5. To Hogwarts

21 5 0
                                    

Kepulan asap putih yang keluar dari cerobong asap kereta api itu memenuhi stasiun. Ditambah klakson yang sedaritadi bersuara dengan semangat, memberitahu kepada penumpang bahwa sebentar lagi kereta akan berjalan.

Di antara perkumpulan keluarga yang sedang berpisah dengan anak-anak mereka yang hendak pergi menuntut ilmu ke Hogwarts, terlihat keluarga Rigelhof dengan visual yang menarik perhatian orang-orang disana sedang berpelukan hangat ala keluarga yang bahagia.

"Hendrick, tolong jaga adik-adikmu seperti biasa ya."

Ayah berpesan pada anak tertuanya yang setelah satu tahun ini akan segera lulus Hogwarts.

"Ya, tentu saja Ayah."

"Ayah kapan kami akan pergi juga ke Hogwarts?"

Noah bertanya setelah menangis dipelukan bersama tadi.

"Bersabarlah Noah, tunggulah lagi satu tahun." sahut Jack sambil berjongkok memandangi kedua adik kecilnya itu.

Jack tersenyum sambil mengacak kedua rambut putih mereka dan segera bangkit.

Kereta akan segera berangkat. Hendrick, Jack, dan Ruby masuk kedalam gerbong dan segera duduk mencari kabin. Disaat kereta hendak berjalan Ruby dan Jack memunculkan kepala mereka dari jendela sambil melambai-lambai kepada Ayah dan si kembar.

***

Sepanjang perjalanan yang panjang itu dihabiskan dengan tertidur pulas di kabin kecuali Hendrick yang sedang terjaga sambil membaca buku yang ia bawa. Jack lah yang pertama tertidur lalu disusul Ruby yang begadang semalam sebelum berangkat karena ingatan baru dimasa depan terus mengusiknya.

Ingatan yang baru terlintas tadi malam itu membuat Ruby tak bisa tidur. Ingatan dimana ia bertemu dengan seseorang yang menurutnya menarik perhatiannya.

Dimasa sekarang Ruby masih sedikit memiliki beberapa penggalan ingatan dikarenakan suatu hal yang tidak memperbolehkan terubahnya takdir yang memang sudah seharusnya terjadi.

Karena pada kehidupan kali ini hanya takdir dirinya sendiri yang harus ia ubah. Itulah keinginan Kathy Rigelhof. Ibu Ruby.

Suara ketukan kaca terdengar. Dari ketukan kecil itu membangunkan Ruby dan menyadarkan Hendrick yang asik membaca.

"Permisi, apakah ada kursi yang tersisa?"

Seseorang yang diluar itu bertanya dengan suara lembutnya. Hendrick berdiri dan membukakan pintu, memperlihatkan pemuda dengan surai ikal yang berwarna coklat gelap.

Tingginya tak jauh beda dengan Jack, wajahnya yang manis itu melempar senyuman termanis yang pernah Ruby lihat. Ditambah matanya yang menyipit karena senyumnya itu.

Dengan syal kuning terlilit di lehernya sudah dipastikan kalau ia berada di asrama Hufflepuff.

Pemuda itu tersenyum ketika melihat Hendrick dan melakukan tos pertemanan. Ruby tak ingat siapa pemuda itu tapi sepertinya ia berada di tahun yang sama dengan Jack.

"Apa kabar, Hendrick?"

"Seperti yang kau lihat, Cedric. Aku baik-baik saja"

Hendrick dan pemuda yang dipanggil Cedric itu tertawa akrab. Matanya yang menyipit karena tertawa itu membuat Ruby tak sadar sudah memandanginya lama.

Cedric yang sadar akan tatapannya melihat Ruby dan tersenyum ramah kepadanya. Ruby malu dengan dirinya merasa tidak sopan karena menatapnya begitu lama.

Ruby Rigelhof and The Second Chance [HP Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang