Makan bakso

1.1K 96 10
                                    


Author POV

Wina dan karin sedang dalam perjalanan untuk memakan bakso langganan karin. Namun tiba-tiba setetes air hujan turun dan berubah menjadi hujan yang cukup deras.

Sesampainya di tempat parkiran, wina mengajak karin meneduh terlebih dahulu. Wina menyadari karin memakai kemeja putih yang sudah cukup basah karena air hujan, kemeja putih basah itu menjadi transparan menunjukkan bagian depan karin. Wina mengalihkan pandangannya dan melepas jaket kulitnya.

"Kak, pake ini," ucap wina menyodorkan jaket kulitnya kepada karin.

"Gua ga perlu," ucap karin yang sebenarnya cukup kedinginan.

"Liat kemeja Kaka."

Karin melihat kemeja nya yang setengah basah dan segera mengambil dan memakai jaket kulit wina.

Wina membuka kancing kemeja sekolahnya yang pasti sudah ia double dengan kaos hitam.

"Kaka mau pesen apa? Biar saya pesenin," ucap wina.

"Udah gua aja, lo mau apa?" Tanya karin.

"Bakso kecil aja, sama es teh manis."

"Ujan gini minum es," ucap karin yang membuat Wina tersenyum. "Kenapa lo?" Tanya karin yang melihat Wina tersenyum.

"Peduli juga Kaka sama calon istrinya," ucap Wina yang membuat karin kaget. "Ih pede banget lo," Karin segera memesan dua bakso kecil, dan dua es teh manis.

Karin duduk berhadapan dengan Wina. Lalu memainkan hp, Wina yang sedang melihat hujan segera menoleh melihat karin duduk dan memainkan hp nya.

"Kak," panggil Wina.

"Ya?"

"Kaka tau nanti kita bakal tinggal bareng?" Ucap Wina yang awalnya karin sedang fokus dengan hp nya langsung menengok ke arah Wina dengan tatapan bingung.

"Bakal tinggal dimana kita? Emangnya lo punya rumah," sindir karin.

"Ada, ka," ucap Wina yang sebenarnya tidak membuat karin begitu kaget karena ia tau Wina berasal dari keluarga yang sangat mampu.

"Orang tua aku yang nge-hadiah in, jadi nanti kita bakal tinggal bareng. Tenang aja di rumah itu ada dua kamar."

"Ooh, oke."

Pesanan mereka sudah makan, karin yang sudah lapar langsung menyiapkan sendok dan garpu untuk memakan baksonya.

"Gua mau nanya lo sesuatu."

"Oke silahkan, ka," ucap Wina sambil memakan baksonya.

"Kenapa lo setuju dengan perjodohan kita," tanya karin langsung pada intinya.

"Papah bilang itu udah perjanjian mendiang oma saya, jadi saya nurut aja," ucap Wina lalu di jawab anggukan oleh karin.

"Jangan panggil gua kaka dan diri kamu saya, gua ngerasa tua banget dan jangan terlalu formal," ucap karin.

"Oke, ka."

Karin mengangkat kedua alisnya.

"Kaka lebih tua dari aku, aku nyaman panggil Kaka."

"Yasudah serah kamu," ucap karin yang membuat Wina kaget.

"Kamu? Tumben banget."

"Gu-aku gamau nanti malah jadi kebiasaan."

"Ooh oke, masih mau tanya sesuatu?"

"Meski ini perjanjian oma kamu dan kamu gabisa nolak, tapi kamu tau kan kalo kita berdua itu perempuan. Kamu tau kenapa bisa orangtua ku setuju nge jodoh in aku sama kamu," tanya karin panjang lebar.

"Ya, kita berdua memang perempuan namun aku cukup berbeda."

"Kenapa? Kamu bisa terbang gitu?" Sebenarnya ada alasan lain yang terbenam dalam pikiran karin cuman tidak masuk akal saja.

"Ya ga gitu juga sih, nanti aja Kaka tau."

"Emang gabisa tau sekarang?" ucap karin membuat Wina melotot.

"Hah nanti aja ka, ngomong-ngomong kita jadi ngucap janji Sabtu apa minggu?"

"Sabtu harusnya, lagian kita cuman ngucap perjanjian doang," ucap karin.

Wina mengangguk setuju. "Udah jam segini ka, mending kita pulang."

"Ya, aku mau ngebungkusin buat orang rumah dulu."

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ih galak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang