5.

155 12 0
                                    

5. Pertandingan Futsal

Ketegangan memenuhi lapangan saat itu, papan skor yang bertuliskan 2-2 menunjukkan adanya pertandingan sengit antara kedua tim. Sorakan terdengar keras di bangku stadion, termasuk Piatro dan Chandra beserta teman-teman lainnya yang kini sudah menempatkan beberapa kursi kosong di sisi sekolah mereka.

"Santai guys, cuman pertandingan persahabatan ini. Jangan tegang gitu!"

Panda melirik Jo yang sedari tadi hanya duduk di kursi, sementara yang lainnya berdiri menyemangati tim futsal sekolah mereka.

"Dari pada lo, dari tadi bisa nya push rank pabji melulu! Gedeg gue liatnya."

"Tau nih, gak solid!" Timpal Pandu yang sudah sejak lama berdiri disamping Panda.

"Yee, anak luar gak usah ikut-ikut. Solid gua cuman buat rascal doang."

"Terus itu striker yang lagi main lu pikir siapa? Komeng?"

"Hahaha, lucu banget!" Ucap Panda sarkas, memukul pundak Pandu pelan setelahnya.

"Hehe, makasih."

"Tapi mending kamu nonton aja dari pada ngelawak, liat tuh Jo, bukannya mau ketawa malah makin males disini tau!"

"Ya maaff, namanya juga usaha."

Jo hanya geleng-geleng kepala saja, sebenarnya ia tidak begitu tertarik dengan hal-hal yang berbau olahraga. Bukannya dia tidak suka olahraga, hanya saja Jo tidak pernah merasa ada rasa semangat ketika menonton sebuah pertandingan seperti ini.

Mau keluar untuk merokok, tapi suasananya tidak tepat. Melihat lapangan yang begitu ramai, yang kalau dipikir-pikir sebenarnya separuh dari orang-orang disini adalah fans mereka juga sih.

Mending kalau hanya menonton pertandingan futsal, Jo masih bisa tahan. Namun, melihat pemandangan yang ada dihadapannya saat ini membuat ia sakit kepala. Bukan, bukan soal sengitnya pertandingan atau banyaknya orang yang membuat kadar oksigen menipis, tetapi dua pasangan yang duduk di kedua sisinya saat ini.

Mari tinggalkan sebentar soal temannya yang cantik, Panda, dengan cowo centil yang selalu menempel bak lintah yang entah datang dari mana. Jo malah penasaran dengan hubungan Piatro dan Chandra. Mereka sudah tidak malu menunjukkan kebersamaan, meskipun tidak semesra itu.

Paling tidak, duduk bersampingan, kan.

Memang sih, hal itu hal yang wajar terjadi ketika berteman dengan seseorang. Tapi, ini Piatro dan Chandra lho! Jo pikir itu bukan hal yang wajar lagi, tapi ajaib!

"GOLLLLL!"

Sial, teriakan semua orang membuat lamunan Jo pecah seketika.

Bertepatan dengan waktu yang hampir habis, sekolah mereka berhasil mencetak gol dan membawa kemenangan dengan skor 3-2. Bangku penonton disisi kiri lapangan bersorai ria atas nya.

Gol yang dicetak oleh Niel, berhasil mengguncang lapangan.

"Goodd job Niell!"

"Itu baru temen gua!"

"Gacor lu hari ini!!!"

"OMAR KAMU KEREN BANGET SAYANGG!"

Dan masih banyak lagi kalimat yang saling bersahutan. Tak pedulikan itu, kini semua anggota tim menggendong Niel dan melempar kecil tubuhnya keatas untuk mendeklarasikan kemenangan mereka.

Terlihat satu orang di sana seperti ditinggalkan. Ditengah lapangan, ada Omar, satu-satunya orang yang tak ikut dalam selebrasi mereka. Ia hanya berdiri mematung ditengah lapangan, menatap Niel dengan senyumannya yang tak pernah ia liat sebelumnya.

Beberapa waktu setelahnya, kedua tim dari sekolah yang berbeda berjabat tangan dan itu adalah acara penutup dari pertandingan mereka hari ini. Semua penonton satu persatu meninggalkan bangku, termasuk Chandra, Piatro, Panda, Pandu, dan Jo.

"Chan, lu nungguin Niel?"

Chandra mengangguk. "Lu kalo mau balik duluan gakpapa, Du. Sekalian tuh ajak Panda, udah mau ujan kayaknya."

"Iya, emang niatnya mau nganterin pulang nih. Kalo gitu gua tinggal ya. Bilang congrats buat Niel sama Omar."

"Iya, hati-hati dijalan!"

Panda pun ikut pamit dengan kedua temannya. Setelah mereka berdua pergi, tersisa Piatro, Chandra dan lagi-lagi, Jo.

"Laper gak?"

"Lumayan sih."

"Didepan ada soto ayam enak, mau cobain?"

"Boleh. Yuk, Jo! Gabung kan?" Ajak Chandra.

Piatro melemparkan tatapan tajam kepada Jo, membuat Jo ciut duluan sebelum menjawab. Tenang saja, sebelum dikasih ancaman, Jo juga menolak kok! Siapa yang mau jadi third wheel terus dihubungan orang?

"Gua mau sebat dulu sebatang, duluan dah."

"Oh, oke deh.. Nanti kalo Omar dan Niel udah selesai beres-beres langsung kedepan aja ya?"

"Siapp laksanakan, Ibu Negara nya Rascal."

Chandra menggelengkan kepalanya kecil sambil menyeringai malas, sedangkan Piatro sudah tersenyum senang seakan bangga dengan apa yang dikatakan Jo barusan.

"Duluan, Bro!" Piatro menepuk-nepuk pundak Jo, setelahnya mereka berdua menyusul pergi meninggalkan Jo sendirian didepan ruang ganti.

"Nasib-nasib, begini amat jadi jones." Gumam Jo.

————
To Be Continued.

GEBETAN MASA GITU? ; perthchimonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang