Mansion itu berwarna hitam pekat dengan suasana suram, betapapun megahnya Mension itu tak kan orang jadikan rumah impian. Namun berbeda dengan tampilan luar, di dalam Mension itu terdapat 7 anak lelaki lucu, menggemaskan dan tampan. Hidup bersama sang bunda dan sang ayah dengan bahagia.
"Bunda, katanya ini cerita kita. Kenapa berbeda?" Tanya Hali, bocah laki-laki berumur 8 tahun itu mengerjap dengan tampang polos dan bingung.
Sang bunda tersenyum lembut, mengusap rambut putra sulungnya dengan sayang. "Apa yang berbeda Hali?" Sang bunda bertanya balik.
"Anak bunda kan cuma ada enam." Jawab Hali, menunjukkan hitungan di jarinya. "Aku, Gempa, Blaze, Ice, Thorn, sama Solar. Tapi Kenapa bunda bilang ada tujuh? Terus kan kita ngga tinggal di rumah mewah bunda."
Kala itu, Hali masih kecil sehingga tidak bisa membaca ekspresi bundanya yang berubah sedih serta bermata sendu sarat akan rindu.
"Kalian ada tujuh Hali." Sang bunda mengalihkan pandangan ke jendela, mata penuh rindu itu seperti menatap jauh seolah ingin segera berlari ke orang yang ia rindukan. "Boboiboy Taufan. Itu namanya, nama saudara ke dua mu. Harusnya dia bebas seperti namanya, tapi bunda... bunda dengan jahatnya memenjarakan dia."
Hali tidak mengerti maksud sang bunda, kenapa bunda memenjarakan Taufan? Ah bundanya pasti bercanda pada dia. Itulah yang di pikiran Hali saat itu. Yang dia mengerti pasti saat itu hanya satu. Dia punya satu saudara lagi, saudara yang tidak tinggal bersama mereka.
Andai Hali tau maksud sebenarnya sang bunda apakah semua akan berubah? Jika Hali tau maka Hali akan menyusun seribu rencana untuk mempertemukan sang bunda dengan sosok yang bundanya rindukan.
Sayang.....
semua terlambat.
Hari itu mendung, hujan lebat diserta kilat dan badai yang menderu seolah ikut merasakan sedih bersama mereka yang telah kehilangan cahayanya.
Bisa Hali lihat adik perta- ah tidak. Adik keduanya meski dengan air mata bercucuran masih mencoba menenangkan Blaze, Thorn dan Ice yang menangis keras. Sedangkan Hali? Dia tidak menangis. Lebih tepatnya tidak bisa.
Tidak tau karena apa, mungkin karena sang bunda meninggal sambil mendekapnya? Atau karena sang bunda sudah berpamitan lebih dahulu pada Hali?
Kalau karena itu semua lalu kenapa rasanya jantung hali tetap sakit? Sakit sekali sampai rasanya ingin berteriak tapi tidak bisa, ingin menangis tapi air mata seolah habis tak tersisa. Menyiksa Hali karena tidak bisa melampiaskan emosinya.
"Heii kau tidak bisa menangis ya?" Ucap suara dari belakang Hali, ucapan yang menusuk tepat fakta. Perkataan itu tak mau ia dengar dari siapapun tapi orang di belakangnya tanpa sopan santun dan mengerti keadaan mengatakan hal itu. "Hahahaha padahal kalau bisa menangis pasti lebih lega."
Mata Hali berkilat merah saat dia menoleh ke belakang ingin melihat siapa orang kurang ajar itu, namun betapa terkejutnya dia saat menoleh dan mendapati wajah yang sama dengan miliknya hanya berbeda iris warna mata, mata itu bermanik safir berbeda dengan Ruby milik Hali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Freedom
FanficHalilintar mendengar kan dongeng tentang mereka yang ibunya ceritakan pada Hali. Dengan nama Taufan menjadi akhir dari cerita itu, padahal di hidup mereka tidak ada nama tersebut.. lalu kenapa nama Taufan menjadi penutup sebuah cerita? Kenapa nama...