Sebelum baca vote dulu yaa!!
Happy reading bby!
"Mas denger Vian ngomong gak sih?"
"Hm? maaf mas nggak denger"
Vian merasa ada yang aneh dengan kakaknya itu, ia merasa ada yang err berbeda?
Ah entahlah, ia tidak begitu peduli dengan perubahan itu, yang terpenting saat ini adalah ia harus berhasil membujuk kakaknya itu untuk menemaninya ke mall.
"Kenapa, Vian ingin bicara apa hm?"
"Vian boleh minta tolong, tolong temenin Vian ke mall, Vian mau beli mainan, Vian juga belum tau daerah sini, jadi temenin Vian ya mas" Ia meminta tolong dengan tatapan memelas berharap kakaknya itu membantunya.
"Ya ya ya, temenin Viann" Lanjutnya
"Ya, mas temenin, kapan?"
"Sekarang, Vian udah bosen dirumah"
"Ganti bajumu terlebih dahulu, tidak mungkin kan kamu memakai kaos kebesaran dan celana pendekmu itu" Ucapnya tegas, ia memberi perintah.
"Ih gapapa dong pake kayak gini, emang kenapa juga kalo pake celana pendek?"
"Kamu kepanasan nanti" Alibinya "mas gak suka kamu pakai celana pendek dihadapan orang lain" batinnya.
"Ganti atau tidak ke mall sama sekali"
"Ck, iya iya Vian ganti"
Vian bergegas menuju kamar untuk mengganti pakaiannya, ia heran mengapa tidak diperbolehkan memakai celana pendek itu, tidak masuk akal jika ia akan kepanasan, toh mereka akan memakai mobil. Tapi apa boleh buat, ia tidak bisa melawan kakaknya itu, tatapan tajam kakaknya tadi membuatnya tidak bisa melawan.
•
•
•
Kini Vian sudah siap, ia menggunakan kaos serta celana panjang, ia ingin mengenakan sweater tetapi cuaca sangat panas siang ini, bisa-bisa ia mandi keringat nanti.
Vian melihat penampilan kakaknya yang err tampan? Erick mengenakan kaos polo berwarna hitam dan celana panjang berwarna krem, itu membuatnya menjadi semakin tampan.
"Mengapa kau memandangku seperti itu, aku tau aku tampan, tapi jangan memandangku seperti itu juga" Erick mengatakan hal itu kepada adiknya, ia terkekeh pelan melihat wajah adiknya.
"Eh" Vian tersadar "Dih, mas aja yang kepedean"
"Ayo" Ajak Erick
Vian pun membuntuti kakanya itu menuju garasi, mereka berdua memakai mobil untuk ke mall.
•
•
•Kini hanya keheningan yang ada di antara mereka berdua, Vian melamun memikirkan keanehan yang ada pada kakaknya itu.
Sebelumnya kakaknya itu berbicara seperti musuhnya ketika mereka berdua bersama dengan ayahnya kemarin. Kata kata kasar, tatapam sinis selalu dilayangkan Erick kepada Vian kala itu.
Namun kini hal itu tidak terjadi, ia berbicara dengan nada formal, tidak seperti sebelumnya, "aneh" Batinnya.
Vian ingin bertanya sebenarnya, Vian itu anak yang selalu ingin tahu, namun saat ini sepertinya Vian tidak akan bertanya, ia agak takut dengan kakaknya itu.
Entah berapa lama ia melamun hingga saat ini Vian tidak sadar jika mereka sudah sampai di mall. Erick sedari tadi sudah memanggilnya, namun Vian sama sekali belum sadar dari lamunannya
Sentilan yang dilayangkan Ercik di dahinya membuat Vian tersadar "Ish, sakit mas"
"Kenapa kamu dari tadi melamun, sekarang kita sudah sampai, mas dari tadi sudah memanggilmu.
"Eh, e anu e Vian nggak denger, maaf ya mas" Ia meminta maaf kepada sang kakak, tatapannya memelas, oh astaga jangan lupakan puppy eyesnya itu, sungguh Erick tidak tahan dengan pemandangan ini.
Erick segera memalingkan wajahnya itu "Hm, mas maafkan".
Bersambung
•
•
•
Vote bby!
KAMU SEDANG MEMBACA
Really Bro? (HIATUS)
Random"Keknya gue nafsu deh sama adek gue" Erick berucap pelan PLAK... Astaga suara itu benar-benar nyaring "Yang bener aja anying" Daffa, teman Erick yang mendengar hal itu pun sangat terkejut "Lu homo!?" Lanjutnya "Kagak dongo" Jawab Erick _______ WARN...