🎭Part 2

729 61 0
                                    

°Selamat membaca 📖°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°Selamat membaca 📖°


   JALAN raya mulai terlihat, setelah menempuh perjalanan selama 30 menit Hiraya mengembangkan senyumnya. Akhirnya ia bisa keluar dari hutan dengan selamat tanpa adanya gangguan.

Masih mempertahankan senyumnya, Hiraya menoleh melihat sosok disampingnya yang masih betah memasang wajah datar.

"Ngomong-ngomong, Georgie. Kau datang menggunakan apa?" Tanya Hiraya. Tidak mungkin mereka akan terus berjalan, kakinya saja rasanya sangat pegal sekarang tapi rasa pegal itu langsung terobati saat melihat bibir jalan sudah didepan mereka.

Harusnya Hiraya tidak berharap, Georgie bahkan tak berniat menjawabnya.

Memilih menutup mulut, mereka kembali berjalan hingga mencapai bibir jalan raya. Hiraya celingak-celinguk menatap kondisi jalan yang masih sepi, tidak ada kendaraan sama sekali yang melintas. Mungkin karna ini masih terlalu pagi.

Saat Hiraya menoleh kesampingnya, ia tak menemukan sosok Georgie.

Wajah yang tadinya sumringah dibuat panik. Apa Georgie sungguh ingin meninggalkannya? Sendiri? Dihutan?

"Dasar pria jahat." Ucap Hiraya pelan dengan kepala tertunduk. Ia berjongkok membenamkan kepalanya dilipatan tangan, bersiap meraung keras, menangisi kesialannya.

Brumm

Ckittt

"Eh?" Hiraya mendongak mendengar bunyi mesin motor berhenti disebelahnya. Lalu ia melihat sosok pengendara yang memberhentikan motor tersebut.

"Georgie?"

Georgie hanya berdehem lalu menyuruh Hiraya naik melalui kode matanya.

Hiraya lantas segera berdiri.

Bibirnya melengkung kebawah menatap Georgie haru. "Aku pikir kau meninggalkanku tadi. Kenapa tidak bilang? Aku kan jadi panik. Bagaimana kalau nanti aku tidak bisa pulang. Kau tau? Aku ini buta jalan, buta maps juga." Cerocos Hiraya cepat. Sungguh! Tadi itu ia sangat takut jika Georgie benar-benar meninggalkannya seorang diri. Apalagi mengingat keadaan sekarang yang tidak bisa dijelaskan, ini rumit.

Kening Georgie mengerut, tidak habis pikir dengan Hiraya. Padahal ia hanya pergi sebentar mengambil motor yang ia sembunyikan dibalik bangunan runtuh. Lalu kenapa jadi sedramatis ini?

"Cepatlah naik." Titah Georgie datar.

Hiraya mendengus, Georgie ini sangat kaku sekalinya. Tidak bisakah dia bicara santai saja?

"Memangnya kita mau kemana?"

"Ke apartemenku. Setidaknya disana lebih aman." Hiraya mengerjap binggung.
Ke apartemennya? Maksudnya, dia mengajakku tinggal bersama?

"Hei, kau tidak berniat tinggal bersama denganku kan?" Tanya Hiraya penuh curiga.

Georgie memutar bola matanya jengah.

Soul In The Wrong Body Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang