D U A

367 59 2
                                    

Diam memang menjadi cara paling baik untuk menghadapi kekecewaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diam memang menjadi cara paling baik untuk menghadapi kekecewaan.

🍂

Setelah menyelesaikan urusannya dengan Chiko, Fiony melangkahkan kakinya secara perlahan menuju ke luar rumah sakit.

Tadi ia sudah sempat memberikan pesan pada Zee untuk menjemputnya di rumah sakit. Dan belum sampai 15 menit, Zee sudah memberi kabar padanya jika laki-laki itu sudah sampai.

"Ce!"

Dari jauh Fiony dapat melihat Zee yang berlari kencang menghampirinya, "Siapa yang sakit? Ce Fio ngapain ada di sini?"

Rentetan pertanyaan dan wajah khawatir Zee cukup membuat Fiony ingin tertawa. Adiknya itu memang menyebalkan, namun Zee selalu bisa diandalkan.

"Salah satu murid yang kena hukuman dari Bu Yona tadi pingsan, ya mau ngga mau aku yang bawa dia ke sini karena emang aku yang disuruh jaga." jelas Fiony.

Zee menghembuskan nafas lega, "Oh gitu, aku pikir Ce Fio kenapa-napa makanya ada di sini."

"Aku ngga papa kok, ayo pulang," ujar Fiony kemudian kembali melangkahkan kakinya.

"Akhh..shh,"

Baru beberapa langkah berjalan, Fiony meringis sakit karena kakinya yang terkilir.

"Kaki Ce Fio kenapa?"

Zee dengan cepat memegangi tubuh kakaknya itu, "Sakit yang mananya? Kok bisa begini?"

"Aku cuma terkilir, kamu ngga usah heboh gitu dong!" kesal Fiony pada Zee yang suka berlebihan dalam menanggapi sesuatu.

"Ngga bisa, Ce!" Zee menggeleng cepat, "Ayo periksa kaki Ce Fio mumpung kita masih di rumah sakit."

Fiony berdecak, "Ngga usah lebay, Zee. Aku mau buru-buru pulang karena masih ada les."

"Kaki kamu begitu dan kamu masih mikirin mau berangkat les? C'mon, Ce. Perhatiin kesehatan kamu sedikit aja, jangan maksain." ujar Zee.

"Aku ngga kenapa-napa, Zee. Ayo pulang!" tolak Fiony tegas.

Pada akhirnya Zee hanya dapat menuruti perkataan sang kakak, selama menuju motor Zee menuntun Fiony secara perlahan.

"Dasar keras kepala," cibir Zee dalam hati sambil melirik sekilas pada Fiony yang masih berusaha melangkah sedikit demi sedikit.

"Aku gendong aja deh, Ce. Lama banget jalannya," sahut Zee.

Fiony menatap malas pada sang adik, "Kenapa ngga bilang daritadi sih? Kan aku capek!"

Ketos GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang