003 || JENGGALA

597 49 3
                                    

003ヾ

Diam-diam Sava tersenyum geli melihat Gala yang terus-terusan menyuapkan kue buatannya. Sesuai request, cowok itu akan memakannya asalkan kue itu rasa coklat. Dengan senang hati, Sava menurutinya.

Dengan mulut Gala yang sibuk mengunyah, tangan laki-laki itu juga tak kalah sibuk membolak-balikkan halaman buku tebal di tangan kirinya. Entah itu untuk di baca, atau hanya di jadikan kedok saja supaya Sava merasa senang.

“Emangnya kamu mau ke mana kalo jadi pergi?” tanya Sava seraya menarik piring berisi kue coklat buatannya. Otomatis, Gala yang tengah asik itu melihat piringnya.

“Nggak perlu tau, urusan anak muda,” dengan cepat laki-laki itu menarik piringnya lalu kembali menyuapkan potongan kue coklat ke dalam mulutnya.

Sava menghela napasnya, “Iyadeh si paling anak muda.” ujar gadis itu seraya membuka handphonenya  yang sedari tadi menganggur di atas meja.

Gala yang melihat Sava fokus menatap layar perseginya itu, munculah rasa iri. Bisa-bisanya memainkan handphone di depan laki-laki itu.

“Mau niat ngajarin, nggak si?” ujar Gala kesal.

Sava yang mendengarnya pun  mengangkat kedua alisnya, “Bukannya kamu lagi baca, ya?”

Gala berdecak, “Sekarang nggak. Nih, kamu jelasin bagian ini,’’ laki-laki itu menyodorkan bukunya ke depan Sava.

Dengan senang hati Sava menyimpan handphonenya lalu melihat buku itu dengan seksama. Tema kali ini ialah bahasa indonesia yang di mana Gala tengah mempelajari bagian majas. Menurut Sava pembelajaran ini juga sangat penting untuk Gala agar laki-laki itu mampu membedakan arti di setiap ucapannya.

“Nah, majas paradoks ini adalah jenis majas yang mengungkapkan pernyataan mengenai dua hal yang seolah bertentangan. Tapi kadang juga ada benarnya.”

Gala mengangguk-anggukkan kepala nya. Sebenarnya ia tidak tertarik sama sekali dengan penjelasan Sava itu, ia lebih tertarik dengan wajah cerah yang sedang menjelaskan nya, “Contohnya?”  modus laki-laki itu dengan memajukan wajahnya seolah memperjelas deretan lembar itu.

“Contoh kalimatnya, 'Dia hanya bisa tersenyum, meski hatinya menangis saat kehilangan sahabatnya.' nah, dari sana udah bisa ngegambarin, kan? Aku kasih satu contoh lagi deh, 'meski dalam keramaian kota, masih saja dirinya merasa sendiri usai kehilangan anak semata wayangnya.' di sana udah jelas banget majas paradoks nya.” Sava yang melihat Gala seperti tengah mencerna itu kembali menarik sudut bibirnya ke atas. Pasalnya, baru kali ini laki-laki itu belajar serius. Tidak seperti biasanya.

“Sekarang aku mau kasih tugas kamu. Buat kalimat paradoks. Waktunya lima belas menit dari sekarang.”

Gala langsung menuruti perintah Sava. Laki-laki itu tidak membantah lagi. Sepertinya memang sedang serius. Atau bahkan ada yang merasuki laki-laki itu? Pikir Sava heran.

Sava mengerjap beberapa kali saat melihat Gala yang tengah serius menulis di buku nya. Apakah laki-laki itu akan seperti ini bila di kelasnya? Kurang percaya saja kalo memang se serius ini. Apalagi gadis itu sering mendengar kalo Gala adalah anak petakilan di sekolahnya. Orang tua nya sendiri pun, sering mengadu pada Sava dan meminta bantuan gadis itu  mati-matian agar selalu mengingatkan Gala.

Kini Gelang hitam yang melingkar di tangan kanan laki-laki itu lah yang menjadi objek pertama penglihatan Sava. Melihat inisial huruf yang tertera di gelang hitam itu, rupanya Gala sudah mempunyai gebetan. Atau pacar? Tidak apa, Sava senang melihatnya. Mungkin dengan itu Gala akan semakin semangat Sekolah nya. Kan memang sebagian orang akan menjadikan orang spesial sebagai penyemangatnya.

Pikiran Sava buyar saat Gala menyodorkan buku nya. Dengan cepat gadis itu menerimanya. Gadis itu melihat deretan tulisan yang begitu panjang. Apakah ini masih bisa di sebut majas paradoks? Tunggu, karena ini lebih seperti curhatan hati.

Gadis cantik pemikat hati, ialah orangnya. Namun, apakah masih bisa di sebut pemikat kalau kenyataannya ia malah menjadikan orang lain sebagai pemikat hatinya. Bukan, ini bukan tentang majas paradoks. Namun tentang seseorang yang menjaga hatinya untuk dia yang menjaga hatinya untuk orang lain.

Kata paradoks mungkin akan terdengar, masih tersenyum meski hatinya sakit. Tapi itu semua tidak hanya terlibat dalam paradoks. Melainkan naluri cinta yang bertepuk sebelah tangan,  Mengharapkan terbalas dengan ketulusan. Mengharapkan ketulusan dengan terbalas. Tetapi mustahil, karena akhirnya hanya bisa melepaskan dan melaung berharap keluar dari mimpi.

Sava tertegun membaca deretan kata yang Gala tulis. Apakah laki-laki itu bertepuk sebelah tangan seperti tulisannya?

******

Hawa panas akibat cuaca semakin membara saat segerombol kelas Teknik Kendaraan Ringan keluar dari ruang praktik. Kelas dua belas angkatan kali ini memang pemecah rekor dengan bibit unggulnya. Apalagi kelas yang satu ini. Bukan hanya asrama nya para Adam, kelas dua belas Teknik Kendaraan Ringan ini juga adalah gudangnya para si tampan. Seperti saat ini, bila di hitung, mungkin bisa ada empat puluh ekor. Ah tidak, empat puluh orang jelasnya.

Yang mulanya seakan membeku mengagumi, seketika mencair menjadi jeritan para gadis penggemar meneriaki, “Kak Gala! I'm in love you!”

Dengan baju seragam kejuruan yang terlipat sampai sikut, khasnya yang tidak pernah bisa mengancingkan kedua kancing bagian atas nya dengan benar, di dominasi dengan noda oli yang berhasil mengotori kulit lembut bak bayi nya mampu melelehkan siapapun itu yang melihatnya. Siapa lagi kalau bukan sang legend, Jenggala. Bu Ijah yang melihat kelebayan para siswi di lorong itu 'pun mencibir. Apa bagusnya si anak pembuat onar itu? Memanglah di dunia ini sudah di butakan oleh yang namanya good looking.

Brayn menyikut Gala, “Bu Ijah tersepona tuh, sama lo.” ujarnya membuat Gala bergidik ngeri.

“Hayoh lo, Gal. Bukannya lo suka sama yang lebih tua dari lo, ya? Noh Bu Ijah jomblo.” Tino ikut-ikutan.

Gala berdecak sebal, “Iya. Tapi ya lo pada pikir lah, anjir. Jomblo nya Bu Ijah itu beda.” ujarnya melirik Ibu-ibu paruh baya itu singkat di depannya. Jangan heran dengan sikap Gala, karena semua orang juga tahu kalau murid dan guru BK satu itu adalah musuh bebuyutan.

Alih-alih melewati Bu Ijah dengan langkah pelannya seperti menjaga agar harimau tidak bangun lalu menerkamnya, Bu Ijah malah menghentakkan kakinya membuat  ketiga laki-laki itu terperanjat kaget.

“Jos eh jos!” pekik Brayn.

“Cepat masuk kelas! Malah cosplay  jadi Taehyoung! Tebar pesona?! Kalian membuat kericuhan! Liat!” sentak Bu Ijah dengan wajah garangnya seraya menunjuk beberapa siswi yang sedang menatap kagum ketiga laki-laki itu.

Tino tercengir kuda, “Maaf ya Ibu cantik, Gala mau ngomong, nih.” laki-laki itu menyenggol Gala.

Gala mendelik ke arah Tino, “Taehyoung juga mengakui kali, Bu. Kalo kita setara sama dia.” ujarnya membuat Bu Ijah tertawa ngeri bak ratu kegelapan.

“Mimpi! Cepat masuk kelas!”

Lagi-lagi suara Bu Ijah yang sangat keras itu memenuhi penjuru lorong. Mungkin kalau berada di dunia fantasi, akan di susul oleh gelegaran petir yang begitu menyeramkan.

Bukannya menurut dan langsung pergi, Ketiga laki-laki itu malah saling membisikkan sesuatu membuat Bu Ijah menautkan kedua alisnya merasa menjadi topik di gosipkan.

Joō ni wakare o tsugemasu, mata o ai shimashou!” ketiga laki-laki itu langsung membungkuk bersamaan memberi hormat pada Bu Ijah layaknya marga Jepang. Ibu Ijah yang melihatnya pun menganga lebar.

Sebelum suara Bu Ijah kembali menggema meluapkan amarahnya yang meledak-ledak, ketiga laki-laki rese itu langsung lari terbirit-birit.

“MAU LARI KEMANA KALIAN! AWAS KALIAN!”

TBC

JENGGALA • [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang