Nevan menatap pantulan tubuhnya di cermin, ia melihat sekitar perut bagian kirinya memar, luka ini sudah ada sejak dulu dan ini merusak keindahan tubuhnya, ketika menyadari ia memiliki luka itu, ia selalu merasa buruk.
Memar itu sebesar telapak tangan, luka ini ia dapatkan beberapa tahun lalu tapi rasa sakitnya tetap ia rasakan, bahkan lebih parah, mengingat asal usul luka itu membuatnya sedih.
Ia bergegas memakai pakaiannya kemudian ia keluar dari kamar dan pergi menuju dapur, melihat ayahnya, ibunya, serta adiknya — ralat kembarannya. Ia duduk di salah satu kursi di meja makan itu, makan seperti biasanya bersama dengan kecanggungan.
Ibunya --- Lilyana menatap Nevan dengan tatapan tak suka, "Baru inget kamu punya rumah hah?" Lilyana memang selalu melihat Nevan pulang malam atau tidak pulang, itu membuat geram dan menganggap jika perilaku anaknya tak baik, meskipun Nevan adalah seorang laki-laki.
Virgo --- ayahnya menghela nafas kasar, Nevan tak pernah mendengarkan ucapan mereka setelah anak itu memasuki masa SMA, makin membangkang dan tak peduli dengan rumah.
"Helena itu adik kamu, seharusnya kamu yang jadi contoh yang baik buat dia, kamu seharusnya lindungi dia layaknya adik perempuan kamu, bukan malah menghindar kayak gitu!" ujar Virgo, ia geram karena Nevan tampak tak peduli, dengan begitu ia mengebrak meja dan mencengkram rahang Nevan dengan kuat.
"Pa sakit...." lirih Nevan, mencoba menepis tangan Virgo yang mencengkram rahangnya dengan begitu keras.
"Kamu aja gak bisa jaga diri kamu! Tapi sok-sokan menjauh dari keluarga, mau jadi jagoan kotor kamu!? Laki-laki macam apa kamu!? Asal kamu tau Papa sama Mama malu punya anak yang lemah kayak kamu Nevan!!"
Helena hanya diam menyaksikan Nevan yang di caci maki oleh kedua orangtuanya, tapi dia bisa apa? Membela pun tak ada gunanya, malah akan memperburuk keadaannya, jadi pilihan yang tepat adalah diam.
"Maaf ...."
Nevan hanya berani berkata dengan suara kecil dan singkat, bibirnya bergetar menahan tangisnya, manik matanya menatap mata Virgo yang begitu tajam, jelas Nevan tau tatapan itu tatapan benci dan tak suka.
"Maaf kamu gak guna Nevan, pergi ke kamar kamu, dan jangan keluar tiga hari ini, ngerti?!"
Nevan menganguk, inilah alasannya mengapa Nevan begitu menghindari bertemu dengan keluarganya lebih lama, ia lebih suka menghabiskan waktu di luar rumah. Nevan berlari kecil menuju kamarnya, menutupnya dengan rapat lalu menyembunyikan tubuhnya di bawah selimut.
Cklek
Nevan menghela nafas, pintu kamarnya telah di kunci dari luar. Perlahan ia memejamkan matanya, mengabaikan ponselnya yang berdering, ia yakin notifikasi itu dari Haxell.
"Gue gak selemah itu ...."
-----
Sudah tiga hari Nevan tak bisa di hubungi dan ini hari keempat panggilan serta pesan dari Haxell tak di jawab ataupun di baca oleh Nevan, dalam hubungan mereka yang sudah berjalan 1,5 tahun sudah tiga kali Nevan menghilang tanpa kabar selama berhari-hari seperti ini. Dan Nevan tak pernah memberikan alasan apapun, dia hanya bilang 'gapapa kok'
"Masih belum di jawab ya??" tanya seorang perempuan cantik yang kini duduk di hadapan Haxell, itu teman Haxell yang betul-betul teman, maksudnya bukan korban kata-kata manis Haxell.
Cantika namanya, tapi seringkali di panggil Cinta, ya sebenarnya dia sering di panggil Cantik, tapi si Cantika itu tak suka jadi dia mengenalkan dirinya sebagai Cinta.
"Kenapa gak dateng kerumahnya aja??" tanya Cinta sambil menyedot milkshake vanila nya, ia melihat temannya yang begitu frustasi karena pujaan hatinya tak kunjung ada kabar.
"Gue gak tau rumahnya"
"Hah? Masa??"
