🎭Prolog

1.7K 106 3
                                    

°Selamat membaca 📖°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°Selamat membaca 📖°


  PERCIKAN genangan air akibat di injaki tak gencar membuat seorang gadis menghentikan kakinya. Ia terus melangkah diikuti derap kaki yang berasal dari belakang. Pakaian Hiraya sangat lusuh sebab sempat terjatuh beberapa kali karena tersandung, sendalnya bahkan sudah menghilang entah kemana, ia membiarkan kakinya tanpa beralas apapun.

Tujuannya hanya satu, yaitu-melarikan diri dari orang-orang yang tak ia kenal. Hiraya tidak tau apa salahnya sampai harus melarikan diri seperti ini, padahal tadi itu dia hanya ingin pulang setelah habis berbelanja di Alfamart.

Namun, tanpa ia ketahui rupanya seorang preman menargetkannya saat Hiraya hendak berjalan pulang, ia nyaris tertipu saat preman bertubuh bongsor itu menghampirinya menawarkan sesuatu, karna instingnya yang cukup kuat. Hiraya menolak dengan sopan bermaksud agar tidak melukai hati preman itu, tapi yang namanya preman tentu tidak akan melepaskan mangsanya begitu saja.

Tepat setelah Hiraya menolak tawarannya, preman itu bersiul memanggil kawanannya yang ternyata bersembunyi sejak awal. Disaat itulah Hiraya sadar.

Ia dalam... bahaya.

Salah satu preman berambut pirang maju hendak menyentuhnya, Hiraya menghindar sebelum tangan pria itu dengan lancang menyentuh bahunya. Sebagai bentuk perlawanan ia menendang selangkangan pria itu lalu bergegas lari. Sang ketua dari komplotan itu hampir berhasil meraih tangannya namun dengan cepat Hiraya melempar belanjaannya kewajah pria itu. Persetan dengan belanjaan, nyawanya prioritas utama saat ini.

Dan... Terjadilah aksi kejar-kejaran.

"BERHENTI! GADIS SIALAN!" Teriakkan keras itu semakin memacu adrenalin Hiraya. Dadanya bergemuruh, ia takut tertangkap. Seumur hidup baru kali ia merasakan hal semacam ini.

Hiraya terus berlari sekuat tenaga tanpa sadar kakinya berlari mengarah memasuki hutan.

Hanya cahaya bulan yang menjadi penerang malam ini. Suasana hutan yang suram membuat Hiraya bertambah takut, tapi ia segera menepis itu. Hidupnya bahkan diambang kematian saat ini.

"Arghh" Ringisan kecil keluar dari bibir Hiraya. Ia kembali tersandung oleh akar pohon yang mencuat kepermukaan tanah. Hiraya menahan sakit berusaha kembali berlari tanpa mempedulikan kakinya yang bahkan sudah berdarah, tetesan darah itu terus menetes kemana Hiraya pergi.

"HEI! MENYERAHLAH! KAU TIDAK AKAN BISA KABUR... HAHAHA" Ketua preman itu, Zax. Ia tertawa diikuti para anak buahnya. Mereka sangat yakin Hiraya tidak akan memiliki celah untuk melarikan diri. Jika pun itu bisa, paling gadis itu tidak akan selamat, mengingat didepan sana ada jurang.

"Hah...hah..." Nafas Hiraya tersengal-sengal. Raut wajahnya semakin panik, terdapat jurang didepan sana yang berjarak 5 meter dari posisi Hiraya saat ini. Pikirannya kalut, Hiraya menoleh kebelakang mendengar gelak tawa penuh kemenangan.

Soul In The Wrong Body Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang