🎭Part 3

633 54 1
                                    

°Selamat membaca 📖°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°Selamat membaca 📖°

  
   HIRAYA menatap cengo bangunan tinggi didepannya. Bangunan elit yang berisikan orang-orang berduit.

Georgie menampar Hiraya pelan membuat sang empu terkejut.

"Tutup mulutmu itu sebelum hewan kecil masuk dan kencing disana." Tegur Georgie mendapat delikan tak suka dari Hiraya.

"Kau seperti tidak pernah melihat hal semacam ini saja." Kata Georgie berjalan lebih dulu kedalam bangunan tersebut.

"Memang tidak pernah!" Balas Hiraya ketus sembari menyusul Georgie yang sudah berada jauh darinya.

"Jangan tunjukkan sikap miskinmu itu. Ingat! Kau sekarang berada ditubuhku, biasakan diri. Ini bahkan belum seberapa tapi reaksimu sangat berlebihan."

Apa mulut Georgie ini diciptakan untuk menghinanya? Sejak tadi tidak ada ucapan baik yang keluar, sekalinya bicara panjang, ia jadi tidak bisa berkutik karna jujur yang dibilang Georgie bukan hinaan semata.

Ya, wajar saja ia tercengang melihat bangunan tinggi dengan nilai fantastis tersebut. Siapa yang tidak akan menahan diri melihat bangunan besar itu? Ya, memang ia kampungan. Dan untuk seseorang Seperti Georgie pasti sudah terbiasa hidup mewah. Pantas saja sikapnya itu begitu menyebalkan.

"Baiklah, yang mulia." Balas Hiraya jengkel.

Dan topik berhenti sampai disitu, keduanya berjalan memasuki lift. Namun, sebelum pintu lift tertutup seseorang menahannya dan ikut bergabung bersama mereka.

Setelah menekan tombol lantai yang akan dituju, pria itu berdiri bersebelahan dengan Georgie. Sementara Hiraya memilih menarik diri kesudut, tepatnya dibelakang tubuh Georgie. Ia menatap pria berambut brown itu dengan penuh selidik.

"Aku tidak menyangka kita akan bertemu disini." Pria itu membuka suara, memecah keheningan yang sempat melanda.

Hiraya mengangkat alisnya binggung. Apa pria itu baru saja bicara padanya?

Hiraya melihat Georgie yang ternyata juga menatapnya. Ia lantas mengangkat kedua alisnya lalu mengeryit menunjuk pria berambut brown melalui ekor matanya.

Aku kudu ottoke, mas?

Menyadari kegelisahan Hiraya, Georgie memijit pangkal hidungnya pelan. Ia tidak berfikir situasi seperti ini akan datang lebih cepat.

Tidak mendapat respon, pria berambut brown itu beralih menatap sosok yang berdiri disampingnya. Ia mengerling jahil lalu menatap kembali Hiraya.

"Wow.. baru saja minggu lalu ada yang mengatakan padaku tidak ingin memikirkan gadis dulu. Lalu apa ini? Kau menjilat ludahmu sendiri, Geor?" Cibir pria pirang itu.

Hiraya hanya bisa tersenyum sembari mengerjap, tak paham dengan situasi. Ia tertekan.

Dan Georgie keparat ini bukannya membantu malah membiarkan dirinya pusing sendiri.

Soul In The Wrong Body Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang