2. Not your destiny

24 7 0
                                    

"Ibu, aku merindukan mu," Ruby menangis sejadi-jadinya bahkan melebihi dari tangisannya di malam terakhirnya.

"Iya anakku sayang, ibu juga merindukan mu." Ibu mengusap lembut pucuk kepala Ruby dalam pelukannya.

"Kau sudah berjuang sayang, kau anak ibu yang hebat."

"Benarkah? Tapi aku sempat terpikir kalau aku memilih jalan yang salah," ujar Ruby sambil mengeratkan pelukannya.

Ibu menghela nafasnya lalu tiba-tiba memukul kepala Ruby dengan tangannya. "Aduh, apa yang ibu lakukan?" rengek Ruby sambil mengelus kepalanya yang tak terasa sakit itu.

"Anakku tentu saja kau memilih jalan yang salah! Ibu kecewa karena kau lebih cepat datang kesini, apakah Frederick tidak melindungi anaknya?" Ibu mengomeli Ruby juga ayahnya, namun yang bisa mendengar hanya Ruby.

"Ibu, Ayah tidak salah mendidik ku. Hanya saja aku saja yang terlalu tertutup dengan mereka, semenjak kepergianmu ibu."

"Ruby sayangku," Ibu mengelus kedua pipinya sambil berkata, "maaf, ibu meninggalkan kalian semua lebih cepat. Ibu juga tak ingin meninggalkan kalian tapi inilah takdir ibu."

Ruby hanya diam menahan tangisnya, ia tertunduk sedih mengingat segala kebahagiaannya dengan Ayah, Ibu, kakak, dan adik sebelum Ibu pergi meninggalkan mereka untuk selamanya.

"Ruby lihatlah mata ibu," Ruby mendongak melihat manik merah indah milik ibunya.

"Tak apa menangislah sepuasnya."

Ruangan putih itu dihadiri kedua insan yang sedang berpelukan dalam tangis. Seorang ibu dan anak perempuannya.

"Kembalilah, Ruby." saran Ibu.

"Kembali kemana ibu? Aku sudah mati. Kau melihatnya kan?" Ruby tak terima akan saran ibunya.

"Ruby, dengankan ibumu ini sayang. Ini bukanlah takdirmu, jadi kembalilah dan buat takdir baru," Ibu mengecup lembut kening Ruby. "Kembalilah dan jangan memilih jalan yang sama, ibu akan menunggu mu disini. Tapi ibu harap kita tidak cepat bertemu,"

Ruby menggenggam erat tangan ibunya yang perlahan menghilang tertiup angin entah dari mana.

"Tidak! Ibu! Jangan tinggalkan aku lagi, aku sudah lelah ibu kumohon jangan biarkan aku sendirian lagi!" Ruby berteriak memanggil Ibunya.

Dengan senyuman lembut ibunya hanya berkata.

"Sekarang kau tak sendirian Ruby, jika kau mulai terbuka dengan sekitar mu dan kau akan menemukan rumah baru. Disini bukan saatnya menjadi rumahmu, nanti kita akan bertemu."

"Sampai jumpa di lain waktu anakku."

***

"JANGAN PERGI IBU!" Ruby terbangun dari tidurnya sambil berteriak panik.

Suara rem mobil yang berdecit akibat harus terpaksa berhenti karena suatu hal. Ruby pun terbangun.

Ia bangun dengan nafas yang terengah-engah, dengan keringat dingin yang membasahi pelipisnya.

"Ruby? Kau kenapa?" suara tak asing memanggilnya.

Semua mata yang akrab dengannya memandang Ruby dengan khawatir. Manik biru dan merah itu. Ayah, kakak Hendrick dan Jack, si kembar Nico dan Noah. Ruby bertemu lagi dengan mereka.

Segala hal yang mengejutkan ini otak Ruby masih memprosesnya. Sekarang Ruby sedang duduk di kursi penumpang di mobil Ayahnya.

"A-aku dimana?" tanya Ruby yang kebingungan.

Ruby Rigelhof and The Second Chance [HP Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang