1. Konser pembawa petaka
Deadline udah didepan mata, malam ini Chandra harus ngasih proposal projek sukarelawan selanjutnya ke petinggi sekolah. Lebih sialnya lagi, hari ini juga bertepatan dengan penampilan The Rascal di aula.
Iya, Chandra tau kok aula sama perpustakaan jauh jadi suaranya nggak akan kedengeran. Cuman masalahnya bukan itu, masalahnya ada di salah satu temennya yang ngefans banget sama itu Band yang gak lain dan gak bukan, Pondi.
"Chan, El, nonton yuk! bentarr aja.. please~"
"Gak bisa Pon, ini deadline kita tinggal beberapa jam lagi dan bagian lo belom kelar."
"Tapi Chan, Rascal jarang-jarang tampil disekolah gini. Please, please ya!"
Chandra memijit kepalanya pelan, Pondi selalu gini setiap Rascal tampil. Bener sih mereka emang jarang tampil di dalem gini, biasanya manggung diluar. Tapi bukan berarti penampilan mereka ngebuat dia sama temen-temennya lepas tanggung jawab kan?
"Udah dibilang enggak, ya enggak. Lagian harusnya lu yang kerjain semua ini dari malem, bukannya malah lu tinggal begadang buat nonton bola. Sekarang kalo udah kayak gini, siapa yang ribet?"
"Iya gua tau gua salah, gua minta maaf. Nanti biar gua yang ngomong sama kepsek kalo kita bakal telat setor proposal."
"Terus alesannya apa? Kalo alesan lu cuman buat nonton Rascal, bisa-bisa abis Chandra kena omel."
"Nanti biar gua yang belain, El, ayolah bantu gua? Gua udah ngaku salah."
"Percuma ngaku salah kalo diulang mulu, Pea."
"Udah-udah, gak usah ribut. Pon, kalo lu emang mau banget nonton ya udah ayo kita nonton. Tapi setengah jam aja, abis itu kita balik kesini oke?"
"Oke!" Pondi langsung berdiri dan berjalan keluar dari perpustakaan dengan mata berbinar-binar dan senyum sumringah di wajahnya.
Chandra dan Niel hanya mengikuti temannya itu dari belakang, sebaliknya, malah merasa malas menonton para bajingan tampil. Fyi, Niel memang dari awal punya masalah pribadi dengan salah satu anggota nya, Omar. Dia adalah penyebab putusnya Niel dengan mantan terakhirnya.
Sedangkan Chandra, tidak perlu dijelaskan lagi, semua orang tau kalau ketua Band Rascal alias Piatro suka sekali menggodanya dan itu membuat ia menjadi topik hangat di sekolah.
"Ni, kalo lu mau balik ke perpus gapapa. Istirahat aja disana atau kalo laper lu melipir aja ke kantin."
"Aman, elah."
"Sorry ya, gua tau lu gak mau nontonin acara mereka."
"Gua gapapa Chan, lu gak perlu minta maaf. Gua justru khawatirin lu."
"Piatro?"
Niel mengangguk.
"Tuh orang mau gua hindarin sampe jungkir balik pun juga bakal ketemu, jadi tenang aja. Di dalem juga banyak fans nya, gak mungkin dia usilin gua."
Sampailah mereka di Aula besar sekolah, tempat itu sudah cukup ramai dan sepertinya hanya mereka bertiga saja yang tadinya tidak hadir disini.
Pondi langsung memisahkan diri dari Niel dan Chandra, mencari tempat paling depan. Niel dan Chandra hanya mencari tempat paling nyaman dan dekat tembok untuk disenderi.
Semuanya yang ada disana bernyanyi bersama dengan mereka, seperti konser pada umumnya.
Chandra akui, Rascal adalah band terbaik yang pernah ia dengar sejauh ini. Suaranya indah, musikalisasi dan harmoni yang sempurna membuat siapapun terpesona dibuatnya. Tidak heran jika mereka memiliki penggemar sebanyak ini.
