Berengsek," Naruto berujar bangga.
Jari tengah Sasuke teracung singkat. Ia berlagak tidak peduli dan menyesap minumannya dengan tenang.
Naruto kembali ke tempat duduk dan menoleh ke arah Sai yang sedang menertawakan kekalahan telak sang pria raven.
"Kemampuan Naruto dalam hal menembak, memang tidak perlu diragukan."
"Dia hanya beruntung," Sasuke bergumam.
"Kau terlihat kesal," Sai menyulut.
"Ck."
Naruto menyandarkan punggung dengan puas. Mengalahkan seorang Uchiha Sasuke merupakan sesuatu paling mengembirakan. Menginjak harga diri dari lelaki tersebut adalah kebahagiaan tersendiri yang dirasakan.
Mengalihkan keadaan dari percakapan antara Sasuke dan Sai, Naruto menoleh kepada satu-satunya perempuan di antara mereka. Hinata terlihat sibuk dengan dunianya. Entah siapa yang sedang bertukar pesan dengannya.
"Kau tidak mau coba juga?"
Hinata melirik kecil secara singkat. "Tidak. Kalian hanya akan mengejekku."
"Setidaknya, kau sadar kemampuan."
"Ish, menyebalkan," Hinata berdesis sebal.
"Aku akan kembali sekarang." Sai menegakkan tubuh. Untuk hari ini, segala kebosanannya telah dituntaskan, dan sekarang ia ingin pulang untuk beristirahat.
"Aku juga." Sasuke ikut serta. "Kalian?" Ia bertanya pada dua orang yang masih duduk manis di tempat.
"Aku masih ingin mengajak kalian pergi minum." Naruto berkata. "Tapi sudahlah. Biar Hinata saja yang menemaniku."
"Hinata, pastikan dia tidak mabuk berlebihan. Dia tidak akan hidup sampai besok kalau dibiarkan menyetir sendirian," Sai mengejek. Mereka sudah paham bagaimana Naruto bila sedang mabuk.
Setelah berkata demikian, Sai berlalu, diikuti oleh Sasuke di belakang.
Naruto meneguk sodanya dengan kasar. Lensa samudra tersebut bergulir pada wanita di dekatnya. "Ayo, temani aku minum."
.
.
Inilah maksud dari ucapan Shimura Sai beberapa saat lalu.
Sesuai apa yang pria tersebut katakan, Namikaze Naruto harus selalu membawa seseorang untuk memantaunya bila pergi minum-minum.
Sekarang, dia mabuk. Dan satu kebiasaan yang selalu laki-laki ini lakukan saat kesadarannya sedang di batas akhir kenormalan adalah merepotkan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eigengrau - NaruHina [ M ] ✔
FanfictionMungkin, bisa dikatakan jika ini adalah jenis pertemanan yang sedikit berbeda. Serupa warna yang hadir dalam kegelapan, semua hanya bisa terlihat ketika seharusnya mata tak dapat melihat apa-apa. *** "Saat bercinta dengannya, pastikan kau mengikat r...