Sore itu setelah mengantarkan Anne ke rumahnya, Justin langsung menuju basecamp. Saat sampai, ternyata ada beberapa orang di sana, Yoga, Jeffri, Daffa, dan Marsel yang tengah bermain game online di ponsel mereka.
Daffa yang sadar kedatangan Justin segera menghentikan permainannya dan segera mendekat pada Justin yang duduk di sofa.
"Gimana bro? Kata si Edward lu nembak Anne ya tadi? Diterima kaga?" tuntutnya penasaran.
Suara Daffa yang lumayan besar itu mengundang tiga orang lainnya untuk ikut merapat ke sofa. Yoga yang sepertinya sadar ekspresi Justin mulai merasa tak enak. Sepertinya pria itu akan mulai mengumpat.
"Oi! Gimana?" ujar Jeffri menyadarkan Justin yang termenung.
Justin memijit keningnya, "Gue ga tau ini di tolak apa ngga. Tapi dia ga mau."
"Lah ini mah namanya di tolak, broo.." celetuk Marsel yang langsung mendapat toyoran dikepalanya oleh Yoga. "Apasih Yog?!! Salah ngomong ap--"
"Iya lo salah ngomong!" potong Jeffri tajam. Benar-benar Marsel ini, jelas-jelas Justin didepan mereka baru saja galau, malah menambah-nambah.
Marsel mendelik malas, lalu berusaha bicara dengan Justin yang terlihat masih menahan emosi dalam dirinya. "Gini deh, boss. Coba lo cerita gimana waktu lo nembak Anne. Kali aja kita-kita nih yang udah ada pengalaman, bisa bantu perbaiki kata-kata lo waktu confess."
Justin mendongak, kemudian mengangguk lesu. Jeffri jadi tercengang karena ini pertama kalinya dia melihat Justin segalau ini. Kemudian Justin mulai bercerita.
Mendengar cerita Justin, empat orang itu hanya bisa saling melirik bingung. Ada perasaan geli, lucu, dan juga iba pada Justin. Sedangkan Justin kembali dibuat terdiam setelah mengakhiri ceritanya.
"king ga cocok sama princess."
Sial! Dari tadi suara yang terdengar lembut tapi membuatnya tertohok itu terus menghantui isi kepalanya.
"Argh! Sialan!" geramnya kesal.
Empat orang yang berada disekitarnya itu hanya dapat menggeleng prihatin.
"Menurut gue yang dibilang Anne ada benernya. Lagian lo baru kenal tiga hari, udah main tembak aja. Kalo gue jadi Anne pun bakal mikir panjang buat nerima lo atau ngga." ujar Yoga memberi pendapatnya.
Justin berdecak, "Gue tau. Gue juga ga ngerti kenapa rasa pengen milikin Anne tuh semakin besar. Ini pertama kali buat gue, dan gue ga nyangka Anne bakal nolak kaya gitu."
"Lo juga, ngapain pake kata princess princess an segala. Ribet kan." dengus Jeffri tak habis pikir.
"Gue ngga tau kenapa gue bisa ngomong gitu. Reflek, sumpah. Gue ngerasa Anne is a princess. That's all, no special reason."
Kalau begini mereka juga bingung harus memberi solusi apa. Sulit juga rasanya menangani Justin galau akan kebucinan nya daripada Justin yang sedang marah.
Marsel menjentikkan jarinya seperti mendapatkan ide, dan Justin menoleh berharap mendapatkan ide yang bagus walaupun kurang yakin dengan manusia modelan Marsel. "Mending lu ganti nama aja deh jadi Justin Prince Xanderell, anjay ga kalah keren tuh."
"Ahaha terus panggilannya ganti jadi JP!" tambah Daffa tertawa keras.
Justin menatap tajam kedua orang itu dengan kesal, "Bacot!"
Tawa keras Daffa sontak terhenti, dan Marsel mengangkat dua jarinya-- peace pada Justin.
Jeffri menggeleng prihatin pada dua orang itu, kemudian kembali pada Justin, "Terus gimana? Lo mau nyerah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
There's Your Princess, J. [rk] ✓
Fanfiction[Part of K.O.P.I] Gimana sih, awal mula Justin dan Anne kenal sampai mereka bisa jadi pasangan bucin se Twitter? ~~~ Tentang Justin yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan tuan putrinya. "Lo mau ngga, jadi princess gue?" "Ngga mau." "Kenapa?"...