03.

88 7 0
                                    

Entah sudah berapa hari dia berbaring di ranjangnya, yang dia lakukan hanya tidur tanpa turun dari ranjang atau menyentuh ponselnya, makan pun tidak, mandi saja tidak, dia hanya diam di ranjang dengan tatapan kosongnya, entah memikirkan apa.

Nevan melirik jam dinding yang menunjukkan pukul lima pagi, masih ada waktu untuk bersiap-siap untuk pergi kesekolah, ia turun dari ranjang dengan langkahnya yang pelan, perutnya benar-benar sakit sekarang bukan hanya perut bagian kiri saja, kepalanya pening, dadanya terasa sesak. Ini benar-benar menyiksa.

Membuka pintu yang ternyata sudah tak di kunci, ia tersenyum tipis, kemudian bergegas kekamar mandi dan membersihkan diri, setelah selesai membersihkan diri ia memakai pakaiannya dengan rapi.

Nevan menghela nafas ketika melihat cermin yang memantulkan wajahnya yang tampak seperti mayat, ia mengambil ponselnya yang sudah tak ia sentuh berhari-hari. Melihat seratus lebih notifikasi dari Haxell, entah itu panggilan tak terjawab atau hanya pesan.

Hendak menelpon namun Haxell lebih dulu menelponnya, ia menekan tombol hijau, menempelkan ponsel itu ke telinganya dan ia langsung mendengar setumpuk pertanyaan dari Haxell.

"Jawab sayang, kok diem??" Nada rengekan di gunakan oleh Haxell yang mampu membuat Nevan mengalun tawa kecil, suara terdengar lemah.

"Gapapa kok"

"Hngg~ kangennnn mau peluk~"

"Iya sama, gue berangkat sekolah kok hari ini"

-----

Haxell langsung memeluk tubuh Nevan saat Nevan sampai di kantin, mengendus aroma tubuh kekasihnya yang tak pernah terganti, menghilang selama 4 hari membuat Haxell khawatir tak karuan, meskipun Nevan sering seperti itu tapi tetap saja rasa khawatirnya mendarah daging.

"Kemana aja sayang??"

"Ada di rumah, gue lagi gak enak badan kemarin" jawab Nevan seadanya, dia tak tau ini berbohong atau tidak, lebih baik ia duduk daripada memikirkan hal yang tak penting karena itu akan membuatnya pening.

"Mau ke UKS gak?? Lu pucat banget soalnya" Haxell mengelus kepala Nevan, membuat Nevan memejamkan matanya dan tersenyum, merasa nyaman dengan tingkah laku Haxell.

"Mau makan~"

Haxell tertawa gemas kemudian menganguk, ia pergi untuk memesan makanan kesukaan kekasihnya, tentu saja nasi goreng udang, beberapa menit kemudian dia kembali dengan dua piring nasi goreng, satu untuknya satu untuk Nevan.

"Dimakan ya"

Nevan menganguk, ia memakan nasi goreng itu dengan lahap, perutnya sedikit menolak makanan itu tapi karena rasa laparnya dan rasa sakitnya dia tak peduli, memakan nasi goreng itu hingga habis.

------

"Udah saya bilang kan kalau kamu itu harus banyak istirahat, kamu kurang istirahat, pikiran kamu juga ganggu kesehatan kamu, kamu harus makan teratur, saya tebak kamu baru makan tadi siang setelah berhari-hari gak makan kan?" seorang dokter tampan menghela nafas panjang, menatap pasiennya yang menundukkan kepalanya, pasien kesayangannya yang membuatnya pusing tujuh keliling.

"Tapi dok, kan aku bisa hidup normal kayak orang lain meskipun aku cuma punya satu ginjal"

Dokter itu menarik nafas kemudian membuangnya, mencoba untuk sabar, "Kamu masih punya dua ginjal, sayangnya ginjal sebelah kiri kamu rusak, kamu bisa hidup normal kalau fisik dan pikiran kamu sehat Nevan. Dehidrasi, kamu juga dehidrasi, kurang minum, berapa hari kamu gak makan dan gak minum?? Dokter pusing mikirin nya"

"Empat hari dokter ...."

Dokter itu menganguk paham, ia mengusap kepala Nevan, ia tau apa yang terjadi pada Nevan dan keluarganya. "Masih takut? Masih susah buat percaya?" tanya Dokter, ia berjongkok di hadapan Nevan yang duduk di atas kursi, menggenggam tangan Nevan.

"Eumm... Aku selalu bohong sama pacar aku, aku masih gak percaya kalau dia cinta sama aku dokter ...." jawab Nevan, tentu dokter itu tau siapa pacarnya dan apa kebohongannya.

"Kasih tau pacar kamu soal ini"

Nevan menggelengkan kepalanya ribut, dia tidak mau Haxell meninggalkannya karena kondisi fisiknya, dia takut Haxell tak menerima keadaannya yang seperti ini.

"Kalau dia ninggalin kamu, berarti dia gak cinta sama kamu, tapi kalau dia cinta sama kamu dia gak bakalan pergi dari kamu"

"Tapi kalau dia gak cinta sama aku dia bakalan pergi dan aku gak punya siapa-siapa lagi"

Dokter mengusap air mata yang mengalir membasahi pipi mulus Nevan "Dokter tetep bakalan ngasih tau dia, tapi suatu saat nanti. Dokter gak bakalan ngasih tau kamu kapan dan dimana"

"Dokter, tapi kalau—"

"Kamu masih punya saya disini"

------

"Van, kita mau jalan-jalan, kamu mau ikut?"

Nevan menoleh kearah Helena, menatap perempuan itu yang sudah rapi dengan pakaiannya, dia tampak antusias menunggu jawaban darinya.

"Gue cape gue mau istirahat" Nevan berlalu begitu saja namun Helena kembali memanggil, ia menghentikan langkahnya, menunggu kelanjutan kata yang keluar dari mulut Helena.

"Kenapa kamu terus ngehindar dari aku? Kamu benci aku? Tapi aku salah apa? Jawab Van, aku butuh jawaban kamu" Helena menatap Nevan dengan mata yang sudah berkaca-kaca, dia selalu berusaha untuk dekat dengan saudara kembarnya.

Nevan menghela nafas, berbalik menatap Helena "Papa udah bilang kan kalau gue itu sampah, berlian kaya lo gak boleh deket-deket sampah, sampah itu bau, kotor, murah, gak punya harga diri, dan berlian itu mahal, bagus, indah"

"Nevan .... Kenapa kamu ngomong gitu?? Kamu bukan sampah—"

"Gue sampah Helena! Sampah yang kebetulan tinggal di tempat bersih"

:: To be continue ::

Ini gak bakalan banyak kok Chapter nya, soalnya ini ngejar tamat wkwkwk, gapapalah yaaaaa.

Vote komen follow yaaaa phii, thanks naaaa jaa 🧡

[Masih bisa request cerita kapal lain ya sama genrenya, kalian bisa request di kolom komentar atau langsung japri aja yaaa hehehe, terimakasih]

TWO BAD GUYS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang