006 || JENGGALA

380 28 7
                                    

006ヾ

Di pagi buta sekali, kediaman Darza sudah di ributkan oleh Gala yang tengah mencari benda kesayangannya yang entah di mana laki-laki itu simpan. Perasaan laki-laki itu benar kok, sarung tangannya di simpan di meja belajarnya. Tapi kok tiba-tiba ilang? Apakah ada hantu jail di rumahnya?

“Udahlah Gala, beli lagi aja. Pusing Papah liat rumah kalo di berantakin gini. Gak kasian juga kamu liat Mamah kamu, Rosma, sama Sava pusing nyariin benda nggak berguna itu.” Darza membuang kasar napasnya.

Gala yang sedang menuruni anak tangga itu berhenti di tengah-tengah, “Nggak, Pokoknya Gala mau itu. Papah lupa kalo sarung tangan yang satu itu kesayangan Gala? Ck, dimana si!” gerutu laki-laki mulai prustasi.

“Tinggal beli lag—”

“Gak segampang itu, Pah.” sekat laki-laki itu mulai geram dengan saran Darza. Mungkin ternilai kecil di mata orang lain, tapi tidak di mata Gala. Jika di ibaratkan, mungkin Gala rela kehilangan motornya asalkan sarung tangan itu ada di tangannya.

“Udah-udah. Jangan di ributin, mending Papah bantu nyari. Nggak kecil-kecil amat kok benda nya. Pasti mudah di temui.” lerai Melati dengan tangan yang masih sibuk menyibak-nyibak benda di depan matanya.

Sava yang sedari tadi sibuk ikut serta dalam pencarian sarung tangan itu 'pun melirik singkat Gala yang sudah menampilkan wajah seriusnya. Sepenting itu barangnya? Biasa nya juga nggak sampe se-diributin ini. Tapi ini beda. Sarung tangan itu benar-benar berharga di mata Gala.

Tidak mengapa juga ribut-ribut seperti ini. Karena dengan ini, urusan Sava dengan Gala tertunda.  Yang di mana gadis itu di mintai jawaban oleh Gala. Gadis itu masih harus mengumpulkan keberanian untuk berbicara jujur, walaupun itu akan menyakiti Gala nantinya.

“Coba deh, Gal. Inget-inget lagi. Nyimpen di meja belajar kan itu kebiasaan kamu ketika pulang sekolah. Kalo kemarin kan kamu pulang sore, kayaknya kamu nyimpen di tempat lain?” ujar Melati seraya menegakkan punggungnya.

Benar juga, kemarin kan Gala ke hujanan. Dan nggak sempat mampir ke meja belajarnya seperti biasa ia pulang sekolah. Wah... Bodoh sekali laki-laki itu. Dengan cepat Gala membalik berlari menuju kamarnya. Harapan Gala kinj adalah sarung tangan itu ada di kamar mandi nya.

Helaan napas terdengar di sepenjuru kamar mandi saat Gala tak kunjung menemukan barang kesayangannya itu. Baju kotor miliknya saja sudah laki-laki itu obrak-abrik. Sialan! Suasana hatinya pagi ini benar-benar buruk. Semoga saja jawaban yang sebentar lagi terdengar tidak ikut-ikutan mengusiknya.

Sava yang melihat Gala tengah turun dari tangga dengan raut wajahnya yang tidak memungkinkan, gadis itu jadi merasa iba. Apakah sarung tangannya masih belum laki-laki iti temui? Detik itu juga otak Sava bekerja lebih keras. Seinget Sava, kemarin Gala masuk ke dalam rumah tanpa sarung tangannya, itu 'pun kalo tidak salah. Artinya .... Gadis itu langsung berlari keluar rumah menuju garasi dimana motor Gala terparkir.

Sava membuang napas lega. Gala emang ceroboh, pelupa pula! Dengan langkah lemas, Sava mendekati motor Gala. Gadis itu menatap sinis sepasang sarung tangan dominan hitam yang dengan manisnya tergeletak di atas jok motor laki-laki itu. Kalau begini, untuk apa gadis itu sampai harus mengangkat-ngangkat panci karena takutnya ada di balik alat-alat dapur itu. Taunya si sini. Gala. Gala.

Baru saja ingin keluar dari garasi berniat masuk kembali ke dalam rumah untuk memberikan benda ini pada Gala, laki-laki yang di tujuinya itu sudah ada di belakanganya entah sejak kapan. Gadis itu saja sedikit terkejut.

“Nih,” Sava menyodorkan sarung tangan itu ke depan Gala. Dengan senang hati, Gala langsung menerimanya. “lain kali, jangan lupa naro lagi, kasian semua orang harus ikut-ikutan bingung nyariin. Apalagi tadi Ibu sama Bapa yang lagi sibuk sampe turun tangan.”

JENGGALA • [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang