08.

130 9 10
                                    

"Nevan, jangan ya? Aku mohon, aku gak mau liat kamu di marahin Papa" Helena menggenggam tangan Nevan, air matanya turun dengan deras ketika Nevan hendak pergi menemui Brian, sesuai dengan yang telah di janjikan tadi.

"Dan ngebiarin lo di rusak sama cowok itu? Gak akan pernah gue biarin, lagi pula ini bukan yang pertama kalinya buat gue, udahlah gue gak bakalan mati cuma karna itu" ujar Nevan kelewatan santai, tapi dia sebenarnya merasa sangat takut, namun ini demi adiknya, demi saudaranya yang sudah lama ia abaikan dan tak ia pedulikan.

"Van jangan, dia kasar Van ...."

Nevan tak mempedulikan Helena, ia memakai switer nya kemudian meraih kunci motornya, pergi meninggalkan Helena yang kini duduk di tepi ranjang milik Nevan. Ia menangis karena merasa bersalah, seharusnya dia tak mengadu.

Nevan menyalakan motornya, melesat menelusuri jalanan sepi, malam yang cukup indah tapi tidak dengan suasana hatinya dan kisahnya malam ini, selama tiga puluh menit motornya melaju dengan kecepatan rata-rata hingga ia sampai di tempat tujuan.

Sebuah gedung tinggi, tempat Brian berada. Apartemen Brian ada disana. Ia sampai di depan pintu apartemen Brian, pintu itu terbuka dan tangannya langsung di tarik untuk masuk, Nevan tentu saja kaget dengan gerakan tiba-tiba.

"Gue kira lo gak bakalan datang" seringainya membuat Nevan sedikit menggidig melihatnya, auranya seperti harimau yang kelaparan, ia takut sekarang, ia mencoba untuk tidak ketakutan.

"Gak usah basa-basi!" Nevan menarik tengkuk leher Brian, lalu melumat bibir Brian dengan lihai, dia berpengalaman tentu saja, dia sering berciuman dengan Haxell. Ah ia jadi mengingat Haxell yang telah ia kecewakan berkali-kali dengan kebohongannya.

"Shh eughh" lenguhannya lolos ketika ciuman Brian berpindah ke lehernya, mengigit dan menjilatinya dengan lembut, lelaki yang mencumbuinya tampak berhati-hati sekarang membuat Nevan sendiri bingung.

Mereka kembali saling melumat, Brian menggendong tubuh Nevan tanpa melepaskan ciuman mereka, membawa tubuh bongsornya kedalam kamar, merebahkan dengan hati-hati tubuh Nevan di ranjangnya.

Nevan mengatur nafasnya, entah kenapa dia tak merasa takut, Brian bermain lembut saat ini, tapi entah jika sudah memasuki inti, tapi sebisa mungkin Nevan tak takut dengan ini semua.

"Lo kayak berpengalaman" ujar Brian sambil mengelus pipi Nevan yang putih dan lembut selembut kain sutra. "Gue gak tau nama lo ngomong-ngomong"

Nevan terkekeh pelan "Gue Nevan kastara, kembaran Helena" jawab Nevan, dia mengalungkan tangannya ke leher Brian ketika Brian kembali mencumbui lehernya hingga tanda itu timbul.

"Ja-jangan tinggalin jejak di leher Please...." mohon Nevan, dia takut tanda itu terlihat besok, takut jika Haxell melihatnya, ah pikirannya penuh dengan Haxell saat ini juga.

Brian hanya mengangguk tak mau banyak tanya, Nevan melepaskan switer yang ia pakai karena merasa gerah, aura sekitarnya sangat panas.

"Ahh Brianhh ughh" Nevan menggeliat bak cacing kepanasan saat tangan Brian masuk kedalam kaosnya dan mencubit nipple nya, meremas dadanya dengan pelan dan hati-hati.

"Bagus, desahin nama gue"

------

"Hghhh ....." Nevan membuka matanya perlahan saat cahaya matahari masuk menusuk-nusuk matanya agar dirinya terbangun dan tidak malas-malasan. Ia mendudukkan tubuhnya dengan perlahan, tubuhnya benar-benar terasa remuk saat ini.