Haxell meletakkan ponselnya lalu menganguk "Gue gak pernah kerumah dia meskipun sekali, kalau gue nganter dia pulang mungkin cuma sampe minimarket yang di sebelahnya ada jalan buat komplek perumahan" jawab Haxell, benar, selama ini Nevan selalu menolak jika dirinya ingin mengantarkan Nevan sampai depan rumah.
"Mau gue ceritain gak tentang dia yang mungkin lo gak tau" tawar Cinta.
Haxell sempat ingin menolak karena dirinya ingin mendengarkan langsung dari mulut Nevan bukan mulut orang lain, tapi mengingat Nevan yang masih tertutup padanya membuatnya menganguk, setuju dengan tawaran Cinta.
"Ngomong-ngomong gue sama dia bisa di sebut tetangga, kayaknya. Soalnya jarak rumah gue sama dia cuma kehalang 7 rumah"
"Ouh?? Berarti lo tau rumahnya dimana!?"
Cinta menganguk "Yaiyalah, Papanya Nevan itu temenan sama Bapak gue. Satu hal yang selalu dia sembunyiin dari lu, atau semua orang, sebagian orang mungkin tau tapi ngangep gak peduli"
Haxell semakin tertarik untuk mendengarkan, ia sudah melebarkan telinganya untuk mendengarkan setiap kata perkata yang di lontarkan Cinta.
"Dia punya kembaran—"
"APA!? DEMI APA ANJIR!? KOK— WAHHH KOK DIA GAK BILANG SAMA GUE!?!" heboh Haxell sambil menggoyangkan kedua pundak Cinta yang membuat si empu memukul kepala Haxell yang kelewatan hebohnya.
"Diem anjing! Gue sumpal juga mulut lo!"
"Kembaran Nevan itu Cewek, gak terlalu mirip sih sama Nevan, tapi kembarannya itu ramah, baik, kalem, and ya dia gak terlalu dekat sama Nevan. Namanya Helena, dia teman gue di SMP, dari kecil sampe sekarang Nevan sama Helena gak pernah satu sekolah karena Nevan selalu nolak buat satu sekolah sama Helena" jelas Cinta, dia tentu cukup tau tentang Nevan, tapi dia tutup mulut karena tidak mau ikut campur masalah orang, tapi karena dia merasa kasihan dengan Haxell yang malang ini, ya sudah, terpaksa dia memulai.
"Lo harus tau ini juga Xell, ini beneran penting"
Haxell kembali menatap Cinta, dia masih memikirkan kenapa Nevan menyembunyikan itu semua padanya, apa Nevan masih belum percaya padanya??
"Nevan itu mantan si Dion"
Mata Haxell membelalak, Nevan bilang dia tidak punya mantan sama sekali, kecewa karena Nevan selalu berbohong padanya, tapi mengingat kelakuannya yang gak bisa di katakan baik, dia tidak jadi marah.
Anggap saja impas.
"Kapan anjir?? Cinta monyet SD??"
"Ya enggak lah, ini bodonya udah melintas goblok anjir!"
"Waktu kelas 10 lah, pake nanya"
Haxell berpikir lagi, otaknya yang pas-pasan ini bisa meledak memikirkan hal yang membuat jantungnya berdebar tak karuan, sialan! Satu nama yang memenuhi otak dan hatinya.
"Lima bulan setelah Dion sama Nevan putus, lo pacaran deh sama Nevan"
Cinta menatap temannya yang tiba-tiba termenung, ia menghela nafas "Dia gak bermaksud nyembunyiin itu, gue kasih lurusan deh, dia ngebiarin lo ngelakuin hal semau lo alias selingkuh karena Nevan merasa bersalah karena udah nyembunyiin itu semua dari lo, ngerti gak??"
"Kok lu tau?? Jangan-jangan—"
"Lo aja yang goblok gak bisa mikir positif, Anying lo!"
:: To be continue ::
Ini bukan "Mpreg" ya kawan wkwkwk, gak tau kenapa kalau "Mpreg" malah bikin sad end hehehe.
Vote komen follow yaaaa sayang, thanks naaaa jaa 💙
[Masih bisa request cerita kapal lain ya sama genrenya, kalian bisa request di kolom komentar atau langsung japri aja yaaa hehehe, terimakasih]
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO BAD GUYS
RandomTentang dua orang remaja yang saling mencintai, katanya. Hanya tentang kisah remaja yang dapat di tebak, kisah pertengkaran kecil, konflik kecil, keromantisan, cerita cinta mereka tak jauh dari itu. __ :: OhmNanon :: BxB