Untuk beberapa waktu Chandra menikmati musiknya, menatap Piatro yang sedang bermain dengan bass miliknya. Tidak ada yang dipikirkan oleh Chandra selama itu, sampai akhirnya untuk sepersekian detik Piatro menatap dirinya kembali dan tersenyum, membuat Chandra langsung sadar dari lamunannya.
"Akhirnya yang ditunggu dateng juga."
Itu yang Piatro pikirkan setelah mendapati Chandra di sudut ruangan.
Musik pun berakhir, kebetulan itu adalah lagu ke-5 mereka sekaligus penampilan terakhir yang mereka bawakan hari ini. Setelah menyampaikan beberapa kata penutup, Rascal turun dari panggung dan semua murid serentak keluar dari Aula.
Niel dan Chandra juga ikut keluar, mencari Pondi yang sudah hilang terbawa ombak lautan manusia tadi.
"El, gua gak ngeliat Pondi."
"Sama. Jangan-jangan kabur lagi tuh bocah?"
"Gak mungkin, laptop sama tasnya aja masih di perpus kok."
"Duh, bikin repot aja."
Ditengah obrolan mereka, beberapa langkah kaki terdengar semakin dekat.
"Nyariin Pondi?"
Niel langsung maju mendekat dengan Chandra saat melihat sekumpulan member Rascal yang baru saja keluar dari pintu belakang Aula.
"Iya."
"Didalem tuh, ngobrol sama Panda." Piatro melirik ke arah pintu.
"Oke, makasih." Chandra memotong kata-katanya seminim mungkin, ia tidak ingin anak-anak yang lalu lalang salah paham.
Beberapa langkah yang diambil Chandra, membuat Piatro bergerak dan meraih tangannya. Sebelum Piatro sempat bicara, tubuhnya sudah didorong lebih dulu oleh Niel.
"Gak usah pake acara megang-megang temen gua dong!"
Omar yang tadinya berdiri disebelah Jonathan, bergerak maju untuk membela temannya. "Woles, Ni. Lu juga gak usah dorong-dorong"
"Eh gak ada yang ngomong sama lo ya."
"Tapi lu dorong temen gua."
Chandra menatap Piatro seakan memberi kode untuk menghentikan semua ini, Piatro yang sadar tentu segera melakukan sesuai keinginan Chandra.
"Udah, mar. Salah gua juga langsung megang, gua minta maaf."
Chandra tak membalas permintaan maaf dari Piatro, memilih untuk masuk dan memanggil Pondi disusul Niel dibelakangnya.
"Lu masih mau lanjutin? Suka sama orang angkuh kayak gitu? Gak abis pikir gua sama lu, tro."
Omar pergi dari sana, meninggalkan Piatro dan Jonathan yang masih setia bersandar didekat tembok, menyaksikan kejadian barusan.
"Biarin aja tuh bocah, lu tau sendiri kalo udah berantem sama Niel moodnya ngalah-ngalahin cewek PMS." Ucap Jonathan yang tangannya kini menepuk-nepuk pundak Piatro.
Piatro tersenyum kecil. "Makasih, Jo."
Padahal Piatro cuman pengen ngobrol, tapi kayaknya hari ini semua orang lagi sensi. Termasuk Chandra, yang dari mukanya aja udah keliatan capek. Biasanya ketawa-ketiwi, ini senyum aja enggak.
Susah juga ya suka sama orang yang latar belakangnya beda 180 derajat dari dia sendiri. Ngeliat Chandra ngurusin organisasi sana-sini sampe badannya menyusut gitu.
Semua perjuangan Piatro selama ini seakan terbang dibawa angin. Walaupun Piatro gak pernah secara langsung bilang suka sama Chandra, tapi dari kelas 10 Piatro selalu ngasih perhatian lebih dibanding ke orang lain.
Piatro juga tau Chandra sadar akan hal itu, cuman entah kenapa dia lebih milih diam. Entah sampe kapan Piatro bisa nunggu Chandra buat bales perasaannya, yang pasti untuk sekarang Chandra adalah prioritas.
———
To be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
GEBETAN MASA GITU? ; perthchimon
RandomPiatro bisa dapetin apa aja, kecuali hatinya Chandra.