Aneh, dia tidak merasa takut dengan hubungan badan, sementara saat Haxell mencoba melakukannya dia sangat ketakutan bahkan menangis sesegukan, tapi saat Brian menyentuhnya, dia tidak menemukan perasaan takutnya.

"Lo udah bangun?? Gimana semalam?" Brian sudah siap dengan seragam sekolahnya, ia duduk di tepi ranjang dan menatap Nevan yang masih meringis saat bergerak.

"Gak terlalu buruk" Nevan tersenyum.

Siapa pun tolong sadarkan Nevan kalau dia sudah punya pacar!.

"Lu gak mau pergi sekolah?" tanya Brian sambil memasangkan jam tangannya ke pergelangan tangannya, menatap Nevan yang tampak bingung.

"Jam berapa sekarang??"

"06.34 masih ada waktu buat siap-siap kali"

"Tapi baju seragam gue—"

Brian membuka lemarinya kemudian mengeluarkan baju seragam miliknya, seragam sekolahnya yang polos itu masih bisa di pakai oleh Nevan yang berbeda sekolah dengannya.

"Anjing!" Nevan mengumpat saat Brian mengangangkat tubuhnya menuju kamar mandi.

"Mandi sana, gue tunggu di kamar"

------

Nevan turun dari mobil milik Brian, motornya di tinggalkan di parkiran apartemen Brian ngomong-ngomong, ia berjalan menuju samping kemudi yang kaca mobilnya sudah di turunkan.

"Sh!t, muka lo bikin gue nafsu" ujar Brian, menarik tengkuk Nevan dan melumat bibir itu, meskipun dia nafsuan tapi tetap saja dia melumatnya dengan hati-hati.

"Udah Bri, gue mau masuk" ucap Nevan saat Brian hendak kembali melumat bibirnya.

Brian hanya mengangguk, lalu melambaikan tangannya sebelum melakukan mobilnya, Nevan melangkahkan kakinya memasuki halaman sekolah, mencoba berjalan senormal mungkin agar tak ada yang curiga.

Koridor sudah sepi karena beberapa menit lagi bel akan berbunyi, ia tak sempat lagi untuk menemui Haxell, ia menjadi merasa bersalah akibat kelakuannya, entah kenapa dia menerima sentuhan Brian di tubuhnya.

"Van ...."

Nevan menghentikan langkahnya, ia menoleh, mendapati sosok yang ia pikirkan dari kemarin berdiri di belakangnya dengan ekspresi wajah yang sulit Nevan tebak, Haxell berjalan menghampiri Nevan.

"Xell??"

Nevan melupakan sesuatu, tanda yang di buat oleh Brian di lehernya masih ada karena Brian lupa dengan ucapan Nevan, tapi dia punya alasan untuk membuat Haxell percaya padanya. Eh? Sejak kapan Nevan seperti ini??

"Tanda apa itu??"

Nevan tersenyum tipis lalu menggelengkan kepalanya, "Gapapa. Lu kok gak masuk kelas???" tanya Nevan, mencoba untuk senormal mungkin, dia takut jika Haxell marah padanya dan berakhir hubungan mereka yang pecah belah.

"Bohong, ada yang nyakitin lu kan?? Bilang sama gue, siapa yang berani ngelakuin itu lagi ke lu?!"

Mata Nevan berkaca-kaca saat ini, ia membawa tubuhnya kedalam pelukan Haxell, menangis kecil disana, tentu saja itu tangisan rasa bersalah.

"Maaf, gue gak bisa jaga diri gue lagi Xell, gue takut, gue udah berusaha ngelawan tapi tetep aja mereka—" Nevan tak melanjutkan perkataannya lagi, ia menangis semakin terisak. Membuat Haxell iba.

"Siapa orangnya??"

"Gakk tau, gue gak kenal. Untung mereka gak ngelakuin lebih dari ini, gue takut Xell"

:: To be continue ::

Ayo sampaikan pesan untuk Nevan tercinta kita wkwkwk

Aku minta Vote + komennya ya, Please. Thanks naaa jaaaa 💚

[Masih bisa request cerita kapal lain ya sama genrenya, kalian bisa request di kolom komentar atau langsung japri aja yaaa hehehe, terimakasih]

TWO BAD GUYS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang