11

1.8K 248 34
                                    

Kendaraan itu berhenti di depan bangunan apartemen yang menjadi tujuan.

Langit malam sudah mengisi angkasa ketika dua orang tersebut -- sekali lagi -- menyelesaikan sandiwara untuk yang kesekian kali.

Selalu tampil di luar dirinya yang sebenarnya, sangatlah melelahkan bagi Hinata. Itulah mengapa, sejak tadi, wanita itu sudah berdecak berulang-ulang jika mengingat lagi seberapa besar peran yang ia ambil dalam masalah ini.

"Astaga, keluargamu benar-benar."

Komentar pelan yang hadir dari Hinata, membuat Sasuke menatapnya.

"Kau mau bilang merepotkan?"

"Kau yang mengatakannya."

"Dari tarikan napasmu saja, itu sudah terlihat jelas."

Hinata memejamkan mata. Ada sesuatu yang tiba-tiba saja melintas di pikirannya.

"Ibu tidak menyangka kamu bisa tertarik pada perempuan seperti dia. Padahal, anak teman ayahmu masih lebih baik darinya."

Tadi, meski tidak diucapkan secara gamblang, tetapi Hinata mendengar jelas ucapan itu keluar dari mulut Mikoto saat berbicara bersama Sasuke.

Bukan sesuatu yang mesti terlalu dipikirkan, hanya saja, Hinata jadi menimang, apakah dia memang seburuk itu? Haha.

"Baiklah, aku masuk dulu." Hinata melepas sabuk pengaman yang mengikat tubuhnya, ia berniat keluar dari kendaraan.

"Hinata, ..."

Namun, panggilan tersebut mengantar kepalanya untuk kembali menatap pria di dekatnya.

"Apa?"

Sasuke tersenyum, meskipun hanya tipis. "Terima kasih. Aku terbantu olehmu."

Seolah tekanan yang ia rasakan beberapa waktu lalu bukanlah hal yang besar, Hinata mengedikkan bahu.

"Bukan masalah." Hinata berkata. "Hati-hati menyetir saat kau pulang."

Setelah mengeluarkan diri dan berdiri di jalanan, Hinata menatapi kendaraan Sasuke hingga menjauh.

Setelahnya, dengan mendesis pelan, ia bertolak menuju kediaman miliknya.

Kalau bukan karena Sasuke, mungkin Hinata akan mengumpat keras saat berada di rumah Uchiha.

Hinata jadi merasa kasihan pada Sasuke karena memiliki orang tua yang suka ikut campur -- bahkan untuk dengan siapa anaknya berhubungan.

"Aku butuh sesuatu untuk menyegarkan diri," Hinata bergumam sendiri. Saat berada beberapa meter dari unit tempat tinggalnya, ia merotasikan mata pada pintu yang lain.

"Dia di dalam atau di luar?" Hinata menghampiri unit milik Naruto dan masuk ke dalam.

Tak ada siapa pun yang ditemui di ruang depan dan tengah. Hal ini membuat Hinata memutuskan mendekat ke lokasi kamar pria itu dan membuka pintu tanpa permisi.

Hinata tersentak.

Matanya dihadapkan dengan sesuatu yang cukup mengejutkan.

"Sialan, kau mengagetkanku. Ketuk dulu kalau mau masuk." Naruto yang sedang berdiri di depan cermin dengan hanya bermodal selembar handuk di pinggang, langsung melayangkan protes. Tampaknya, ia baru saja selesai mandi, tergambar dari tubuh dan rambutnya yang setengah basah.

"Oh! Maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu kalau Anda sedang telanjang," Hinata bertutur dengan kedua tangan yang membekap bibir, seolah terkejut dan tidak menyangka.

Namun, itu semua tidak sungguhan. Karena nyatanya, setelah berkata semikian, Hinata tidak pergi meninggalkan ruangan, malah masuk dan menghempaskan diri di ranjang.

Eigengrau - NaruHina [ M ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang