Chapter 4

99 8 0
                                    

Keesokan harinya.
Keluarga Dhananjaya memakan sarapan pagi mereka, kecuali Arsen yang masa hukumannya bertambah 2 hari karena kejadian kemarin.

Niko memakan roti bakar berselai stroberi dan orang tuanya memakan daging sapi impor langsung dari negara malaysia.

Niko menyelesaikan sarapannya dan berangkat ke sekolah, sebelum itu Argon mencegahnya karena ingin memberikan beberapa nasehat, "Lain kali jangan banyak protes dan mengeluh tentang kebijakan kami kepadamu, kami melakukan ini demi masa depanmu yang cerah saja." Nasehatnya.

Niko menjawabnya dengan anggukan dan menaiki mobil yang tentu saja pintunya sudah dibukakan oleh Yudas.

Niko masih mengingat kelakuan Yudas yang melaporkan segala aktivitasnya, makanya dia kesal saat melihat wajah Yudas.

"Ember dan cepu." Batin Niko yang menggerutu.

Yudas menghiraukan wajah kerutan kesalnya Niko, ia abai tentang hal itu.

. . . . .

Sesampainya disekolah Kejora.
Niko turun dari mobil yang tentu saja lagi dibukakan oleh Yudas, "Pak Yudas seperti anjing atau budak yang mau disuruh-suruh saja sama ayah." Batin Niko.

Niko memasuki gedung sekolahnya dan disambut langsung oleh ketiga sahabatnya.

Seperti biasa, mereka menjalani kegiatan yang normal saja sama seperti sebelumnya.

£¢€¥¶∆

Di mansion Dhananjaya.
Arsen masih belajar dan mengabaikan roti bakar tanpa selai yang dibawakan oleh bibi Ani.

Ia kesal karena roti bakarnya tidak ada selai apapun, ia sempat memprotes hal ini kepada bibi Ani, tapi bibi Ani berkata, "Nyonya menyuruhku untuk tidak menambahkan selai di roti bakarmu." Katanya.

Ia kesal sekali, nafsu makannya berkurang, maka ia mengalihkan rasa laparnya itu dengan air minum saja.

Ia iri dengan adiknya yang bisa memakan roti bakar berselai stroberi, darimana ia tau? Karena bibi Ani yang menjawab pertanyaannya soal 'Apakah Niko memakan roti bakar tanpa selai?'

Ah, daripada ia marah-marah tidak jelas, mending ia membalas pesan kedua sahabatnya, yakni Randy dan Raka yang ia tidak balas kemarin.

Mereka berdua pasti mengkhawatirkannya.

Ia mencari-cari dimana letak handphonenya, ia juga bertanya kepada bibi Ani yang sedang merapikan kasurnya, tapi bibi Ani juga tidak tau.

Cklek

Pintu kamar Arsen dibuka oleh Lara yang datang dengan handphone milik Arsen di tangan kirinya, "Kau mencari ini?" Tanya Lara.

Arsen mengangguk iya.

"Aku akan memberikanmu handphone saat masa hukumanmu sudah selesai." Ujar Lara dan pergi meninggalkan keduanya.

Bibi Ani melihat Arsen yang marah karena dirinya seperti dikurung di kandang binatang.

Arsen ingin sekali memaki adiknya, karena adiknya bisa bermain handphone sepuasnya, adiknya bisa memakan makanan enak, adiknya yang tidak pernah dihukum, adiknya yang bisa bebas kemana saja, adiknya yang mendapatkan kasih sayang langsung dari orang tuanya.

Arsen? Dia tidak bisa bermain handphone sepuasnya, ia tidak memakan makanan enak, ia dihukum terus, ia tidak bisa bebas, ia tidak mendapatkan kasih sayang langsung dari orang tuanya.

Arsen meneriaki kehidupannya yang menyedihkan, tidak diandalkan, tidak berguna, tidak bermanfaat, beban pula.

Bibi Ani menenangkan Arsen yang meronta-ronta untuk bisa menjadi adiknya, ia ingin bertukar peran- tunggu, apakah ini yang dimaksud dengan adiknya?

Detakmu yang abadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang