8

2.3K 226 37
                                    


Sehubungan dengan peringatan yang sudah dicantumkan pada bagian deskripsi, cerita ini akan berisi beberapa adegan dan bahasa yang terkesan tidak pantas.

Jika kalian tidak menyukai konsep cerita seperti demikian, diharapkan untuk mundur dan menjauh, tanpa meninggalkan jejak buruk di kolom komentar.

Pembaca diharapkan bijak dalam memilih bacaan!

Namun sebelum itu, jangan berekspektasi tinggi. Aku enggak mahir bikin adegan begituan.

.

.

Don't like, don't read

Simple

.

.

Happy Reading

.

.

"Uhh ..."

Seringai di bibir Naruto kembali hadir. Mata samudranya bergulir naik untuk memandangi wajah cantik Hinata yang menjadi sayu karena merasakan puncak dadanya sedang dimainkan oleh lidah si pria dari luar kemeja.

Kain tipis itu bahkan sudah basah dan semakin transparan hingga membuat sesuatu yang agak gelap di dalam sana menjadi tampak lebih jelas, karena Naruto terus menggodanya di tempat yang sama.

Ini merupakan kegiatan yang Naruto senangi, namun, ia melakukan semua ini bukan untuk hiburan bagi dirinya sendiri, tetapi juga agar Hinata bisa lebih terbuai dan terbawa arus lebih dalam.

Satu per satu kancing di hadapannya mulai dilepaskan secara perlahan. Tidak semuanya, hanya ada tiga dari atas, sehingga masih ada kancing lain yang tetap berfungsi sebagai pengunci di bagian bawah, agar kemeja tersebut tidak terbuka seutuhnya dari tubuh sang pemilik.

Entah apa tujuan Naruto melakukannya, hanya saja, baginya, tubuh yang tidak terekspos secara menyeluruh dan masih menyisakan helaian-helaian kain yang menutupinya, sehingga bagian-bagian di dalam sana hanya tampak seperti mengintip-intip keluar, itu terlihat lebih seksi dan menggoda di matanya.

Dan itu yang terjadi sekarang. Akibat ulah Naruto terhadap kemeja tersebut, kulit putih dan gundukan memakau milik Hinata seolah sedang merayunya dengan malu-malu dari balik kemeja.

"Aku tidak mengerti kenapa bisa begini, tapi, kau selalu terasa manis. Lihat ini?" Naruto mengecap pelan pundak bersih sang wanita beberapa kali hingga ke bawah telinga. Memperlakukannya bak eskrim yang tak pernah bosan untuk dinikmati. "Kenapa bisa begini, hm?"

Hinata menggigit bibir bawah dengan erat. Hangat napas dan bisikan-bisikan yang Naruto ucapkan, membuat tubuhnya terus bergidik tiada henti.

Kedua tangan Hinata bertumpu erat pada pundak kekar di hadapannya. Semua karena adanya cengkeraman yang terjadi pada pinggangnya.

Mengapa? Karena Naruto tengah menuntun pinggul itu untuk bergerak-gerak lembut, maju dan mundur berkali-kali di atas pangkuannya, agar semakin memanasi pusat pria-nya yang masih tertutup erat.

"Ughh ..." Dengan suara berat, Naruto melenguh pelan. Kain yang masih bertengger di sisi pundak Hinata, semakin diturunkan hingga siku. Hal ini ikut membuat dua kembar di hadapannya menjadi terbuka ke permukaan begitu bebas.

Eigengrau - NaruHina [ M ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang