- 01

2.6K 179 61
                                    

Aku lumayan pintar, aku sanggup mempertahankan ranking satu ku sejak di bangku smp dan semua nilai ku sangat cantik dan rapih dengan huruf yang sama semua yaitu 'A'. Dengan kemampuan ku yang mahir dalam akademik, aku berani mengambil keputusan untuk menjadi seorang dokter yang akan meneruskan generasi selanjut nya. Aku tidak begitu ambisius, aku gampang sekali menyerah ataupun mengeluh, tapi bukan berarti aku gampang putus asa, aku akan terus melakukan nya hingga aku bisa mendapatkan apa yang aku mau. Semangat ku sedikit berkurang karena mendapat kan fakta bahwa dosen pembimbingku akan selalu membuat ku kewalahan dengan sikap nya.

solar berdecak, ia memperhatikan setiap kalimat. "saya sudah bilang berapa kali kepada mu? Skripsi gagal, revisi."

Aku menundukkan kepala ku sejak tadi, mau bagaimana pun aku takut dengan pak solar, seluruh mahasiswa disini sudah tahu bagaimana sikap galaknya pak solar dengan mahasiswa nya, tidak ada yang berani melawan beliau. Aku sudah berkali kali revisi skripsi ku, namun selalu saja di kritik habis habissan oleh pak solar. Aku sebenarnya ingin sekali menyerah dan memakai jasa bikin skripsi saja atau memakai teknologi yang bernama AI, tapi itu sama saja aku akan menjadi dokter yang licik. Aku hanya bisa mengangguk mengiyakan segala ceramahan oleh pak solar, pak solar selain galak ia juga sangat mahir dalam meceramahin mahasiswa nya.

"saya itu dosen pembimbing mu dan kamu ada di bawah tanggungjawab saya, skripsi kamu amburadul gini masih yakin mau jadi dokter?" berkali kali pak solar mengeluarkan kata penye-sialan-mangat setiap ia meceramahin ku. Aku menegakkan postur tubuh ku menjadi tegak. Lalu kukumpulkan semua keberanian ku.

"pak boleh pakai jasa skripsi ga?"

Sialan, tolol, bodoh, goblog, orang gila. Saking aku gugup nya aku malah asal bicara saja, pak solar yang mendengar itu langsung menyatukan alisnya ia bingung dengan ucapan ku tadi. Ia kembali dengan ekspresi marahnya dan menarik nafas. Siap untuk meceramahin ku lagi. Dan benar saja ia langsung membentak ku berkali kali dengan perkataan yang lebih dari kritik. Aku memohon maaf kepada nya dan berkata jujur jika aku tidak sengaja berkata demikian, aku gugup. Tapi pak solar tetaplah pak solar, ia menghukum ku dengan menyuruh membersihkan kamar mandi di gedung ini yang informasi nya sangatlah kotor, bagaikan ruangan yang tak pernah diurus.

"maafkan saya pak, saya tidak sengaja, beneran."

"tidak sengaja?..kamu beralasan mulu sejak kemarin, saya sudah muak dengan segala alasan tidak jelas, sekarang bersihkan kamar mandi kotor di gedung ini" aku hendak menolak nya namun pak solar sudah mendahului ku dan pergi meninggalkan ku sendirian di ruangan ini, aku mengumpat berkali kali. Rasa kesal ku kepada pak solar tak pernah berubah, namun rasa takut ku kepadanya masih lebih tinggi, Karena itu aku langsung melihat keluar, kanan kiri, lega sekali saat mengetahui tak ada siapa-siapa yang mendengar Semua umpatan ku tadi.

"[name], lagi ngapain?"

aku terkejut bukan main, aku bahkan berteriak saking kaget dengan kedatangan tiba tiba seseorang, aku sempat berpikir itu adalah hantu tidak tenang yang bergentayangan karena skripsi nya ditolak oleh pak solar. Saat aku perhatian kembali, aku menghela nafas lega saat aku mengetahui orang didepanku adalah malaikat penolong ku. Ia adalah pak gempa, salah satu dosen ku juga, beliau kadang membantu ku saat ada beberapa materi ataupun hal yang kurang aku mengerti.

Pak gempa memang dikenal sebagai dosen kesayangan para mahasiswa disini, pak gempa baik kepada semua nya, ia juga dikenal sangat ramah, yaa..intinya berbeda jauh dengan pak solar.

"ehehe..ini pak gem, tadi saya habis bimbingan dengan pak solar" pak gempa tersenyum.

"bagaimana?lancar tidak kali ini?" aku hanya tersenyum kencut, pak gempa adalah dosen yang lumayan dekat dengan ku, beliau dari awal aku berkuliah disini ia selalu mendengar segala curhat ku, dan salah satunya sikap pak solar kepada ku. Pak gempa lah yang awalnya mengyakinkan aku untuk bercerita kepada nya. Malaikat penolong ku, selain itu pak gempa adalah salah satu dosen termuda selain pak solar. Sikap pak gempa dengan pak solar sangatlah beda, pak gempa cenderung lebih tenang dan ramah ia juga tidak pernah merasa kesal saat menolong mahasiswa yang lain.

berbeda dengan pak solar, beliau sangat aktif dalam semua kegiatan dan juga dia terkenal sebagai dosen killer yang siap untuk mempenghambat kelulusan mahasiswa,narsis juga adalah salah satu wataknya, dia berkali kali selalu memuji ketampanannya. Aku akui beliau memang tampan dan memiliki tipe ideal semua kaum hawa, tapi sikap yang menyebalkan membuat aku selalu ingin muntah saat mendengar kenarsisannya.

"yah gitu deh pak gem, saya disuruh revisi lagi dan lagi" ucap ku. Aku hanya terkekeh pelan dan kulihat reaksi pak gempa yang secara mendadak menjadi ikutan sedih, menurut ku beliau merasakan kesedihan dan keputusan asa ku. Ia kembali tersenyum saat mata kita bertemu, pak gempa mengelus puncuk rambut ku dengan lembut. "tidak apa apa [name], mungkin belum rezeki kamu jadi semangat yaa, solar itu memang senang membuat mahasiswa kesulitan, tapi pasti dia memiliki niat tersendiri kok".

Niat?niat untuk membunuh perlahan semua mahasiswa nya?.

"kamu kenapa belum pulang? udah magrib gini, gabaik buat anak perempuan keluar saat magrib, pulang gih atau mau saya anter saja?" aku melotot mendengar tawaran pak gempa tentu saja aku akan menolak nya, aku tidak mau merepotkan pak gempa yang sudah berkali kali menolong ku. Aku tidak mau di cap sebagai mahasiswa manja!.

"gapapa kok pak, saya bisa naik bus kota kok, lagian saya tidak mau merepotkan bapak" ucap ku dengan sopan. Pak gempa mengangguk mengerti dengan perkataan ku, beliau mengajak ku untuk pergi keluar gedung bersama, kebetulan pekerjaan dia sudah selesai semua katanya. Kami berjalan menuju parkiran, aku bercerita sedikit mengenai kehidupan ku yang sangat random dan pak gempa selalu mau mendengar nya, ia terkadang terkekeh mendengar pengalaman lucu ku ataupun sesekali memberikan aku saran. Aku nyaman bercerita bersama dosen malaikat ini. Aku keasyikan bercerita hingga tak menyadari bahwa kami sudah sampai di parkiran, aku berterima kasih kepada pak gempa yang selalu membantu ku, dan pak gempa selalu menjawabnya dengan perkataan yang sama.

"iya gapapa kok, saya senang direpotkan olehmu [name]"

Memang suami idaman ini mah.

Aku melambaikan tanganku saat mobil yang dikendalikan oleh pak gempa pergi meninggalkan ku di parkiran, aku tersenyum lega. Walaupun di universitas ini aku memiliki guru yang sangat menyebalkan, setidak nya aku menemukan dosen berhati malaikat yang selalu mau menolong ku. Aku berpikir kembali jika aku sudah sepenuh nya sah menjadi seorang dokter, aku akan bekerja ke tempat pak gempa kerja. Aku dengar keluarganya memiliki rumah sakit yang sudah memiliki cabang dimana mana, dan itu adalah tempat pak gempa bekerja sebagai dokter.

Lamunan ku terbuyarkan oleh suara yang aku kenal sekali, aku bergedik ketakutan dan membalikkan badan ku ke arah suara tersebut. Dan benar saja didepanku kini sudah ada dosen kematian yang menatapku dengan galak dan menyilangkan tangannya di dada. Ia juga menatapku dari ujung kaki ku hingga ujung ubun ubun ku. Sialan, aku kira pak solar sudah pergi sejak tadi. Aku tersenyum kikuk sambil menatap tanah dibawa ku.

"perintah saya sudah kamu kerjain?"seperti disambar petir di siang hari, aku lupa dengan perintah nya tadi, padahal baru saja beberapa menit ia memerintahkan ku untuk membersihkan kamar mandi yang kotor nya nauzbillah, sifat pelupa aku seperti sudah berdarah daging.

"s..sudah pak!" ucapku dengan yakin, berdoa agar pak solar memercayai kebohongan ku, tidak patut ditiru namun demi keselamatan nyawa ku, aku kembali merasa gugup ketakutan ketika pak solar menatapku dengan tatapan imtidasi.

"yakin?"ucapnya. Aku mengangguk kan kepalaku sambil tersenyum semanis mungkin agar kebohongan ku ini tidak terungkap, dan sepertinya keberuntungan sedang berpihak kepada ku, aku menghela nafas ketika pak solar berkata bahwa ia percaya kepada ku. Beliau meninggalkan ku dan pergi bersama mobil hitam mewah kesayangan nya itu. Meninggalkan ku sendiri lagi.

"sialan, udah jam berapa ini? Aku harus buru buru sebelum bus berhenti beroperasi karena sudah jam segini" aku langsung berlari ke arah halte bus terdekat, dengan nafas yang terengah tengah, aku duduk di salah satu tempat duduk disitu. Aku mengatur pernapasan ku.

Padahal baru saja beruntung, kini aku sudah hampir setengah jam menunggu kehadiran bus, tapi nihil. Tidak ada satupun bus yang lewat disekitar sini, aku hendak memesan g*ojek tapi sialnya tidak ada yang menerimanya. Aku kembali menyalahkan diriku yang ceroboh ini, jika saja ia tak terlena dengan bercerita kepada pak gempa pasti mereka delapan puluh persen lebih cepat menuju parkiran nya.

"aduh [name] bodoh bangett."

"ngapain disitu? ayo pulang"



--------

berikan saran dan kritik positif yawhh
-

- Skripsi | ft. Boboiboy Solar x Readers |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang