18

1.8K 257 43
                                    

Ini sudah beberapa kali Shion menggerutu dalam hati.

Setelah mematikan telepon begitu saja, sekarang Naruto sengaja tidak mengaktifkan ponselnya.

Demi apa pun, Shion merasa harga dirinya sangat dipermainkan oleh seorang laki-laki.

Naruto membuatnya seperti orang yang sangat mengemis meminta perhatian.

Menyebalkan.

"Kau tidak bersama Naruto hari ini?"

Mendengar pertanyaan dari perempuan di dekatnya, Shion merubah ekspresi wajahnya menjadi senyuman tipis.

"Tidak. Naruto sedang ada urusan lain. Dia meminta maaf berkali-kali karena tidak bisa bersamaku hari ini. Padahal, sudah kubilang kalau aku tidak keberatan, tapi dia sebegitu merasa bersalahnya padaku."

"Bukankah itu berarti dia sangat memikirkan perasaanmu? Kau memang hebat, Shion, bisa membuat pria sepertinya menghargai hubungan kalian."

Senyuman di wajah Shion belum hilang sama sekali. Dia tetap berusaha terlihat baik-baik saja.

"Lalu, bagaimana dengan kencan kalian?"

Ada sentilan yang membuat senyuman Shion serasa terganjal. Pertanyaan ini adalah sesuatu yang tidak ingin ia dengar.

Hanya saja, Shion sudah terlanjur bercerita tentang rencana kencannya bersama Naruto saat itu. Kalau berkata mereka tidak melakukannya karena Naruto mendadak membatalkan secara sepihak, ini akan menjadi sesuatu yang sangat memalukan.

"Menyenangkan. Dia menyiapkan segalanya untuk kebersamaan kami. Aku tidak mengira dia memiliki ide yang luar biasa untuk membuatku terkesan."

Sosok di sampingnya berseru kagum. "Wah, lalu, apa dia yang juga memberikan cincin ini?"

Shion mengikuti arah tunjuk yang mengarah pada cincin di jarinya. Shion memang pertama kali mengenakannya, karena baru dibelinya belum lama ini.

"Ya, dia menjadi sangat romantis," ia berdusta.

.

.

Ada beberapa pesan dan panggilan saat Naruto mengaktifkan ponselnya kembali. Rata-rata semua berasal dari Shion, dan sebagian lagi dari Sai.

Namun, dibanding ingin menanggapi, Naruto hanya berdecak pelan. Dia sedang tidak bersenang hati berurusan dengan siapa pun saat ini, kecuali ...

Langkah pria itu terhenti.

... kecuali mungkin dengan sosok yang sekarang ada di sana.

Hinata sedang menuruni tangga menuju lantai bawah, dan langsung memasang raut datar saat mata mereka bertemu.

Sejenak, pandangan Naruto tertuju pada kalung yang melingkar di leher Hinata.

Akhirnya, dia memakainya juga.

"Kau masih kesal?"

Hinata tidak begitu merespon. Dia melanjutkan perjalanan, namun terdiam saat Naruto menahan lengannya.

"Apa masalah ini terlalu serius untukmu? Lagi pula, cepat atau lambat, semua tetap akan terungkap."

"Kalau kau tidak mendadak keluar dari kamar, kita tidak akan ketahuan. Tidak akan ada yang terungkap."

Naruto tidak menduga respon Hinata akan sedingin ini.

Masalahnya, ini bukan hanya tentang Mikoto, tapi juga tentang hubungan tersembunyi mereka yang ikut terlihat ke permukaan, terutama oleh Sasuke.

Kalau Sai tidak mengintrupsi pembicaraannya bersama Sasuke saat itu, Hinata akan kerepotan mencari alasan.

Ya, alasan. Alasan yang sebenarnya hanya akan terkesan mengada-ngada.

Eigengrau - NaruHina [ M ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang