Bab 39 - Kehidupan di Kampung

529 25 0
                                    

Aku kaget ketika terbangun melihat kamar yang ku tempati berbeda dengan kamar ku dan Pak Nasril. Kamar ini terlihat sederhana berbahan kayu. Ah aku baru ingat sepertinya kami sudah di kampung. Tapi dimana suami ku itu.

Aku hendak bangun tapi kepala ku terasa berat. Aku meringis pelan, ku raba kening ku untuk memijit agar mengurangi rasa sakit nya tapi sepertinya ada sesuatu menempel di dahiku. Aku melihat di tangan ku ada beberapa daun yang sepertinya sudah remuk halus.

"Sudah bangun?" Pak Nasril menghampiri ku dengan membawa nampan. Aku tak sadar kapan dia masuk kesini.

"Kita udah sampai ya pak? Sekarang jam berapa?" Tanyaku balik tanpa menjawab pertanyaan pak Nasril.

"Sekarang jam 9 malam, kita sampai jam 7 tadi"

"Kok bapak nggak bangunin saya?" Protes ku

Pak Nasril menghela nafas.

"Saya sudah banguni kamu, tapi kamu diam saja. Saya pegang dahi kamu hangat, sepertinya kamu demam. Jadi saya angkat kamu ke kamar" Jelas pak Nasril.

"Nenek bapak mana? Saya belum ada salaman"

"Sudah tidur, sekarang kamu makan dulu sedikit. Tadi saya buat bubur. Biar nanti bisa minum obat" Pak Nasril meletakkan nampan tadi di samping ku.

"Saya enggak selera pak" Sahut ku lemas. Kepala ku terasa berat. Sepertinya aku terkena mabuk perjalanan.

"Sedikit saja, dua sendok baru setelah itu minum obat" Paksa pak Nasril.

Akhirnya aku membuka mulut. Pak Nasril menyuapi ku. Setelah dua sendok aku menolak suapan Pak Nasril. Kemudian dia memberikan aku beberapa butir obat. Aku meminum obat itu sekaligus.

"Ini apa pak yang di dahi saya?" Aku masih penasaran.

"Oh itu obat kampung tradisional untuk menurunkan demam. Namannya daun bunga kembang sepatu" Beritahu pak Nasril.

Okeyy aku mengangguk mengerti.

"Pak kepala saya sakit, rasanya denyut-denyut" Adu ku pada pak Nasril.

Aku melihat Pak Nasril sedikit khwatir. Dia meletakkan nampan yang dia bawa tadi ke atas kursi yang ada di kamar ini. Setelah itu dia duduk di samping ku.

"Sini tidur biar saya pijitin kepala kamu" Pak Nasril menepuk pahanya.

Mataku menyipit menatap nya

"Sudah tidak usah protes, cepat" Pak Nasril memaksa.

Dengan ragu-ragu aku membaringkan kepala ku di atas paha pak Nasril. Aku merasakan tangan pak Nasril memijat kepala ku pelan, rasanya enak. Sepertinya pak Nasril ada bakat memijat. Tak lama aku mulai mengantuk kembali sepertinya efek obat tadi sudah mulai bekerja.

"Selamat istirahat sayang. Cepat sembuh my wife" Samar-samar aku mendengar suara Pak Nasril setelah itu diiringi kecupan pelan di kepala ku. Aku yang antara sadar dan tidak sadar sudah tak peduli.

🍃🍃🍃

Aku terbangun saat cahaya matahari mengenai wajah ku. Tampaknya di luar sudah siang. Aku melihat ke samping pak Nasril sudah tidak ada. Aku mencari ponsel ku tadi aku tidak menemukan nya mungkin masih di dalam tas. Aku perlahan bangun, tiba-tiba pak Nasril muncul dari balik pintu.

"Eh jam berapa sekarang pak?" Tanya ku

"Sudah mau jam 9"

Ternyata aku tidur sangat lama. badan ku lebih enakan dari pada tadi malam. Rasa pusing di kepala ku juga sudah mulai hilang.

"Kamu mau kemana?" Tanya pak Nasril yang melihat ku bangkit dari tempat tidur

"Mau mandi pak, gerah. Saya terakhir mandi semalam pagi pas mau berangkat. Lagian saya segan sama keluarga bapak masa saya enggak ada keluar kamar"

My HaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang