Malam hari yang ramai oleh suara kendaraan dan orang orang yang berlalu-lalang. Di tengah keramaian taman kota yang lumayan luas, seorang anak perempuan tengah kebingungan menatap sekitarnya.
Iris mata ungu anak itu, bergerak ke kanan dan ke kiri mencari sesuatu. Anak itu tersesat, di tengah keramaian.
"Ibu, ayah, kalian dimana..." Anak itu mencari orang tuanya.
Sebelum anak itu tersesat, dia pergi bersama orang tuanya di taman kota untuk berkeliling di sana. Namun karena dia menemukan sesuatu yang bersinar di samping bawah salah satu pohon besar, dia mendekatinya dan memisahkan dirinya dengan orang tuanya.
Anak itu menemukan sebuah permata ungu tanpa pemilik, permata indah yang bersinar dengan cahaya ungu tipis. Dia baru sadar bahwa orang tuanya tidak ada disekitarnya. Dia panik, dia menggenggam permata ungu yang dia temukan dan mencari orang tuanya.
Mata anak itu berkaca-kaca bersiap untuk mengeluarkan air matanya. Isakan kecil keluar dari mulut anak itu, dia takut. Sebelum isakannya terdengar keras, dibelakang anak itu terlihat dua orang yang berlari ke arahnya.
"Linn!" teriak sang Ibu dengan panik, dibelakang wanita itu terlihat seorang pria dengan iris mata berwarna ungu seperti anak itu.
"Ibu, Linn takut," Linn langsung memeluk kearah Ibunya sambil menangis pelan.
"Untung nggak kenapa-napa, ayo pulang," ajak sang Ayah, pada istri dan anaknya.
Akhirnya mereka bertiga pulang menuju rumah, mobil mereka bergerak dengan kecepatan sedang. Linn duduk di kursi belakang sendirian, sedangkan orang tuannya berada di kursi depan.
Linn membuka sedikit kepalan tangan kanannya yang masih memegang permata ungu itu, kemudian Linn kembali mengepalkan tangannya seolah menyembunyikan permata itu.
Linn menatap keluar kaca mobil, pemandangan yang indah terlihat. Banyak kendaraan yang berlalu lalang dan terdengar beberapa kali bunyi klakson kendaraan diluar.
"Kapan-kapan kalau ke taman lagi, jangan sampai tersesat ya, Linn," nasihat sang Ayah sambil tetap fokus mengendarai mobil.
"Iya, Ayah," jawab Linn pelan dengan menundukkan sedikit kepalanya.
Tak terasa mereka sudah sampai di rumah mereka. Linn berlari masuk kedalam rumah dan menuju kamarnya. Tangannya tetap menggenggam dan mengepal permata itu hingga dirinya masuk ke dalam kamar.
"Hati-hati, Linn! Awas jatuh," ucap Ibu Linn dengan suara agak keras.
Linn tidak terlalu mendengar ucapan Ibunya karena penasaran dengan permata ungu yang dia bawa. Dia menutup pintu kamarnya dan langsung duduk diatas kasurnya.
Kamar Linn terlihat normal bagi seorang anak perempuan, ada beberapa boneka diatas kasurnya. Kamarnya juga dihiasi dengan stiker bintang di dindingnya.
Kira-kira, aku harus menyimpannya di mana ya, batin Linn dengan bingung.
"Tapi permatanya keliatan aneh, apa ini punya kekuatan super? Atau pembawa kesialan? Atau malah ternyata cuma pernak-pernik? Tapi bagus." Linn menatap permata yang dia pegang.
Tak lama kemudian dia melihat permata itu mengeluarkan cahaya keunguan, dia menutup matanya dengan kedua tangannya. Tunggu? Apa? Kedua tangannya?
Linn tidak merasakan bahwa permata itu jatuh. Saat cahaya itu meredup Linn membuka matanya dan menatap permata itu dengan tidak percaya. Permata itu melayang, Linn yang penasaran mencoba menyentuh permata ungu itu.
Saat permata itu disentuh, sebuah hal tak terduga terjadi lagi. Permata itu menembus tubuh Linn dan masuk kedalam tubuhnya. Linn terdiam mematung, mencoba mencerna apa yang barus saja terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
EDELSTENEN
FantasyMenggunakan sihir hitam dan melakukan perjanjian dengan iblis adalah hal yang salah. Seorang penyihir berhasil melakukan perjanjian terkutuk dan membuat masalah di masa depan. Linn dan teman-temannya bertugas menggagalkan rencara penyihir itu *** Ma...