001 || JENGGALA

1.4K 62 2
                                    

001ヾ

“Yakin si gue, kalo bentar lagi tu cewek bakal nampar si cowok.” tebak laki-laki berambut kriting seraya menyipitkan matanya memperjelas objek di depan sana. —Namanya Brayn Zaki.  Sukanya sama yang berbau keriting.

“Kalo kata gue si, nggak. Karena si cewek Cinta mati sama dia. Karena mau seburuk apa pun cowok, kalo cewenya udah suka, ya mau nerima aja biarpun di sakiti.” ujarnya lalu menyeruput kopi. —Namanya Tino Rednes. Kalo nggak angkuh, ya bukan dia.

“Iya deh si paling berpengalaman nyakitin cewek” sindir Brayn, “Kalo lo, Gal?” tanya nya pada laki-laki dengan kancing seragam bagian atasnya terbuka dua. Ia  menyugar rambutnya, “Milik si cowok di tendang.”

Mendengar itu, semuanya meringis ngeri, “Ngilu anjir,” ucap Brayn menyentuh selangkangannya sendiri.

“Aku tau aku cuma cewek bodoh yang nggak bisa ngaku kalo kamu adalah cowok brengsek yang pernah aku temui! Kenapa si kamu harus selingkuh! Kamu jahat!”

Dug!

Aws!”

Ketiga laki-laki yang menyaksikan percekcokan di warung Mang Tono  itu memejamkan mata merasakan sakitnya tanpa harus ikut di tendang.

Benar tebakan terakhir. Yaitu tebakan Gala alias —Jenggala Elvaliano. Pemilik wajah tampan ada duanya. Hanya saja, di tambah dengan sorot mata tajamnya yang mungkin akan memati kutukan siapapun itu yang melihatnya. Jangan salah, dari sisi tajamnya Gala, tidak akan bisa menutupi sikap urakan dan usil laki-laki itu. Dan itulah mengapa, Gala sangat di kenali di SMK Bumantara.

“Punya gue ikut nyeri.” celetuk Tino tidak habis pikir dengan tebakan Gala yang tak melenceng sedikit pun.

Brayn menepuk Tino, “Lo mau tau nggak, kenapa si Gala bisa nebak?” tanya nya dengan raut serius.

Tino menggeleng, “Emangnya ngapa? Dari dulu kan si Gala emang kagak pernah melenceng kalo nebak.”

“Kali ini beda, No. Jadi, pas lu belum masuk Bumantara, punya nya pernah di tendang Bu Ijah!” Brayn memegangi perutnya yang terasa mulas akibat tertawa.

Tino yang mendengarnya pun ikut menyemburkan tawanya, “Bu Ijah Guru BK?” tanya nya di sela tawa.

Brayn mengangguk, “Iya! Waktu itu Gala bolos nggak ngajak-ngajak gue.  Eh, malah kena azab. Gila sih. Bu Ijah jago kalo perihal tendang menendang. Hahahah—khem,” laki-laki itu mingkem saat melihat wajah garang Gala.

Tino pun ikut menghentikan tawanya, “Sory, Gal. Gue ngakak anjir.” ujarnya lalu tercengir kuda.

Notifikasi di ponsel bermerek Gala berhasil mengalihkan perhatian laki-laki itu. Segera Gala membukanya,

Ibu Guru cantik
Hari ini nggak libur, ya.
Buruan pulang. Materi
Kemarin harus di lanjut.

Ah, rasanya Gala ingin terbang saja. Bagaimana tidak, pesannya posesif seperti ini. Tolonglah, jiwa kepedean laki-laki itu semakin meningkat. Dimana letak keposesifpannya coba?!

Gala bangkit dari kursi kayu yang di dudukinya, “Gue cabut duluan. Si cantik udah kangen sama gue.” Brayn dan Tino yang sudah paham dengan ucapan Gala itu 'pun kembali menyemburkan tawa tertahannya.

“Kepedean lu, Gal.” ujar Brayn meremehkan.

Gala mengangkat kedua bahunya seraya memakai sarung tangannya untuk bersiap.

“Kapan main di rumah lo, Gal?” tanya Brayn seraya mengambil gorengan di depannya.

“Gak akan pernah. Sama aja gue ngundang semut dong kalo gitu. Gue tau tujuan lo pada. Nggak usah berharap!” sarkas Gala lalu menampilkan smirknya.

JENGGALA • [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang